Rabu, 27 Mei 2020

Catat! Tips 'New Normal' Makan di Warteg Agar Tak Tularkan Corona

Di masa pandemi virus Corona, segala hal harus dipastikan tetap bersih dan higienis agar terhindar dari COVID-19. Bahkan jika tidak terpaksa, masyarakat dianjurkan untuk tetap tinggal di rumah sebagai upaya memutus rantai penularan.
Namun saat memasuki era new normal, masyarakat mulai beraktivitas secara normal. Sebagian bekerja di kantor dan mengakhiri WFH (work from home). Terdapat anjuran yang harus dilakukan pekerja saat berada di kantor dan berinteraksi dengan rekan kerja.

Tapi gimana saat ingin membeli makan siang di warung makan? Padahal tempat umum seperti warteg juga bisa menjadi sumber penularan Corona.

Jangan khawatir, Satgas Pencegahan dan Penanggulangan COVID-19 dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) memberikan panduan cegah penyebaran dan infeksi virus Corona di warung makan, yaitu:

Pastikan warung, tempat memasak dan peralatan makan bersih
Jaga jarak fisik 1 meter dengan pengunjung lainnya
Penjual/penyaji makanan harus mengenakan masker dan sarung tangan
Penjual/penyaji makanan dan pengunjung (jika makan di tempat) selalu cuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau gunakan hand sanitizer
Pilih makanan yang baru dimasak. Hindari gorengan yang warnanya sudah gelap, sayur yang terlihat sudah berulang dipanaskan
Beli makanan dan segera bawa pulang.
Jangan lupa juga untuk tetap mengikuti anjuran Kementerian Kesehatan saat keluar-masuk rumah di masa pandemi Corona. Tetap memakai masker, jaga jarak aman, segera cuci tangan pakai sabun atau hand sanitizer saat menyentuh benda apapun.

Jalani New Normal di Tengah Pandemi Corona, Samakah dengan Herd Immunity?

Baru-baru ini sejumlah negara melakukan new normal di tengah pandemi Corona saat vaksin Corona belum tersedia. Meski begitu beredar anggapan kalau new normal ini hanya berujung pada strategi herd immunity atau membiarkan suatu kelompok nantinya terinfeksi Corona dan menciptakan kekebalan sendiri. Benarkah begitu?
Kepala Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia, Dr dr Tri Yunis Miko Wahyono, MSc, menjelaskan herd immunity sebenarnya jauh berbeda dengan new normal. Namun jika masyarakat dibiarkan menjalani new normal saat kasus baru Corona masih tinggi baru bisa dikatakan sama saja dengan mengadopsi strategi herd immunity.

"Iya kan kalau new normal itu syaratnya penyakit COVID-19-nya sudah terkontrol, harus nol, sudah minimal terkontrol dan stabil selama 2 minggu," ungkapnya saat dihubungi detikcom Rabu (27/5/2020).

"Kalau nggak dikontrol ya serem dong itu sama saja herd immunity, kalau nggak terkontrol, kalau penerapannya salah," lanjutnya.

Menurut dr Tri, herd immunity sendiri sangat berbahaya jika diterapkan pada penanganan wabah virus Corona COVID-19. Banyak yang akan dikorbankan karena syarat capai herd immunity adalah 80 persen dari populasi terinfeksi Corona.

WHO Desak Indonesia Setop Klorokuin untuk Pengobatan Pasien Corona

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendesak Indonesia untuk setop penggunaan klorokuin sebagai obat Corona. Sebelumnya WHO sendiri diketahui tak melanjutkan uji klinis obat malaria ini untuk pengobatan pasien Corona.
Dikutip dari Reuters, desakan ini disampaikan untuk menunda pengobatan obat malaria karena masalah keamanan, jelas sumber yang tidak disebut namanya kepada Reuters, Selasa (27/5/2020).

Indonesia, negara terpadat keempat di dunia diketahui menggunakan obat ini untuk mengobati semua pasien COVID-19 dengan gejala ringan hingga berat. Bahkan Indonesia telah meningkatkan produksinya sejak Maret lalu.

Sumber anonim ini mengatakan WHO sebetulnya telah mengirim pemberitahuan kepada Kementerian Kesehatan Indonesia untuk menunda pengobatan memakai obat klorokuin.

Erlina Burhan, seorang dokter yang membantu menyusun pedoman pengobatan virus Corona dan anggota dari Asosiasi Pulmonolog Indonesia, mengkonfirmasi bahwa asosiasi tersebut juga telah menerima saran baru dari WHO untuk menangguhkan penggunaan obat-obatan.

"Kami membahas masalah dan masih ada beberapa perselisihan. Kami belum memiliki kesimpulan," kata dr Burhan kepada Reuters.

Berkaitan dengan itu, Kementerian Kesehatan Indonesia, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan juru bicara satuan tugas COVID-19 Indonesia tidak bisa dihubungi untuk dimintai komentar.

Pekan lalu, jurnal medis Lancet menerbitkan studi paling komprehensif hingga saat ini mengenai obat-obatan, ditemukan bahwa pasien virus Corona yang meresepkan obat malaria klorokuin cenderung alami gangguan irama jantung dan berisiko meninggal.
https://cinemamovie28.com/cast/takeshi-tsuruno/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar