Menanggapi peningkatan kasus covid-19 pada akhir pekan, kota Shulan yang berada di provinsi Jilin, China, akan bersiap untuk melakukan penguncian wilayah (lockdown).
Wali Kota Shulan, Jin Hua, langsung merespons 14 kasus virus corona yang tercatat dalam dua hari terakhir oleh komisi kesehatan provinsi.
Jin Hua mengatakan kota yang dipimpinnya akan mengadopsi langkah-langkah pengendalian yang ketat. Klinik dan apotek akan berhenti menjual obat demam karena semua pasien yang dicurigai atau dikonfirmasi virus corona akan dikirim ke rumah sakit rujukan.
Layanan publik dan tempat rekreasi ditutup sejak Sabtu. Sementara restoran hanya diizinkan melayani pemesanan untuk dibawa pulang.
Pertemuan-pertemuan pun dilarang dan hanya satu anggota dari setiap rumah tangga yang diperbolehkan ke luar mengumpulkan kebutuhan sehari-hari.
Wakil Sekretaris Pemerintah Provinsi Jilin mengatakan pihak berwenang telah melakukan screening kepada 2.005 orang. Sementara dari hasil pelacakan kontak pihak terkait mengkarantina 290 orang.
Dilansir dari CNN, para ahli dari Komisi Kesehatan Nasional China dan Pusat Pengendalian Penyakit China tiba di Shulan pada hari Minggu untuk memandu upaya pencegahan dan pengendalian epidemi.
Kemunculan kasus Covid-19 di Shulan membuat ahli kesehatan khawatir akan gelombang kedua virus corona di Negeri Tirai Bambu tersebut. China pun segera memberlakukan lockdown di kota yang berbatasan dengan Rusia dan Korea Utara itu.
Lantaran lokasi dekat dengan negara tetangga sempat muncul pula dugaan kasus impor dari luar negeri yang menyebabkan wabah baru.
Selain di Shulan, kasus baru virus corona juga muncul di Wuhan. Padahal lockdown di Wuhan belum lama dicabut. Setidaknya ada lima kasus baru di kota tersebut.
3 Pelajar China Meninggal Karena Kenakan Masker saat Olahraga
Sebanyak tiga pelajar di China dilaporkan meninggal ketika menjalani jam pelajaran olahraga dengan menggunakan masker untuk mencegah tertular virus corona.
Seperti dilansir kantor berita NHK yang mengutip media massa China, Senin (11/5), peristiwa itu terjadi di Provinsi Zhejiang dan Provinsi Henan dan Hunan antara pertengahan hingga akhir April lalu.
Menurut laporan, ketiga pelajar yang mengenakan masker tersebut pingsan dan meninggal di tempat ketika melakukan lari jarak jauh dan bentuk olahraga lainnya. Salah satunya dilaporkan mengenakan masker medis tipe N95.
Media massa China, The Beijing Youth Daily, mengutip pendapat seorang pakar yang melarang seseorang mengenakan masker N95 ketika sedang melakukan aktivitas fisik yang cukup berat. Mereka menuliskan sebenarnya para pelajar bisa berolahraga tanpa mengenakan masker asalkan menjaga jarak.
Akibat kejadian tersebut, sejumlah pemerintah daerah di Negeri Tirai Bambu menerbitkan imbauan supaya pihak sekolah melarang penggunaan masker dalam kegiatan olahraga.
Pemerintah China sudah membuka kembali aktivitas pembelajaran di sekolah menengah pertama dan umum, di sejumlah daerah dengan tingkat penyebaran virus corona yang rendah.
Masker N95 umumnya digunakan oleh petugas medis di ruangan dengan sirkulasi udara yang cukup dan terdapat pengatur suhu ruangan. Masker tersebut memiliki tingkat kerapatan yang tinggi untuk menghalangi partikel mikro terhirup.
Akan tetapi, efek penggunaan masker N95 ketika melakukan kegiatan fisik membuat pernapasan menjadi lebih berat karena paru-paru bekerja lebih keras untuk menghirup oksigen.