Setelah virus corona COVID-19 ditetapkan sebagai pandemi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), banyak warga khawatir akan kesehatannya. Mereka mulai ramai mendatangi pusat kesehatan bersama keluarganya untuk melakukan tes kesehatan.
Seperti terpantau pada Senin (16/3/2020) lalu, masyarakat mulai memadati pos pemantauan yang ada di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, Sunter, Jakarta Utara. Antrean bahkan menumpuk sejak pagi hari.
Mereka yang datang ingin periksa kebanyakan merasakan gejala-gejala yang mirip COVID-19, seperti demam, batuk, pilek, sesak napas, hingga sakit saat menelan. Masyarakat yang menunggu juga diberikan nomor antrian dan selembar formulir yang digunakan sebagai alat screening pasien, masuk kategori orang dalam pemantauan (ODP), pasien dalam pengawasan (PDP), atau tidak sama sekali.
Pasien yang datang ke rumah sakit tidak hanya yang memiliki riwayat bepergian atau ada kontak dengan pasien positif. Tapi, banyak juga yang berinisiatif untuk mengecek kesehatannya saja.
Hal ini dilakukan oleh Yogi (25) yang datang ke pos pemantauan sejak Jumat lalu. Ia datang ke rumah sakit karena ingin mengecek kesehatan, bukan hanya karena tuntutan kantor tapi keinginan pribadinya juga.
Ia mengisi formulir screening dan langsung diarahkan ke Medical Check Up (MCU) umum, karena tidak memiliki riwayat bepergian dan kontak dengan pasien positif.
"Sempat flu, batuk, dan demam sedikit aja," ujarnya pada detikcom saat ditemui di ruang MCU (Medicak Check Up) RSPI Sulianti Saroso, Senin (16/3/2020).
"Saya sudah datang dari Jumat, tapi katanya langsung disuruh ke MCU aja. Karena baru bisa Senin, ya sudah saya kembali lagi hari ini dari jam 09.00 lah," tambahnya.
Hal ini serupa dengan Mirna dan suaminya, yang baru kembali dari perjalannya ke Thailand. Mereka pergi bersamaan karena ada keperluan pekerjaan.
Sebelum pergi ke sana, Mirna memang sudah mengalami radang tenggorokkan. Sementara suaminya tidak merasakan gejala apa-apa.
"Sebelum ke sana (Thailand) saya memang sudah radang tenggorokkan. Karena takut ada apa-apa kan, yaudah datang ke sini dialihkan ke dokter spesialis dan MCU aja," jelas Mirna.
Berdasarkan pantauan tim detikcom, antrian pasien di pos pemantauan terjadi hingga sore hari. Sedangkan di tempat MCU, pada pukul 16.00 nomor antrian sudah ditutup dan menyisakan pasien yang masih menjalani rangkaian check up.
Jepang Berhasil Tekan Corona Tanpa Kebijakan Ketat
- Jepang resmi mencabut status darurat nasional pandemi Covid-19 setelah berhasil meratakan kurva penyebaran virus corona, Senin (25/5).
Jepang berhasil meraih capaian tersebut meski tidak menerapkan kebijakan ketat yang umumnya dilakukan untuk memutus rantai penyebaran virus corona. Hanya pembatasan tanpa hukuman atau sanksi tegas bagi setiap pelanggar.
Pada April lalu, Perdana Menteri Shinzo Abe memutuskan memperluas status darurat nasional setelah melihat kasus Covid-19 kembali melonjak signifikan. Dengan status darurat itu, warga hanya diimbau melakukan karantina mandiri dan berdiam di rumah.
Status darurat di Jepang juga tidak mengikat warga sehingga masih memungkinkan melakukan perjalanan, termasuk bekerja di kantor meski jam kerjanya dikurangi.
Banyak pihak menyangsikan kemampuan Jepang melawan virus karena jumlah populasi manula yang tinggi serta kepadatan penduduk di Tokyo. Selain itu ada pula gambaran pekerja-pekerja yang berjejal di kereta komuter.
Jepang tidak melakukan pengujian virus secara massal layaknya negara lain yang sukses menekan penularan seperti China dan Korea Selatan. Rumah sakit di Jepang hanya akan memeriksa orang yang bergejala.
Jepang disorot karena terhitung negara dengan angka pengecekan Covid-19 yang rendah, sekitar 270 ribu. Angka itu menjadi tingkat per kapita terendah dalam kelompok tujuh negara maju menurut Worldometer.
Pemerintah Jepang bersikeras bahwa pengujian massal tidak pernah menjadi bagian dalam rencana penanganan pandemi mereka.
http://kamumovie28.com/chihayafuru-part-ii/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar