Senin, 04 Mei 2020

Dampak Kejiwaan Prank Bagi-bagi Makanan Sampah ala Ferdian Paleka

Prank menjadi salah satu tren yang cukup banyak dilakukan orang, bahkan banyak yang menjadikannya konten video yang diposting di berbagai media sosial. Misalnya tren prank supir ojek online hingga yang terbaru saat ini yaitu bagi-bagi 'makanan' sampah yang dilakukan YouTuber dari Bandung, Ferdian Paleka.
Prank sebenarnya masuk ke dalam kategori permainan yang tujuannya untuk meramaikan (memeriahkan) suasana dengan mengecoh orang lain melalui usaha mengaburkan logika dan realita. Tapi, dampak yang ditimbulkan ternyata sangat luas terutama untuk korbannya.

"Tren seperti itu tidak baik dan berdampak buruk bagi banyak pihak. Bagi si pelaku, akan mendapat kecaman dari orang yang terkena prank atau dari penonton maupun netizen," kata Nuzulia Rahma, psikolog ProHelp Center.

"Bagi orang yang terkena prank, akan menimbulkan luka hati, rasa tidak dihargai, bahkan merasa direndahkan," lanjutnya saat dihubungi detikcom, Senin (4/5/2020).

Menurut Rahma, efek atau dampak dari tindakan prank ini juga bisa lebih buruk lagi. Tren ini bisa menimbulkan rasa sakit hati, menurunkan rasa percaya diri orang yang terkena prank, sampai memunculkan rasa dendam pada pelakunya.

Tak hanya untuk pelaku dan korban, Rahma juga menyebutkan dampak ini bisa dirasakan orang yang menontonnya, khususnya usia muda atau remaja yang masih labil. Bisa jadi mereka ikut-ikutan karena dianggap seru dan lucu.

"Khususnya yang masih remaja atau usia labil, bisa ikut-ikutan karena hal ini dianggap seru, lucu, dan menantang. Sehingga kondisi di lingkungan sosial semakin memburuk," tandasnya.

Viral Pria Bentak Petugas Gara-gara Langgar PSBB, Kenapa Susah Kontrol Emosi?

Sebuah video viral di media sosial yang menunjukkan seorang pria marah-marah ke petugas yang berjaga di titik check point pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Kejadian ini terjadi di Persimpangan Empang, Bogor Selatan.
Diketahui, pria bernama Endang Wijaya ini tak mau memindahkan istrinya ke kursi belakang mobil seperti arahan peraturan PSBB terkait social distancing. Awal keributan ini terjadi karena pria itu melanggar konfigurasi penumpang.

"Ya sudah saya jelaskan, silahkan foto! Nama saya Endang Wijaya. Sampaikan ke Pemerintah Daerah Bogor, Bima Arya. Saya menghormati aturan, tapi saya lebih menghormati aturan Allah. Saya suami harus menghargai istri saya," kata pria itu seperti video yang beredar di media sosial, Minggu (3/5/2020).

Psikolog Diah Ayu dari Personal Growth mengatakan ada banyak kemungkinan faktor penyebab sehingga seseorang jadi temperamental. Penyebab pertama masalah personal, kedua perilaku orang lain yang tidak mengenakkan, dan ketiga situasi yang tidak menguntungkan.

"Misalnya ketika dia menghadapi suatu situasi, kebetulan juga sedang mengalami masalah personal. Masalah personalnya sendiri yang membuat dia juga sulit untuk mengontrol emosinya," kata Diah.

"Kedua mungkin saja karena memang perilaku dari orang lain, dari luar yang kurang mengenakkan bagi dia. Kemudian dia tidak menyetujui perilaku dari orang lain yang ditujukan padanya, kemudian juga situasinya tidak mengenakkan dan menguntungkan buat dia," lanjutnya.

Meskipun begitu, Diah tidak dapat menyimpulkan penyebab kemarahan seorang pria di dalam video viral tersebut. Menurutnya bisa jadi satu terdapat satu faktor yang mendasarinya maupun kombinasi dari beberapa faktor penyebab seseorang bisa marah.

"Karena balik lagi kemampuan orang dalam mengontrol emosi kan juga berbeda-beda. Kita ga tau situasi yang dihadapi saat itu seperti apa sehingga dia mengeluarkan reaksi seperti itu," pungkasnya.

Sebaran Pasien Virus Corona di Indonesia, 1.954 Sembuh 864 Meninggal

Pemerintah mengumumkan jumlah kasus positif virus Corona COVID-19 di Indonesia pada Senin (4/5/2020) telah mencapai 11.587 kasus. Sebanyak 1.954 pasien dinyatakan sembuh, 864 pasien meninggal.
"Kasus konfirmasi positif COVID-19 yang sembuh bertambah 78 orang sehingga menjadi 1.954 orang," kata juru bicara pemerintah untuk penanganan virus Corona COVID-19, Achmad Yurianto, Senin (4/5/2020).

Berikut sebaran pasien yang sembuh dan meninggal hingga saat ini.

SEMBUH
Aceh 7
Bali 159
Banten 34
Bangkabelitung 4
Bengkulu 1
DI Yogyakarta 50
DKI Jakarta 632
Jambi 1
Jawa Barat 159
Jawa Tengah 112
Jawa Timur 178
Kalimantan Barat 8
Kalimantan Timur 13
Kalimantan Tengah 15
Kalimantan Selatan 24
Kalimantan Utara 5
Kepulauan Riau 42
Nusa Tenggara Barat 36
Sumatera Selatan 43
Sumatera Barat 37
Sumatera Utara 41
Sulawesi Utara 17
Sulawesi Tenggara 11
Sulawesi Barat 4
Sulawesi Selatan 199
Sulawesi Tengah 11
Lampung 17
Riau 26
Maluku Utara 5
Maluku 12
Papua 48
Nusa Tenggara Timur 1
Gorontalo 2

MENINGGAL
Aceh 1
Bali 4
Banten 41
Bangka Belitung 1
Bengkulu 1
DI Yogyakarta 7
DKI Jakarta 408
Jawa Barat 86
Jawa Tengah 62
Jawa Timur 117
Kalimantan Barat 3
Kalimantan Timur 1
Kalimantan Tengah 7
Kalimantan Selatan 9
Kalimantan Utara 1
Kepulauan Riau 9
Nusa Tenggara Barat 4
Sumatera Selatan 5
Sumatera Barat 15
Sumatera Utara 13
Sulawesi Utara 4
Sulawesi Tenggara 2
Sulawesi Selatan 40
Sulawesi Tengah 3
Sulawesi Barat 1
Lampung 5
Riau 6
Papua 6
Papua Barat 1
Gorontalo 1

Dampak Kejiwaan Prank Bagi-bagi Makanan Sampah ala Ferdian Paleka

Prank menjadi salah satu tren yang cukup banyak dilakukan orang, bahkan banyak yang menjadikannya konten video yang diposting di berbagai media sosial. Misalnya tren prank supir ojek online hingga yang terbaru saat ini yaitu bagi-bagi 'makanan' sampah yang dilakukan YouTuber dari Bandung, Ferdian Paleka.
Prank sebenarnya masuk ke dalam kategori permainan yang tujuannya untuk meramaikan (memeriahkan) suasana dengan mengecoh orang lain melalui usaha mengaburkan logika dan realita. Tapi, dampak yang ditimbulkan ternyata sangat luas terutama untuk korbannya.

"Tren seperti itu tidak baik dan berdampak buruk bagi banyak pihak. Bagi si pelaku, akan mendapat kecaman dari orang yang terkena prank atau dari penonton maupun netizen," kata Nuzulia Rahma, psikolog ProHelp Center.

"Bagi orang yang terkena prank, akan menimbulkan luka hati, rasa tidak dihargai, bahkan merasa direndahkan," lanjutnya saat dihubungi detikcom, Senin (4/5/2020).

Menurut Rahma, efek atau dampak dari tindakan prank ini juga bisa lebih buruk lagi. Tren ini bisa menimbulkan rasa sakit hati, menurunkan rasa percaya diri orang yang terkena prank, sampai memunculkan rasa dendam pada pelakunya.

Tak hanya untuk pelaku dan korban, Rahma juga menyebutkan dampak ini bisa dirasakan orang yang menontonnya, khususnya usia muda atau remaja yang masih labil. Bisa jadi mereka ikut-ikutan karena dianggap seru dan lucu.

"Khususnya yang masih remaja atau usia labil, bisa ikut-ikutan karena hal ini dianggap seru, lucu, dan menantang. Sehingga kondisi di lingkungan sosial semakin memburuk," tandasnya.