Sabtu, 30 Mei 2020

Telur Ajaib, Simbol Toleransi Raja Ampat

Pernah dengar asal-usul Raja Ampat? Terlahir dari batu ajaib, Raja Ampat menjadikannya sebagai simbol toleransi beragama. Masyarakat Kepulauan Raja Ampat hingga saat ini percaya bahwa asal-usul mereka berasal dari Sungai Waikeo atau Kali Raja, Teluk Kabui, Kampung Wawiyai, Distrik Tiplol Mayalibit.

Kali Raja sendiri dikenal sebagai salah satu destinasi wisata populer di Teluk Kabui, Raja Ampat. Secara administratif berada di Kampung Wawiyai, Distrik Tiplol Mayalibit, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat.

Mereka menyakini bahwa raja-raja yang berkuasa di wilayah Raja Ampat berasal dari Kali Raja, tempat ditemukannya telur raja.

Tujuh biji telur ajaib ditemukan oleh sepasang suami istri bernama Alyam dan Bukideni. Dari tujuh telur ada 5 yang menetas. Telur yang menetas menjelma menjadi 4 anak laki-laki dan satu perempuan. Mereka tidak telanjang tapi berpakaian layaknya penghuni kerajaan.

Baca juga: Pariwisata Raja Ampat Siap Sambut New Normal
"Dua telur ada yang tersisa berubah menjadi arwah dan sebuah batu. Batu inilah yang diberi nama Kapatnai atau Telur Raja," ujar Hari Suroto, Peneliti dari Balai Arkeologi Papua.

Empat anak laki-laki tersebut disebut sebagai pemimpin atau Raja Ampat. Kapatnai pun disimpan dan mendapat penghormatan khusus hingga saat ini.

Telur raja berada pada sebuah bangunan di Kali Raja. Telur raja diletakkan pada sebuah piring dan dibalut kain putih dalam sebuah kelambu.

"Kapatnai diletakkan di dalam piring porselin yang disusun berlapis tiga di atas gong perunggu dalam posisi bidang pukul berada di bawah. Kapatnai terbungkus kain kafan," lanjutnya.

Di luar bangunan, dewa penjaga berwujud dua batu tegak atau menhir yang diberi nama Man Moro dan Man Metem menjadi pengawal. Untuk menjaga kesakralannya, Kapatnai tidak dapat dilihat setiap saat dan hanya dibuka pada saat upacara penggantian kelambu.

Sebagai bentuk penghormatan pada leluhur, masyarakat Raja Ampat akan mengadakan tradisi pergantian kelambu dan pemandian telur oleh keturunan raja.


Tradisi ini hanya berlangsung setahun sekali, yang diselaraskan dengan hari besar agama Islam. Lantas kenapa disebut simbol toleransi?

"Keturunan raja-raja saat ini memiliki agama yang berbeda yaitu Islam dan Kristen. Meski demikian, tradisi ini tetap dilakukan tanpa membeda-bedakan agama," ungkap Hari.

Saat tradisi ritual penggantian kelambu dan permandian telur raja berlangsung, semua peziarah yang mau masuk melakukan ritual harus jalan membungkuk atau jongkok menghadap Kapatnai. Adalah tabu jika seseorang membelakangi Kapatnai.

"Sebelum kelambu digantikan, Telur Raja terlebih dahulu dimandikan oleh keturunannya baik yang beragama Islam maupun yang beragama Kristen. Pada saat ritual penggantian kelambu senantiasa diiringi nyanyian-nyanyian dan tari-tarian sakral yang berisi pesan-pesan moral dan harapan-harapan," jelasnya.

Penduduk setempat akan membersihkan lokasi dan menyiapkan makanan untuk disantap bersama seusai ritual sebagai
bentuk ungkapan rasa syukur.

Kali Raja dapat dianggap salah satu wujud kesatuan kekeluargaan diantara suku-suku yang mendiami pulau-pulau Raja Ampat yang dapat terus hidup sebelum dan setelah datangnya pengaruh agama Islam, tanpa membedakan asal-usul kampung, marga, agama, dan status sosial.

Wisatawan yang ingin berkunjung ke Kali Raja harus lebih dulu minta ijin pada juru kunci yang tinggal di Kampung Wawiyai. Selama berkunjung di Kali Raja, wisatawan harus bersikap sopan, berpakaian sopan, melepas alas kaki, melepas topi, dilarang memaki payung. Beberapa pantangan lainnya seperti dilarang membawa ayam, telur, dan kambing haruslah dipatuhi.
https://cinemamovie28.com/cast/adam-copeland/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar