Minggu, 08 Maret 2020

Tak Perlu Transit ke KL, Tiket Pesawat Aceh-Jakarta Mulai Rp 900 Ribu

Harga tiket pesawat Banda Aceh-Jakarta perlahan turun, sebelumnya mencapai Rp 3 juta. Awal Februari, tiket penerbangan langsung dibandrol di bawah Rp 1 juta.

Dilihat detikcom dari situs pemesanan tiket, Senin (21/1/2019), harga tiket maskapai Garuda dengan penerbangan langsung dari Bandara Sultan Iskandar Muda, Aceh ke Bandara Cengkareng Jakarta pada Jumat 1 Februari Rp 917.800. Harga ini berlaku untuk penerbangan pagi pukul 07.00 WIB.

Sementara untuk penerbagan sore, pukul 15.40 WIB, Garuda membuka harga tiket Rp 1.846.200. Harga yang ditawarkan tersebut jauh lebih murah dibandingkan awal Januari dengan harga mencapai Rp 2.962.700.

"Sampai bulan Februari akan terus ada (harga tiket Rp 917 ribu), insyaallah," kata Sales & Marketing Manager Garuda Indonesia Banda Aceh Widya Kurniawan Putra, saat dikonfirmasi wartawan, Senin (21/1/2019).

Harga tiket penerbangan murah Garuda sudah mulai turun sejak akhir Januari mendatang. Namun harga tersebut berlaku untuk penerbangan dari Aceh ke Jakarta. Sementara dari Jakarta ke Aceh sedikit lebih mahal.

"Sedikit lebih mahal (Jakarta-Aceh), cuma beda diselisih airport tax. Harganya Rp 1.028.900," ungkap Widya.

Sedangkan penerbangan lain di hari yang sama yaitu Lion Air dimulai Rp 1.613.000 dengan sekali transit di Bandara Kuala Namu, Sumatera Utara, dan penerbangan langsung Batik Air Rp 1.888.000. Untuk maskapai Air Asia rute Aceh-Malaysia-Jakarta, harga tiketnya dibandrol Rp 1.011.700.

Sebelumnya, harga tiket pesawat penerbangan Aceh-Jakarta melonjak drastis. Akibatnya, warga Aceh ke Pulau Jawa memilih terbang dengan transit di Kuala Lumpur, Malaysia. Cara ini dipilih untuk mendapat tiket murah, tentu dengan waktu transit yang lama. Sedangkan jika terbang langsung harga tiketnya mencapai Rp 3 juta untuk sekali terbang.

Kata Pengamat Pariwisata Tentang Rencana Penutupan TN Komodo

Gubernur NTT berencana menutup Taman Nasional (TN) Komodo selama 1 tahun. Bagaimana tanggapan dari pengamat pariwisata?

Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat rencananya akan menutup Taman Nasional Komodo selama 1 tahun. Didasari oleh kondisi habitat komodo di Kabupaten Manggarai Barat, ujung barat Pulau Flores itu sudah semakin berkurang serta kondisi tubuh komodo yang kecil sebagai dampak dari berkurangnya rusa yang menjadi makanan utama komodo.

Namun hingga kini, baik dari pihak TN Komodo dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menilai aktivitas di TN Komodo masih berlangsung normal. Serta penutupan itu pun masih sebatas wacana.

Seorang pengamat pariwisata, Tedjo Iskandar angkat suara. Menurutnya, lebih baik dicarikan alternatif lain untuk pelestarian komodo dibanding rencana penutupan taman nasionalnya selama 1 tahun.

"Sebaiknya dicari alternatif lain, seperti perketat aturan bagi pengunjung. Misalnya jumlah pengunjung dibatasi, durasi pengunjung di dalam taman nasional juga dibatasi jam-jamnya, kebersihan lingkungan diperketat, ada wilayah-wilayah tertentu untuk penangkaran rusa yang tidak boleh dimasuki, naikan tiket masuk untuk nantinya dialokasikan untuk pelestarian tapi kenaikan tiketnya juga wajar ya angkanya dan lain-lain," paparnya kepada detikTravel, Senin (21/1/2019).

"Soal habitat dan pelestarian komodo pun itu urusan taman nasional dan KLHK. Baiknya, biarkan mereka bikin aturan baru saja sebagai alternatif untuk pelestarian komodo," tambah Tedjo.

Tedjo menilai, bakal ada kerugian besar pada pariwisata Labuan Bajo dan Indonesia jika TN Komodo ditutup dalam jangka waktu 1 tahun. Sebab, pariwisata sudah jadi mata pencaharian bagi masyarakat di Labuan Bajo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar