Puluhan nama pejabat dilaporkan masuk dalam daftar kandidat duta besar Republik Indonesia untuk 30 perwakilan pemerintah di luar negeri yang telah dipilih Presiden Joko Widodo, Senin (11/5).
Sebagian besar nama calon duta besar RI dalam daftar yang beredar di kalangan media itu terdiri dari diplomat, mantan menteri, hingga pemimpin redaksi media massa.
Melalui dokumen yang diterima CNNIndonesia.com, mantan Pemimpin Redaksi Metro TV sekaligus mantan Ketua Forum Pemimpin Redaksi, Suryopratomo, diusulkan dalam daftar tersebut menjadi Duta Besar RI untuk Singapura.
Sementara itu, mantan Menteri Perdagangan era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono serta relawan Jokowi saat Pilpres 2019, M Luthfi, juga masuk dalam bursa tersebut. M Lutfi diajukan menjadi Dubes RI untuk Amerika Serikat.
Mantan Kepala Staf Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat TNI, Mayor Jenderal (Purn.), Imam Edy Mulyono, diajukan menjadi Dubes RI untuk Venezuela.
Pelaksana tugas juru bicara Kemlu RI, Teuku Faizasyah, menuturkan pengajuan nama dubes RI adalah hak prerogatif presiden. Menteri luar negeri, paparnya, hanya memberikan masukan dan pertimbangan terhadap nama-nama calon dubes tersebut.
"Proses pengangkatan seorang Dubes sebenarnya cukup panjang. Setelah fit and proper test oleh DPR masih ada proses penting lainnya yaitu permintaan agreement (persetujuan) ke negara yang dituju," kata Faizasyah saat dimintai konfirmasi melalui pesan singkat.
Faizasyah mengatakan nama-nama calon dubes RI memang tidak pernah diumumkan ke publik sampai para calon dubes tersebut disetujui oleh negara masing-masing melalui proses mandat (credential).
Usulan nama-nama dubes itu dilaporkan telah diterima oleh DPR dan selanjutnya dirundingkan dalam rapat paripurna DPR besok.
AS-China Makin Gencar Unjuk Gigi di Laut China Selatan
Amerika Serikat dan China semakin gencar saling unjuk kekuatan militer di Laut China Selatan yang menjadi sengketa pada tahun ini, meski tengah berada dalam situasi pandemi virus corona.
Seperti dilansir Sputnik News, Senin (11/5), hingga Mei 2020, angkatan bersenjata AS dilaporkan sudah mengutus 39 kali penerbangan yang melintas sangat dekat dengan perbatasan China. Pesawat-pesawat AS itu terbang menuju kawasan Laut China Timur dan Selatan, mendekati Hong Kong, dan Selat Taiwan.
Selat Taiwan memisahkan daratan China dengan pulau yang mempunyai pemerintahan mandiri tersebut. Namun, China mengklaim bahwa Taiwan adalah bagian dari negaranya.
Kapal perang AS juga sudah berlayar melintasi wilayah yang menjadi sengketa di Laut China Selatan sejak awal 2020. Mereka beralasan kegiatan itu dilakukan dalam rangka operasi kebebasan navigasi.
Sedangkan China saat ini sudah mengerahkan dua kapal induk dan sejumlah kapal perang untuk berpatroli di Laut China Selatan.
"Pasukan kami berlayar dan terbang di perairan internasional di Laut China Selatan dengan diskresi dan sesuai ketentuan maritim dan hukum internasional, serta memperlihatkan seluruh kemampuan angkatan laut di kawasan Indo-Pasifik," kata Komandan Armada Ekspedisi Tempur Ke-7 Angkatan Laut AS, Fred Karcher.
Menteri Pertahanan AS, Mark Esper, mengatakan operasi militer mereka di Laut China Selatan bertujuan untuk mempertahankan tingkat perkiraan strategis, sekaligus mengumpulkan prediksi tentang China.
China tentu tidak tinggal diam melihat gelagat AS. Angkatan Udara China beberapa kali mengutus pesawat untuk terbang melintasi kawasan yang menjadi sengketa dengan Taiwan.
Salah satu kapal induk Angkatan Laut China, Liaoning, bahkan sempat berlayar melewati selat Taiwan. Hal itu membuat Taiwan segera mengutus jet tempur untuk mengawasi gerak-gerik kapal induk China tersebut.
China mengklaim sebagai pemilik Laut China Selatan, dengan menetapkan sembilan garis imajiner di peta. Akibatnya adalah hal itu ditentang oleh Filipina, Indonesia, Malaysia dan Vietnam.