Rabu, 25 Maret 2020

Sulit Refund atau Reschedule di Traveloka? Ini Penjelasannya

 Traveler mengeluhkan sulit untuk refund atau reschedule pada periode wabah Corona. Traveloka memberikan penjelasan.
Selama terjadi wabah Corona, banyak traveler yang harus membatalkan atau mengubah jadwal liburannya. Salah satu penyedia layanan perjalanan dan gaya hidup berbasis digital, Traveloka, juga menerima peningkatan jumlah permintaan bantuan sebanyak 10 kali lipat dari para pelanggannya selama masa pandemi Corona ini.

Ribuan permintaan bantuan itu diajukan para pelanggan melalui telepon, email, aplikasi, dan media sosial. Mereka tentu membutuhkan kejelasan informasi terkait pembatalan atau perubahan jadwal yang diinginkan. Terkait hal tersebut, Traveloka menjelaskan situasi saat ini.

"Kami ingin menyampaikan permintaan maaf kepada para pengguna atas ketidaknyamanan yang dialami saat melakukan permintaan bantuan kepada Traveloka. Saat ini, kami tengah memperkuat layanan konsumen agar dapat melayani pengguna dengan lebih baik," ujar Chief Marketing Officer Traveloka, Dionisius Nathaniel melalui siaran pers.

Lebih lanjut, Traveloka menjelaskan bahwa permintaan untuk refund atau reschedule yang diajukan pelanggan akan diterima dengan memperhatikan syarat dan ketentuan dari penyedia jasa atau partner Traveloka, seperti maskapai dan hotel. Selain itu, pelanggan juga diminta untuk memastikan kembali ketentuan yang tertera pada e-voucher yang mereka miliki.

Sementara itu, bagi pelanggan yang mengajukan permintaan bantuan dengan situasi atau kondisi khusus, Traveloka akan mengirimkan eskalasi terpisah pada partner terkait, untuk dievaluasi dan dipertimbangkan lebih lanjut secara bersama.

"Dapat kami sampaikan bahwa kami terus berkoordinasi secara intensif dengan seluruh partner mengenai kebijakan terkini untuk situasi COVID-19 namun kami juga meminta kesediaan pengguna untuk mengirimkan informasi tertulis dari pihak maskapai maupun hotel apabila informasi yang diterima berbeda dari yang kami sampaikan," kata Dionisius.

Traveler Sehat dari Hubei Boleh Jalan-jalan Lagi

Setelah 2 bulan mengalami lockdown, Provinsi Hubei, China, provinsi dimana pertama kali virus Corona ditemukan, mulai membuka akses untuk warganya yang ingin keluar Hubei pada 25 Maret terkecuali dari Wuhan.
Larangan perjalanan dari ibukota Hubei, Wuhan, akan dicabut sepenuhnya pada 8 April 2020 mendatang. Wuhan sendiri sudah di-lockdown sejak 23 Januari lalu.

Namun bagi traveler yang sehat, mereka diperbolehkan meninggalkan provinsi Hubei pada Selasa 24 Maret malam ini. Mengutip Reuters, Selasa (24/3/2020) masyarakat yang akan meninggalkan Hubei, wajib menggunakan kode QR. Kode QR itu akan berisi status kesehatan masing-masing individu.

Mulai dibukanya akses Hubei seiring makin sedikitnya kasus infeksi baru. Pada Selasa ini, total ada 78 kasus baru yang rata-rata merupakan kasus impor atau di luar China.

Meski begitu setelah hampir 5 hari tanpa infeksi baru, ada satu kasus di Wuhan. Penderitanya adalah seorang dokter di sebuah rumah sakit Wuhan. Mereka tidak mengenyampingkan kemungkinan kalau si dokter tertular saat di rumah sakit.

Sementara di bagian lain China, otoritas semakin memperketat karantina. Penerbangan internasional sudah dialihkan dari Beijing ke kota lain, namun hal itu tidak menghalangi orang-orang China untuk pulang kampung, terutama para mahasiswa yang pulang dari negara-negara yang terkena virus.

Total di China ada 81.000 kasus positif virus Corona, dengan angka kematian mencapai 3.277 orang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar