Selasa, 10 Maret 2020

Desa Paling Miskin yang Terlupakan di Haiti

Lebih dari satu dekade Desa Boucan Ferdinand terisolasi dari negaranya. Tidak ada listrik, air bersih dan semuanya serba susah.

Boucan Ferdinand sebuah desa yang berada di Hispaniola di Haiti. Di sini tidak ada listrik, layanan kesehatan, jalan beraspal dan mereka juga kehilangan satu-satunya akses menuju kota terdekat, yaitu Bios Negresse karena bencana banjir tahun 2014.

Dilansir detikTravel dari Reuters, Kamis (17/1/2019) jumlah penduduk di desa ini tidaklah banyak, karena telah banyak memilih pindak ke Republik Dominika karena lokasinya lebih dekat. Juga banyak yang pergi ke ibukota Haiti, Port-au-Prince untuk mengadu nasib, dan sebagian lagi memilih bertahan.

Perlu traveler ketahui, para penduduk yang menyeberang ke Republik Dominika berstatus ilegal. Mereka terpaksa melakukan ini karena Republik Dominika lebih makmur.

Kehidupan masyarakat yang memilih bertahan juga seadanya. Mereka bertani dan harus menampung air hujan untuk minum. Juga beragam penyakit mau tak mau harus berkawan dengan mereka.

Kehidupan para anak sekolah juga menyedihkan. Untuk menuju ke sekolah terdekat, mereka harus berjalan kaki selama 1,5 jam melewati jalan setapak sempit. Jika musim hujan datang, jalan ini pun tidak bisa dilewati karena becek dan licin.

Kendala biaya pendidikan juga menghantui para penduduk. Bahkan ada orang tua yang terpaksa menyuruh anak mereka berhenti sekolah dan meminta mereka membantu mengumpulkan kayu bakar.

Mereka juga membantu mengembala untuk membantu orang tua. Saat musim tanam, para pelajar juga terpaksa harus bolos sekolah supaya bisa membantu orang tua mereka di pertanian. Penghasilan pun tak lebih dari 2 dolar (Rp 28 ribu) per hari.

Kalau soal menu makanan, mereka tidak bisa berharap banyak. Kadang pasta, atau sekurangnya kopi hitam dan sepotong roti. Daging? Itu adalah menu mewah yang mereka impikan.

Beberapa penduduk yang telah yang mencoba hidup di Republik Dominika juga ada yang kembali ke desa ini. Mereka yang bertahan hidup di negara orang dengan menjual permen dan roti harus menyerah pada penyakit yang membuat mereka lumpuh. Tentu masalah biaya menghantui mereka sehingga memutuskan untuk kembali di desa.

Para penduduk desa juga harus berjuang untuk bisa menikmati layanan kesehatan. Adapun pusat kesehatan Haiti terdekat berada di seberang gunung. Untuk menuju ke sini mereka harus melintasi perbatasan dengan keledai menuju Kota Dominika Duverge.

Walikota pun menyadari dan tahu bagaimana kehidupan masyarakat di desa-desa yang dipimpinnya. Namun karena masalah biaya, pembangunan akses harus tertunda.

Apakah traveler sanggup menjalani kehidupan seperti di desa terpencil Haiti ini?

Dari Keprihatinan, Lahir Gerakan Cinta Toleransi Beragama dalam Bentuk Wisata

Ketegangan politik yang membawa isu agama menimbulkan keprihatinan banyak orang. Wisata bhinneka pun lahir untuk membuka lagi pintu cinta sesama rakyat Indonesia.

Wisata Kreatif Jakarta ingin menghilangkan kesan sekat antar umat beragama dengan gerakan tur Wisata Bhinneka, Kamis (17/1/2019). Pesertanya kali ini adalah para siswa dan mahasiswa dari Jakarta dan sekitarnya.

"Tur kali ini ditujukan ke anak-anak. Karena bahkan di sekolah masih kurang diajarkan toleransi dan penekanan antar agama," kata penggagas Wisata Kreatif Jakarta, Ira Lathief seusai acara.

Dari pukul 10.00-15.00 WIB, peserta berkumpul di titik kumpul yakni Gereja Immanuel Gambir untuk sesi tanya jawab ringan tentang tempat ibadah tersebut dan agama masing. Hal sama dilakukan, yakni pengenalan tempat ibadah lain seperti mengunjungi Gereja Katedral, Masjid Istiqlal dan Kelenteng Sin Tek Bio.

Biasanya, Wisata Kreatif Jakarta mengunjungi 5-7 spot destinasi tergantung tipe turnya. Semua turnya didominasi berjalan kaki.

"Kami ini penyedia tur tapi kebanyakan jalan kaki. Awalnya wisata kuliner per kawasan dari 2017 dan baru kali dibuat untuk siswa. Tarifnya Rp 70 ribu per orang," imbuh dia.

Diawaki 15 orang, Wisata Kreatif Jakarta sudah melakukan tur rutin, yakni di Sabtu-Minggu pagi dan sore hari. Lokasinya ada di Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bandung.

"Kami ada pula tur spesial, seperti pas Maulid Nabi hingga Natal. Kadang, karena melihat keadaan seperti ini tetap kami selipkan destinasi religi atau tempat ibadah di dalamnya," jelas Ira.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar