Sabtu, 02 Mei 2020

3 Cara Sederhana nan Jitu Tangkal Corona

Virus corona COVID-19 mudah sekali menyebar. Kabar baiknya, cara menangkalnya ternyata cukup simpel dan bisa dilakukan oleh siapa saja.
Dijelaskan oleh dr Erlina Burhan, SpP dari RSUP Persahabatan, virus corona menular lewat dua cara. Cara pertama adalah penularan langsung yakni melalui droplet dari orang sakit yang terhirup orang lain di sekitarnya.

"Droplet adalah cipratan yang keluar saat batuk atau bersin, dan ini jaraknya sekitar 1 meter," jelas dr Erlina dalam konferensi pers dalam jaringan di BNPB, Senin (30/3/2020).

Untuk penularan secara langsung, ada 3 cara mudah seperti dijelaskan dr Erlina.
1. Memakai masker
Masker digunakan saat sedang sakit atau merasa tidak sehat. Bisa juga dipakai saat merawat orang sakit.

2. Jaga jarak
Sesuai jangkauan droplet, usahakan untuk saling menjaga jarak minimal 1 meter.

3. Di rumah saja
Tetap berada di rumah, menurut dr Erlina adalah upaya untuk membatasi interaksi sosial. Saat ini sangat dianjurkan untuk tidak keluar rumah terlebih dahulu.

"Kalau sangat penting harus keluar, jaga jarak 1 meter. Jika berada dalam kerumunan, lebih baik pakai masker," pesan dr Erlina.

Sedangkan cara penularan yang kedua adalah secara tidak langsung. Ini terjadi saat droplet tumpah dan menempel ke permukaan benda sehari-hari. Jika tanpa sengaja tangan menyentuh permukaan yang tercemar dan kemudian memegang wajah, maka risiko penularan akan sangat besar.

Dua cara utama untuk mencegah penularan secara tidak langsung adalah:
1. Cuci tangan
Dilakukan sebelum dan setelah buang ingus, memegang orang sakit, merawat luka, mengolah makanan, dan sebagainya.

2. Tidak menyentuh wajah
Terkadang memang sulit untuk menahan godaan menyentuh wajah. Namun menurut dr Erlina, itu bisa dilakukan dengan menanamkan dalam pikiran untuk tidak pernah menyentuh wajah dan menjadikannya sebagai kebiasaan.

3 Fakta Semprotan Disinfektan yang Tak Boleh Langsung Kena Tubuh

Belakangan ini, bilik disinfektan makin banyak dijumpai di tempat-tempat umum. Penyemprotan disinfektan langsung pada tubuh banyak ditemukan di lokasi umum, bahkan sebelum seseorang memasuki gedung. Padahal, menyemprot cairan disinfektan yang mengandung kadar alkohol cukup tinggi akan berdampak pada kesehatan.
Praktisi Kesehatan dan Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), dr Ari Fahrial Syam, menyebut ada beberapa kesalahan persepsi soal penyemprotan cairan disinfektan. Ia menegaskan bahwa menyemprotkan langsung disinfektan ke tubuh bisa menimbulkan berbagai risiko dan tidak bisa digunakan untuk mencegah paparan virus corona.

Disebutkan oleh dr Ari, disinfektan bisa sangat berbahaya jika langsung disemprotkan pada tubuh. WHO Indonesia juga menyebut hal itu tak semestinya dilakukan karena menyemprotkan bahan-bahan kimia disinfektan langsung ke tubuh manusia bisa membahayakan jika terkena pakaian dan selaput lendir seperti mata dan mulut.

Selain itu, dr Ari memaparkan beberapa fakta semprot disinfektan ke tubuh, di antaranya:

Jumat, 01 Mei 2020

Kalau Bilik Disinfektan Tak Efektif, Bagaimana Cara Ampuh Menangkal Corona?

Penggunaan disinfektan ke tubuh manusia ternyata menimbulkan berbagai macam efek, mulai dari iritasi saluran pernapasan dan juga kulit.
Keberadaan bilik disinfektan yang dimanfaatkan sebagai pencegahan penyebaran virus corona pun dianggap tidak efektif, malah menimbulkan efek negatif pada tubuh.

"Jadi, selain tidak efektif, itu (bilik disinfektan) juga punya dampak negatif ke tubuh," tegas dr Rezki Tantular, SpP, Ketua Bidang Humas Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) pada detikcom, Senin (30/3/2020).

Oleh karena itu, dr Rezki menegaskan harusnya pihak yang menyediakan bilik tersebut paham akan efek yang tidak baik pada tubuh. Ia berharap prosedur itu tidak dilakukan lagi.

Untuk mencegah penyebaran, dr Rezki menyarankan bisa dengan menganjurkan orang yang sakit untuk menggunakan masker dan menjaga kebersihan.

"Untuk mencegahnya, lebih baik ya dengan pemakaian masker untuk mereka yang sakit dan yang memang bekerja di rumah sakit. Jangan lupa cuci tangan," jelas dr Rezki.

Cara lain yang juga penting diterapkan adalah saling menjaga jarak. Droplet atau percikan dahak yang mengandung virus bisa menular pada jarak 1-2 meter.

Menkes Thailand Salahkan Turis 'Jorok' Atas Kasus Corona di Negaranya

Menteri Kesehatan Thailand, Anutin Charnvirakul, secara terang-terangan menyalahkan turis Kaukasian karena dianggap jorok sehingga menyebarkan virus corona di negaranya. Komentar kontroversialnya ini dibagikannya pada akun Twitter resmi miliknya beberapa waktu lalu.
"90 persen warga Thailand pakai masker. Namun, tidak ada orang farang yang memakai masker. Inilah alasan mengapa kita terinfeksi. Kita harus lebih berhati-hati dengan orang farang daripada orang Asia

Farang, adalah sebutan warga Thailand bagi pelancong Barat atau mereka yang berkulit putih.

"Saat ini, ini musim dingin di Eropa, dan dengan wabah coronavirus, mereka semua melarikan diri dari flu dan virus untuk masuk ke Thailand yang hangat. Banyak dari mereka yang kotor dan tidak mandi," cuitnya kemudian.

Selang beberapa jam, komentar tersebut dihapus setelah mendapat kecaman dari banyak orang. Sebab, tidak jelas darimana Anutin bisa mendapat statistik 90 persen warga Thailand mengenakan masker.

Dalam sebuah wawancara dengan BBC, Anutin yang juga mengunggah komentar rasis pada Februari lalu, yang mengusulkan bahwa semua orang asing yang tidak mengenakan masker di Thailand harus diusir, mengatakan bahwa kicauan kontrovesial tersebut bukanlah perbuatannya.

Meski jelas bahwa Charnvirakul kurang menyukai kehadiran turis Barat dan menyalahkan mereka, beberapa laporan dari media lokal, TheThaiger menyebut Thailand lambat menerapkan pembatasan kedatangan sehingga saat virus corona mulai menyebar, banyak pihak dibuat bingung dan panik.

Ramai Penolakan Jenazah Pasien Corona, Ini 4 Alasan Kamu Tak Perlu Takut

 Ada laporan warga di beberapa daerah menolak jenazah orang yang meninggal terkait penyakit virus corona COVID-19. Misalnya saja di Kelurahan Simalingkar B, Medan, Sumatera Utara, muncul spanduk berisi pesan menolak jenazah dimakamkan di wilayahnya.
"Iya. Jadi semalam sudah. Memang ada spanduk dinaikkan oleh beberapa orang dan sudah kita tindaklanjuti semalam dengan segera rapat tingkat forkopimcam ya. Dari Danramil dan pihak Polsek," kata Camat Medan Tuntungan, Topan Ginting, Senin (30/3/2020).

Tampaknya di tengah masyarakat ada anggapan bahwa jenazah bisa menularkan penyakit. Terkait hal tersebut, sebetulnya kita tak perlu khawatir karena beberapa alasan berikut:

1. Jenazah sudah lewati prosedur pengamanan
Indonesia memiliki prosedur penanganan jenazah pasien yang berhubungan dengan corona. Hal ini tertuang dalam "Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19)" yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan.

Dalam pedoman tersebut jenazah pasien yang meninggal akan dikemas dalam kantong jenazah yang tidak mudah tembus. Para petugas yang menangani juga diwajibkan menjalankan standar kewaspadaan.

2. Virus tak mudah menular dari jenazah
Halaman panduan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut jenazah pasien corona tidak mudah menularkan penyakit. Ini karena sebagian besar virus terletak pada saluran napas yang utamanya menyebar ketika pasien batuk-batuk atau bersin.

"Jenazah secara umum tidak menularkan penyakit, kecuali pada kasus pasien demam berdarah (contohnya Ebola, Marburg) dan kolera. Paru-paru pasien dengan penyakit seperti influenza baru bisa menularkan penyakitnya ketika tak ditangani dengan baik saat autopsi," tulis WHO.

3. Tetap bisa dikubur
WHO menegaskan kremasi bukan satu-satunya cara menangani jenazah pasien virus corona. Jenazah juga bisa dikuburkan asal mengikuti prosedur standar kehati-hatian.

"Jenazah pasien menular harus dikremasi adalah mitos umum. Tentunya ini tidak benar. Pemilihan metode kremasi hanya karena masalah budaya dan sumber daya," tulis WHO.