Traveling ke Singapura, wisatawan bisa mencoba pengalaman menginap yang unik. Misalnya saja menginap di gedung tua yang diubah menjadi hotel.
Saya pernah berkesempatan menginap selama dua malam di Warehouse Hotel di Singapura. Sesuai namanya, warehouse artinya gudang. Bangunan ini dahulu memang dijadikan gudang yang dibangun tahun 1895 di Robertson Quay, tepat di pinggir sungai Singapura yang direvitalisasi menjadi hotel dengan banyak penghargaan desain. Sebuah kemenangan penulisan membawa saya akhirnya berkenalan dan menginap di sini. Tidak terlupakan.
Tidak ada yang berbeda antara foto yang disajikan dengan keadaan nyata. Warehouse hotel telah menanggalkan kesan bangunan tua harus angker walaupun tidak ada elemen bangunan yang dirubah. Walaupun pembagian ruang dan fasilitas mengikuti desain bangunan dan perletakkan ruang-ruang asli. Bangunan ini dibangun tahun 1895 oleh Lim Ho Puah sebagai gudang perusahaan pengiriman milik Wee Bin&Co. Berembel-embel gudang, tetapi Lim Ho Puah membangunnya tidak asal-asalan, bergaya arsitektur kolonial, dengan atap segitiga berjejer tiga dengan jendela-jendela berjejer rapi yang ikonik.
Karena bangunan ini bagus dan ikonik, saya memutuskan tidak terlalu banyak melakukan perjalanan berkeliling Singapura. Rasanya sayang sekali, bahkan saat kamar di bersihkan, saya memilih berjalan berkeliling sekitar hotel saja. Robertson Quay, daerah tempat hotel ini dibangun berada di tengah-tengah Clarke Quay dan Boat Quay. Daerah paling hippies di Singapura dengan pemandangan sungai Singapura. Robertson Quay tidak seramai Clarke Quay dan Boat Quay, karena dijadikan tempat tinggal para ekpatriat Singapura, sehingga cukup tenang.
Boleh dibilang inilah perjalanan paling santai dalam sejarah travelling saya. Tanpa itinerary, hanya menikmati hotel saja. Bawaan saya pun sangat ringkas, hanya satu koper ukuran 18 itu pun berdua dengan kakak, partner jalan-jalan kali ini. Tipe kamar saya adalah River View Mezzanine, kamar berbentuk loft dengan loteng untuk membaca dan sudah terasa dingin walau tanpa AC.
Surga Tersembunyi di Laut Jawa
Liburan akhir pekan ke pantai memang paling seru nih. Apalagi liburannya ke Karimunjawa yang benar-benar masih asri.
Kremun-kremun di seberang Laut Jawa, begitulah awal mula nama dari pulau ini. Awalnya tidak terpikir sama sekali saya dan sahabat-sahabat bisa berlibur ke Pulau ini. Pulau ini memang tak seterkenal Bali atau Raja Ampat sih, namun pesona dan keindahannya tak kalah indah dengan pesona Asia yang lainnya.
Karimunjawa merupakan salah satu kepulauan yang berada di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Wilayah Karimunjawa ini masuk dalam kawasan Taman Nasional Karimunjawa yang diresmikan pada tahun 2001. Terdiri dari kurang lebih 27 pulau dan hanya sekitar 5 pulau saja yang berpenghuni. Sejarah pulau ini dulunya adalah pulau dimana Sunan Kudus mengasingkan putranya. Karena dari Pulau Jawa pulau ini terlihat kremun-kremun yang artinya samar-samar. Sehingga pulau ini disebut dengan Karimunjawa. Untuk mencapai pulau ini d'Taveler bisa menggunakan kapal fery atau mencarter pesawat terbang dari Bandara Ahmad Yani Semarang. Namun jika d'Traveler memilih menggunakan transportasi publik, pilihannya pun banyak. Kalian bisa memilih untuk menyeberang dari Jepara atau dari Semarang. Yang paling populer sih penyeberangan dari Jepara.
Dibutuhkan waktu sekitar 5 jam dengan menggunakan kapal fery Siginjay untuk menyeberang dari Pelabuhan Kartini menuju Karimunjawa. Cukup dengan membayar ongkos Rp 100.000 saja d'Traveler sudah bisa menumpang kapal ini. Namun jika ada bujet lebih dan menginginkan penyeberangan yang lebih singkat d'Traveler bisa memilih untuk menumpang kapal cepat Express Bahari yang tarifnya bisa 3x lebih mahal namun hanya membutuhkan 2 jam perjalanan saja.
Sebelum memutuskan pergi ke Karimunjawa, d'Traveler perlu mengecek jadwal penyeberangan menuju Karimunjawa terlebih dahulu karena rute penyeberangan ini tidak melayani setiap hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar