Kamis, 14 Mei 2020

Alat Rapid Test Banyak Dijual Online, Amankah Tes Corona Sendiri?

 Baru-baru ini beredar alat tes corona atau yang dikenal dengan rapid test di market online. Rapid test memang disediakan pemerintah untuk mendeteksi awal kasus corona.
Berdasarkan pemantauan detikcom, harganya pun bervariasi mulai dari ratusan ribu hingga 2 juta rupiah. Namun benarkah kita bisa mendeteksi virus corona menggunakan alat yang dijual di market online tersebut?

Menanggapi hal ini, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Dr dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, menjelaskan alat tes corona yang dijual di pasaran tidak terjamin akurasinya. Ia mengimbau agar masyarakat tidak membeli alat tersebut.

"Ya disitulah, bagaimana dengan online? Kita mesti hati-hati dengan online tersebut pertama kita musti liat sensitivitasnya itu bagaimana, saya sudah mengecek di website itu ternyata ada puluhan, ya kemaren itu kita detect ada 60-an rapid test," ungkapnya saat melakukan Konferensi Pers Daring #FKUIPeduliCOVID19 pada Jumat (23/3/2020).

Ia juga meragukan sensitivitas dari alat tersebut. Khawatirnya, orang yang menggunakan alat tersebut tidak mendapat hasil yang valid.

"Repotnya begini ketika kita menggunakan rapid test yang tidak valid, kalau itu kemudian kita dibilang negatif, ternyata kita positif, ini orang merasa yakin oh saya negatif, akhirnya ya dia merasa tidak positif, tidak melakukan prevention (pencegahan)," lanjutnya.

"Tapi sebaliknya ketika dia positif juga mesti ingat dia gejalanya gimana ya tetap dia mesti dikonfirmasi dulu," katanya kembali menegaskan.

Prof Ari tidak menjadikan alat tes corona yang dijual di market place sebagai rekomendasi untuk masyarakat. Karena hal tersebut berkaitan dengan sensitivitas alatnya.

"Saya tidak merekomendasi rapid test yang tidak jelas, maka di rapid test yang ada sekarang pun ini kita lakukan uji diagnostik terlebih dahulu apakah memang mempunyai sensitivitas yang baik, pemerintah juga menyampaikan belum ada rapid test yang diizinkan untuk kepentingan diperjualbelikan," tutupnya.

Tak Punya Riwayat Penyakit, Pria Ini Meninggal karena Corona

Seorang pria di Texas berusia 44 tahun, Adolph Mendez dinyatakan telah meninggal dunia setelah beberapa hari didiagnosis positif virus corona COVID-19. Kisah ini dibagikan oleh sang istri bernama Angela Mendez dan salah satu anaknya, Brenda Johnson.
Dikutip dari New York Post, Angela menjelaskan suaminya adalah seorang guru Taman Kanak-kanak di gereja Oakwood, dan mempunyai riwayat kesehatan yang baik sebelum pada akhirnya terinfeksi virus corona.

"Kamu sering mendengar kalau yang meninggal itu umumnya orang yang tua dan memiliki penyakit lain. Tetapi dia itu sehat dan virus corona menumbangkannya," kata Angela.

"Ini bisa terjadi pada siapa saja, bukan hanya sekedar cerita yang terjadi pada orang-orang di seluruh dunia. Nyatanya itu terjadi di sini, virus itu dapat membunuh siapa pun seperti yang dialami oleh suamiku," lanjutnya.

Sementara itu, Brenda menggambarkan mendiang ayahnya sebagai sosok yang sangat sempurna dan juga sehat.

"Dia baik, dia sabar, dia peduli pada orang lain dan sangat mencintai keluarganya. Dia juga aktif dalam komunitas gereja," ucap Brenda.

Brenda juga menjelaskan bahwa ayahnya terkenal dengan sebutan 'Mr Sticker' di lingkungan tempat ia mengajar.

"Setiap hari Minggu dia akan saling bertukar stiker dengan murid-muridnya. Dia sangat dicintai oleh semua orang," tuturnya.

Ingat, Tak Semua Jenis Yoghurt Boleh Dikonsumsi Ibu Hamil

 Yoghurt sering dianggap sebagai jenis makanan sehat dan alternatif pengganti camilan yang lebih 'ramah' terhadap kesehatan tubuh. Ibu hamil seringkali memiliki nafsu makan, terutama untuk ngemil, yang lebih besar daripada sebelumnya. Nah, agar keinginan untuk ngemil terpenuhi namun tetap sehat, yoghurt bisa menjadi pilihan yang tepat.
Bagi ibu hamil penyuka yoghurt, Anda tetap masih bisa mengonsumsinya namun ada hal yang harus diperhatikan. Tidak semua yoghurt boleh dikonsumsi oleh wanita hamil, terutama saat masih berada di trimester pertama.

Head of Medical Kalbe Nutritionals dr Muliaman Mansyur menjelaskan yoghurt atau susu fermentasi berdasarkan bahan dasarnya dapat dibagi menjadi yoghurt dari susu sapi, dari susu kambing, dari susu kedelai. Sementara dari rasa kebanyakan plain, dan juga rasa buah lain seperti mangga dan strawbery.

"Tentunya dalam fermentasi susu sering menggunakan bakteri yang baik (probiotik) seperti lactobasilus dan bifidobacterium, tapi umumnya untuk food, susu probiotik yang digunakan untuk yoghurt adalah lactobasilus. Sedangkan menurut bentuknya ada yang bentuk cair atau susu, ada yang bentuk gel, ada yang cream dan bentuk powder," jelas dr Muliaman kepada detikHealth baru-baru ini.

Namun, pastikan ibu hamil memilih yogurt yang terbuat dari susu yang dipasteurisasi. Pasteurisasi merupakan sterilisasi kuman melalui pemanasan pada suhu 60-70 derajat celcius selama 30 menit dengan tujuan membunuh bakteri pathogen yang ada pada susu murni. Hal ini bertujuan agar tidak ada bakteri yang mengganggu pada perkembangan janin.

"Pada dasarnya semua yoghurt boleh, baik dan aman dikonsumsi oleh wanita hamil, terutama yang memang yoghurt berbahan dasar susu dan diperuntukan buat wanita hamil," jelasnya.

Selain itu, dr Muliaman menyarankan agar tidak mengonsumsi yoghurt secara berlebihan sampai lebih dari 700 gram per hari. Yoghurt yang dikonsumsi pun tidak mengandung lemak berlebih meskipun wanita hamil memang tetap membutuhkan lemak dalam jumlah yang aman.

"Tentunya yoghurt khusus wanita hamil ini aman dan bermanfaat buat janin karena biasanya diperkaya dengan nutrisi seperti protein, kalsium, zat besi folat, omega 3, dan rendah lemak," jelas dr Muliaman.

Biar makan yoghurt tetap enak dan bernutrisi, wanita hamil bisa mengonsumsi PRENAGEN Yoghurt Strawberry Blush sebagai asupan nutrisi segar di masa kehamilan. Susu ini merupakan jenis susu bubuk berbahan dasar susu fermentasi (acidified milk) yang dapat juga dilarutkan dengan air dingin. PRENAGEN yogurt Strawberry Blush memastikan kelengkapan nutrisi harian yang dibutuhkan ibu dan Si Kecil.

Alat Rapid Test Banyak Dijual Online, Amankah Tes Corona Sendiri?

 Baru-baru ini beredar alat tes corona atau yang dikenal dengan rapid test di market online. Rapid test memang disediakan pemerintah untuk mendeteksi awal kasus corona.
Berdasarkan pemantauan detikcom, harganya pun bervariasi mulai dari ratusan ribu hingga 2 juta rupiah. Namun benarkah kita bisa mendeteksi virus corona menggunakan alat yang dijual di market online tersebut?

Menanggapi hal ini, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Dr dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, menjelaskan alat tes corona yang dijual di pasaran tidak terjamin akurasinya. Ia mengimbau agar masyarakat tidak membeli alat tersebut.

"Ya disitulah, bagaimana dengan online? Kita mesti hati-hati dengan online tersebut pertama kita musti liat sensitivitasnya itu bagaimana, saya sudah mengecek di website itu ternyata ada puluhan, ya kemaren itu kita detect ada 60-an rapid test," ungkapnya saat melakukan Konferensi Pers Daring #FKUIPeduliCOVID19 pada Jumat (23/3/2020).

Ia juga meragukan sensitivitas dari alat tersebut. Khawatirnya, orang yang menggunakan alat tersebut tidak mendapat hasil yang valid.

"Repotnya begini ketika kita menggunakan rapid test yang tidak valid, kalau itu kemudian kita dibilang negatif, ternyata kita positif, ini orang merasa yakin oh saya negatif, akhirnya ya dia merasa tidak positif, tidak melakukan prevention (pencegahan)," lanjutnya.