"Tanahnya juga sudah dibebaskan tahun lalu (2018), ya semoga segera direalisasikan tahun ini biar pantainya ramai dan warga bisa dapat pemasukan tambahan dari pengelolaan Pantai (Porok), imbuhnya.
Sementara itu, salah seorang pengunjung, Ari Wibowo (27), warga Kecamatan Kasihan, Bantul menyebut baru pertama kali mengunjungi Pantai Porok. Ia mengetahui Pantai Porok dari cerita teman-temannya yang pernah camping di Pantai tersebut.
"Pantainya bagus, masih asri, tapi kalau untuk main air kurang ya, karena banyak karangnya. Tapi untuk camping sangat cocok, apalagi banyak pohon-pohon di sini bikin teduh," ujarnya.
Mengenai akses menuju Pantai Porok, Ari mengakui cukup sulit dan melelahkan. Mengingat ia harus memarkirkan motornya di gubug warga dan berjalan kaki menuju Pantai Porok.
"Kalau akses jalan memang sulit, tapi terbayar dengan pemandangan Pantai yang indah. Ya semoga pemerintah sini (Gunungkidul) bisa memperbaiki jalannya biar orang yang datang lebih banyak, sama pasang penujuk jalan juga biar lebih mudah," pungkasnya.
Perlu diketahui, untuk ke Pantai Porok, pengunjung hanya perlu membayar biaya retribusi di Tempat Pemungutan Retribusi (TPR) induk Baron seharga Rp 10 ribu per orang. Sedangkan biaya parkir seikhlasnya, itu pun jika masih ada orang di gubug yang dititipi motor, karena jarang ada warga di gubug tersebut.
Selain itu, karena belum ada penjual makanan dan minuman, pengunjung disarankan membawa perbekalan sendiri saat mengunjungi Pantai Porok.
Sampai di Pantai Porok , pertama-tama pengunjung akan disuguhkan pemandangan berupa pepohonan disusul dengan pekarangan yang cocok digunakan untuk kemping. Berjalan lebih jauh ke arah selatan, pengunjung akan disambut suara deburan ombak dan pasir putih di Pantai Porok.
Pantai Porok sendiri diapit oleh dua bukit, dan di sekitar pantai tersebut terdapat berbagai macam tumbuhan yang membuat suasana menjadi asri, teduh dan nyaman bagi setiap pengunjung. Bahkan, karena belum banyak yang mengetahui Pantai Porok, membuat setiap pengunjung dapat merasakan sensasi pantai pribadi di sana.
Marno Tukino (60), warga Dusun Ngepung, Desa Kemadang, Kecamatan Tanjungsari, Gunungkidul mengatakan, bahwa Pantai Porok memang belum banyak diketahui masyarakat. Menurutnya hal itu karena akses jalan yang terbilang cukup sulit, mengingat lokasi Pantai Porok sendiri bisa dikatakan tersembunyi.
"Memang masih sepi pengunjung di sini (Pantai Porok), ya karena belum ada plakat petunjuk jalan juga. Tapi kalau ada plakatnya juga akses ke pantai masih sulit dan harus jalan kaki dari pertigaan kecil itu," katanya saat ditemui detikTravel di gubug miliknya, Dusun Ngepung, Desa Kemadang, Kecamatan Tanjungsari, Gunungkidul, Senin (14/1/2019).
Lanjut pria yang kesehariannya berprofesi sebagai petani ini, meski belum diketahui banyak orang, ada beberapa pengunjung yang datang ke Pantai Porok untuk berkemah. Menurut Marno, pengunjung tersebut biasanya adalah mahasiswa.
"Biasanya yang ke sini (Pantai Porok) itu untuk kemah, tapi ya nggak banyak juga dan hanya semalam. Mungkin karena belum ada warung dan kamar mandi di sini (Pantai Porok) jadinya hanya sebentar," ujarnya.
"Apalagi kendaraannya harus diparkir di gubug ini, kalau tidak ya parkir di pinggir jalan pertigaan sana dan situasinya sepi," imbuhnya.
Disinggung mengenai asal usul nama Pantai Porok, Marno tidak mengetahuinya secara pasti. Mengingat nama Porok sendiri sudah ada sejak ia masih kecil.
"Kurang tahu, yang jelas dari dulu namanya sudah Porok dan orang-orang menyebutnya Pantai Porok," ucapnya.
Mengenai tarif yang dikenakan terhadap pengunjung yang hendak ke Pantai Porok, Marno menyebutnya gratis. Hal itu dikarenakan belum ada pengelola yang fokus untuk mengembangkan Pantai Porok.
"Masih gratis kalau mau masuk ke sini, wong ya fasilitasnya belum ada mas. Tapi rencananya dari pemkab mau membuatkan jalan masuk ke Pantai dari sebelah barat," ujarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar