Jumat, 01 Mei 2020

Kalau Bilik Disinfektan Tak Efektif, Bagaimana Cara Ampuh Menangkal Corona?

Penggunaan disinfektan ke tubuh manusia ternyata menimbulkan berbagai macam efek, mulai dari iritasi saluran pernapasan dan juga kulit.
Keberadaan bilik disinfektan yang dimanfaatkan sebagai pencegahan penyebaran virus corona pun dianggap tidak efektif, malah menimbulkan efek negatif pada tubuh.

"Jadi, selain tidak efektif, itu (bilik disinfektan) juga punya dampak negatif ke tubuh," tegas dr Rezki Tantular, SpP, Ketua Bidang Humas Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) pada detikcom, Senin (30/3/2020).

Oleh karena itu, dr Rezki menegaskan harusnya pihak yang menyediakan bilik tersebut paham akan efek yang tidak baik pada tubuh. Ia berharap prosedur itu tidak dilakukan lagi.

Untuk mencegah penyebaran, dr Rezki menyarankan bisa dengan menganjurkan orang yang sakit untuk menggunakan masker dan menjaga kebersihan.

"Untuk mencegahnya, lebih baik ya dengan pemakaian masker untuk mereka yang sakit dan yang memang bekerja di rumah sakit. Jangan lupa cuci tangan," jelas dr Rezki.

Cara lain yang juga penting diterapkan adalah saling menjaga jarak. Droplet atau percikan dahak yang mengandung virus bisa menular pada jarak 1-2 meter.

Menkes Thailand Salahkan Turis 'Jorok' Atas Kasus Corona di Negaranya

Menteri Kesehatan Thailand, Anutin Charnvirakul, secara terang-terangan menyalahkan turis Kaukasian karena dianggap jorok sehingga menyebarkan virus corona di negaranya. Komentar kontroversialnya ini dibagikannya pada akun Twitter resmi miliknya beberapa waktu lalu.
"90 persen warga Thailand pakai masker. Namun, tidak ada orang farang yang memakai masker. Inilah alasan mengapa kita terinfeksi. Kita harus lebih berhati-hati dengan orang farang daripada orang Asia

Farang, adalah sebutan warga Thailand bagi pelancong Barat atau mereka yang berkulit putih.

"Saat ini, ini musim dingin di Eropa, dan dengan wabah coronavirus, mereka semua melarikan diri dari flu dan virus untuk masuk ke Thailand yang hangat. Banyak dari mereka yang kotor dan tidak mandi," cuitnya kemudian.

Selang beberapa jam, komentar tersebut dihapus setelah mendapat kecaman dari banyak orang. Sebab, tidak jelas darimana Anutin bisa mendapat statistik 90 persen warga Thailand mengenakan masker.

Dalam sebuah wawancara dengan BBC, Anutin yang juga mengunggah komentar rasis pada Februari lalu, yang mengusulkan bahwa semua orang asing yang tidak mengenakan masker di Thailand harus diusir, mengatakan bahwa kicauan kontrovesial tersebut bukanlah perbuatannya.

Meski jelas bahwa Charnvirakul kurang menyukai kehadiran turis Barat dan menyalahkan mereka, beberapa laporan dari media lokal, TheThaiger menyebut Thailand lambat menerapkan pembatasan kedatangan sehingga saat virus corona mulai menyebar, banyak pihak dibuat bingung dan panik.

Ramai Penolakan Jenazah Pasien Corona, Ini 4 Alasan Kamu Tak Perlu Takut

 Ada laporan warga di beberapa daerah menolak jenazah orang yang meninggal terkait penyakit virus corona COVID-19. Misalnya saja di Kelurahan Simalingkar B, Medan, Sumatera Utara, muncul spanduk berisi pesan menolak jenazah dimakamkan di wilayahnya.
"Iya. Jadi semalam sudah. Memang ada spanduk dinaikkan oleh beberapa orang dan sudah kita tindaklanjuti semalam dengan segera rapat tingkat forkopimcam ya. Dari Danramil dan pihak Polsek," kata Camat Medan Tuntungan, Topan Ginting, Senin (30/3/2020).

Tampaknya di tengah masyarakat ada anggapan bahwa jenazah bisa menularkan penyakit. Terkait hal tersebut, sebetulnya kita tak perlu khawatir karena beberapa alasan berikut:

1. Jenazah sudah lewati prosedur pengamanan
Indonesia memiliki prosedur penanganan jenazah pasien yang berhubungan dengan corona. Hal ini tertuang dalam "Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19)" yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan.

Dalam pedoman tersebut jenazah pasien yang meninggal akan dikemas dalam kantong jenazah yang tidak mudah tembus. Para petugas yang menangani juga diwajibkan menjalankan standar kewaspadaan.

2. Virus tak mudah menular dari jenazah
Halaman panduan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut jenazah pasien corona tidak mudah menularkan penyakit. Ini karena sebagian besar virus terletak pada saluran napas yang utamanya menyebar ketika pasien batuk-batuk atau bersin.

"Jenazah secara umum tidak menularkan penyakit, kecuali pada kasus pasien demam berdarah (contohnya Ebola, Marburg) dan kolera. Paru-paru pasien dengan penyakit seperti influenza baru bisa menularkan penyakitnya ketika tak ditangani dengan baik saat autopsi," tulis WHO.

3. Tetap bisa dikubur
WHO menegaskan kremasi bukan satu-satunya cara menangani jenazah pasien virus corona. Jenazah juga bisa dikuburkan asal mengikuti prosedur standar kehati-hatian.

"Jenazah pasien menular harus dikremasi adalah mitos umum. Tentunya ini tidak benar. Pemilihan metode kremasi hanya karena masalah budaya dan sumber daya," tulis WHO.

Viral Perawat di Jakarta Diusir dari Kos Akibat Menangani Pasien Corona

 Viral perawat di Jakarta Utara yang diusir dari kos akibat tangani pasien corona. Kabar ini pertama kali dibagikan melalui akun twitter @anjgglu pada Sabtu (28/3/2020).
Dalam postingan tersebut, ia mengatakan temannya yang berkerja di Rumah Sakit Penyakit Infeksi Sulianti Saroso (RSPI SS) diusir dari kosannya akibat warga setempat takut tertular virus corona COVID-19.

Saat dikonfirmasi detikcom, Fadly sang tunangan dari perawat yang diusir pun membenarkan kabar tersebut. Perawat yang bernama Yolanda Vega dan temannya tidak diperpanjang kos di daerah Sunter Agung, Jakarta Utara, karena merawat pasien virus corona COVID-19.

"Itu benar, jadi gini mas, yang jadi korban tunangan saya dan temannya perawat RSPI juga. Yang ngekost di situ banyak dan hanya karyawan RSPI yang tidak diperpanjang," ujar Fadli saat dihubungi detikcom, Senin (30/3/2020)

Fadly yang juga berprofesi sebagai perawat di RSPI Sulianti Saroso ini mengeluh banyak masyarakat yang memberikan stigma negatif pada tenaga kesehatan yang menangani pasien positif corona. Meskipun nyatanya mereka tidak terinfeksi virus corona.

"Dijauhin tetangga situ (tempat kos), nggak mau dekat padahal kita negatif," lanjutnya.

Ia mengharapkan ke depan masyarakat harus lebih bijak dan menghormati para tenaga kesehatan yang berjuang di garda terdepan dalam penanganan virus corona ini.

"Harapan saya perlu sosialisasi kepada masyarakat, soalnya kalau dia (masyarakat) positif COVID-19, ujung-ujungnya lari ke kita petugas medis, dan kita juga kerja nggak asal-asalan, sesuai SOP, dan karyawan (petugas kesehatan) juga dapat pemeriksaan COVID-19, kalau positif ya kita karantina di RS itu sendiri," tutupnya.

Kalau Bilik Disinfektan Tak Efektif, Bagaimana Cara Ampuh Menangkal Corona?

Penggunaan disinfektan ke tubuh manusia ternyata menimbulkan berbagai macam efek, mulai dari iritasi saluran pernapasan dan juga kulit.
Keberadaan bilik disinfektan yang dimanfaatkan sebagai pencegahan penyebaran virus corona pun dianggap tidak efektif, malah menimbulkan efek negatif pada tubuh.

"Jadi, selain tidak efektif, itu (bilik disinfektan) juga punya dampak negatif ke tubuh," tegas dr Rezki Tantular, SpP, Ketua Bidang Humas Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) pada detikcom, Senin (30/3/2020).

Oleh karena itu, dr Rezki menegaskan harusnya pihak yang menyediakan bilik tersebut paham akan efek yang tidak baik pada tubuh. Ia berharap prosedur itu tidak dilakukan lagi.

Untuk mencegah penyebaran, dr Rezki menyarankan bisa dengan menganjurkan orang yang sakit untuk menggunakan masker dan menjaga kebersihan.

"Untuk mencegahnya, lebih baik ya dengan pemakaian masker untuk mereka yang sakit dan yang memang bekerja di rumah sakit. Jangan lupa cuci tangan," jelas dr Rezki.

Cara lain yang juga penting diterapkan adalah saling menjaga jarak. Droplet atau percikan dahak yang mengandung virus bisa menular pada jarak 1-2 meter.

Menkes Thailand Salahkan Turis 'Jorok' Atas Kasus Corona di Negaranya

Menteri Kesehatan Thailand, Anutin Charnvirakul, secara terang-terangan menyalahkan turis Kaukasian karena dianggap jorok sehingga menyebarkan virus corona di negaranya. Komentar kontroversialnya ini dibagikannya pada akun Twitter resmi miliknya beberapa waktu lalu.
"90 persen warga Thailand pakai masker. Namun, tidak ada orang farang yang memakai masker. Inilah alasan mengapa kita terinfeksi. Kita harus lebih berhati-hati dengan orang farang daripada orang Asia

Farang, adalah sebutan warga Thailand bagi pelancong Barat atau mereka yang berkulit putih.

"Saat ini, ini musim dingin di Eropa, dan dengan wabah coronavirus, mereka semua melarikan diri dari flu dan virus untuk masuk ke Thailand yang hangat. Banyak dari mereka yang kotor dan tidak mandi," cuitnya kemudian.

Selang beberapa jam, komentar tersebut dihapus setelah mendapat kecaman dari banyak orang. Sebab, tidak jelas darimana Anutin bisa mendapat statistik 90 persen warga Thailand mengenakan masker.

Dalam sebuah wawancara dengan BBC, Anutin yang juga mengunggah komentar rasis pada Februari lalu, yang mengusulkan bahwa semua orang asing yang tidak mengenakan masker di Thailand harus diusir, mengatakan bahwa kicauan kontrovesial tersebut bukanlah perbuatannya.

Meski jelas bahwa Charnvirakul kurang menyukai kehadiran turis Barat dan menyalahkan mereka, beberapa laporan dari media lokal, TheThaiger menyebut Thailand lambat menerapkan pembatasan kedatangan sehingga saat virus corona mulai menyebar, banyak pihak dibuat bingung dan panik.