Sementara saya yang tengah berkeliling, sekelompok kuda justru terlihat tengah merumput di sekitar area taman. KenPark memang dikenal pula sebagai lokasi pacuan kuda. Maka tak heran bila kemudian para wisatawan akan seringkali bertemu dengan hewan satu ini.
Saat tengah berkeliling pagoda, saya dibuat berhenti di satu spot khusus yang terlihat begitu cantik serta mengingatkan saya akan negara Jepang. Spot tersebut adalah spot di mana sejumlah pohon bunga tabebuya tengah bermekaran dengan warna pink dan putihnya yang rupawan. Warna tabebuya pun sontak mengingatkan saya akan indahnya bunga sakura di Jepang yang bersemi pada saat festival Hanami tiba. Tak ingin melewatkan, saya pun menyempatkan diri berpotret ria di antara pohon-pohon tersebut. Ditambah lagi, dengan adanya lukisan para naga dari bagian pagoda yang semakin membuat latar foto memancarkan pesona Asia.
Usai menikmati keindahan ala Cina dan Jepang, saya pun beranjak ke lokasi berikutnya yakni ke tempat patung Brahma 4 rupa berada. Patung yang terinspirasi dari patung serupa yang ada di Thailand ini, membuat saya terpana karena ukurannya yang begitu besar menjulang dengan emasnya yang terang. Lokasinya terpisah sedikit jauh bila berjalan kaki dari Pagoda Tian Ti. Namun tepat di seberang patung Brahma 4 rupa ini, terdapat pula patung-patung lainnya yang juga tak kalah kokoh berdiri dengan ukurannya yang besar.
Patung yang saya maksudkan adalah patung Dewi Kwan Im dan dua naga yang berdiri di pesisir pantai. Untuk melalui tempat ini, saya dan para pengunjung lainnya harus terlebih dulu masuk ke sebuah ruangan dan mengitari tempat ibadah yang ada di sana. Pada saat itu, saya bersyukur karena datang berkunjung di hari biasa saat tak banyak pengunjung memadati lokasi. Berkahnya, saya pun bisa dengan leluasa duduk menyandarkan badan di ekor sang naga dan menikmati laut dari kejauhan beserta desiran angin pantai.
Mungkin bila tinggal lebih sore, saya dapat melihat saat senja tiba dan matahari terbenam. Namun demikian, meski hanya dihiasi langit biru nan kelabu karena mendung, tetap tak mengurangi gairah saya dalam menikmati indahnya ikon-ikon wisata yang ada di Kenpark ini.
Meski terlihat sangat menarik, sayangnya pada saat itu saya sama sekali tak memiliki keinginan untuk bermain air, terlebih cuaca surabaya cukup mendung dan beberapa kali gerimis turun membasahi setiap langkah. Dibandingkan dengan wahana air, tujuan utama saya adalah berkunjung dan melihat-lihat ikon wisata spiritual yang ada di sana.
Dengan hanya perlu merogoh kocek tambahan sebesar Rp 5.000 saja untuk parkir, saya masuk ke arena pertama ikon wisata KenPark, yakni Pagoda Tian Ti. Meski terlihat seperti tempat ibadah agama Buddha, namun pagoda satu ini sebenarnya memang sengaja dibuat untuk menjadi lokasi pariwisata. Bangunannya yang megah, kokoh dan berwarna-warni merupakan arsitektur yang sengaja dibuat semirip mungkin dengan Temple of Heaven yang ada di Beijing, China.
Tak pelak, berkunjung ke sini pun seolah memberikan nuansa seperti tengah berada di Negeri Tirai Bambu tersebut. Sayangnya, saya hanya bisa melihat keindahan bangunan dari luar mengingat bagian dalam pagoda yang tengah ditutup. Meski demikian, sembari berkeliling mengitari pagoda dan sesekali mengintip isi di dalamnya melalui jendela-jendela yang terbuka, tetap tak mengurangi rasa terpesona saya saat berada di sana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar