Baru-baru ini beredar alat tes corona atau yang dikenal dengan rapid test di market online. Rapid test memang disediakan pemerintah untuk mendeteksi awal kasus corona.
Berdasarkan pemantauan detikcom, harganya pun bervariasi mulai dari ratusan ribu hingga 2 juta rupiah. Namun benarkah kita bisa mendeteksi virus corona menggunakan alat yang dijual di market online tersebut?
Menanggapi hal ini, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Dr dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, menjelaskan alat tes corona yang dijual di pasaran tidak terjamin akurasinya. Ia mengimbau agar masyarakat tidak membeli alat tersebut.
"Ya disitulah, bagaimana dengan online? Kita mesti hati-hati dengan online tersebut pertama kita musti liat sensitivitasnya itu bagaimana, saya sudah mengecek di website itu ternyata ada puluhan, ya kemaren itu kita detect ada 60-an rapid test," ungkapnya saat melakukan Konferensi Pers Daring #FKUIPeduliCOVID19 pada Jumat (23/3/2020).
Ia juga meragukan sensitivitas dari alat tersebut. Khawatirnya, orang yang menggunakan alat tersebut tidak mendapat hasil yang valid.
"Repotnya begini ketika kita menggunakan rapid test yang tidak valid, kalau itu kemudian kita dibilang negatif, ternyata kita positif, ini orang merasa yakin oh saya negatif, akhirnya ya dia merasa tidak positif, tidak melakukan prevention (pencegahan)," lanjutnya.
"Tapi sebaliknya ketika dia positif juga mesti ingat dia gejalanya gimana ya tetap dia mesti dikonfirmasi dulu," katanya kembali menegaskan.
Prof Ari tidak menjadikan alat tes corona yang dijual di market place sebagai rekomendasi untuk masyarakat. Karena hal tersebut berkaitan dengan sensitivitas alatnya.
"Saya tidak merekomendasi rapid test yang tidak jelas, maka di rapid test yang ada sekarang pun ini kita lakukan uji diagnostik terlebih dahulu apakah memang mempunyai sensitivitas yang baik, pemerintah juga menyampaikan belum ada rapid test yang diizinkan untuk kepentingan diperjualbelikan," tutupnya.
Tak Punya Riwayat Penyakit, Pria Ini Meninggal karena Corona
Seorang pria di Texas berusia 44 tahun, Adolph Mendez dinyatakan telah meninggal dunia setelah beberapa hari didiagnosis positif virus corona COVID-19. Kisah ini dibagikan oleh sang istri bernama Angela Mendez dan salah satu anaknya, Brenda Johnson.
Dikutip dari New York Post, Angela menjelaskan suaminya adalah seorang guru Taman Kanak-kanak di gereja Oakwood, dan mempunyai riwayat kesehatan yang baik sebelum pada akhirnya terinfeksi virus corona.
"Kamu sering mendengar kalau yang meninggal itu umumnya orang yang tua dan memiliki penyakit lain. Tetapi dia itu sehat dan virus corona menumbangkannya," kata Angela.
"Ini bisa terjadi pada siapa saja, bukan hanya sekedar cerita yang terjadi pada orang-orang di seluruh dunia. Nyatanya itu terjadi di sini, virus itu dapat membunuh siapa pun seperti yang dialami oleh suamiku," lanjutnya.
Sementara itu, Brenda menggambarkan mendiang ayahnya sebagai sosok yang sangat sempurna dan juga sehat.
"Dia baik, dia sabar, dia peduli pada orang lain dan sangat mencintai keluarganya. Dia juga aktif dalam komunitas gereja," ucap Brenda.
Brenda juga menjelaskan bahwa ayahnya terkenal dengan sebutan 'Mr Sticker' di lingkungan tempat ia mengajar.
"Setiap hari Minggu dia akan saling bertukar stiker dengan murid-muridnya. Dia sangat dicintai oleh semua orang," tuturnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar