Saat pertama kali pandemi virus Corona menyerang Indonesia, berbagai rumah sakit mengalami kekurangan alat pelindung diri (APD). Tetapi, apakah saat ini APD masih mengalami kelangkaan?
Menurut Ketua Umum Gakeslab Indonesia Drs H Sugihadi HW, MM, saat ini sudah banyak perusahaan tekstil yang memproduksi APD. Bahkan jumlah produksinya sudah melebihi dari cukup.
"Untuk penyediaan APD awalnya memang sangat-sangat kurang, tapi saat ini APD itu sudah banyak teman-teman yang memproduksi. Perusahaan-perusahaan tekstil sudah banyak memproduksi APD, bahkan sampai teriak kok nggak ada yang beli?" kata Sugihadi, Rabu (20/5/2020).
Menurutnya, banyak di antara perusahaan tekstil tersebut justru meminta tolong untuk dibantu agar bisa melakukan ekspor. Sebab, persediaan APD yang belum terjual terbilang masih cukup banyak.
"Malah teman-teman kami itu teriak minta tolong kalau bisa dorong pemerintah untuk bisa dibuka ekspornya. Karena di dalam negeri sudah nggak kebeli, nggak tahu karena memang nggak cocok atau memang katanya mahal. Kami belum tahu," jelas Sugihadi.
"Tapi prinsipnya untuk APD untuk yang baju (hazmat) dna masker itu sudah cukup banyak. Kalau saat ini sudah terpenuhi, malah lebih," tuturnya.
Mengapa Ada Pasien Corona Alami Gangguan Indra Perasa dan Pencium?
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) mencatat sembilan gejala baru virus Corona COVID-19. Salah satunya gangguan pada indra pencium dan perasa.
Mengutip USA Today, CDC mengatakan gejala-gajala baru virus Corona termasuk gangguan indra perasa dan pencium baru akan muncul 14 hari setelah terpapar Corona.
Bagaimana sebenarnya virus Corona dapat memicu gejala baru tersebut?
Gangguan indra perasa dan pencium juga disebut anosmia. Para ahli mengatakan kerusakan saraf di rongga hidung adalah penyebab dari kondisi anosmia.
"Dengan cara yang sama kita memiliki ujung saraf yang merangsang seseorang untuk batuk, kita memiliki ujung saraf di hidung kita yang bertanggung jawab atas indra penciuman kita," kata Viscidi.
"Itu bisa menjadi tanda bahwa ujung saraf meradang," lanjutnya.
Menurut penelitian Jurnal Chemicel Senses, reseptor utama terletak di dua lorong sempit yang disebut celah penciuman. Jika celah penciuman ini meradang, reseptor bau tidak dapat mendeteksi aroma.
Para ahli mengatakan gejala aneh ini biasanya muncul pada pasien di bawah usia 40 tahun. Gejala ini menandakan virus Corona berada di saluran pernapasan bagian atas. Hal ini biasanya merupakan penanda untuk gejala virus Corona COVID-19 ringan dan kemungkinan tidak berkembang ke kondisi yang parah atau kritis.
Dokter Sarankan Sikat Gigi 2 Kali Sehari untuk Cegah Kena Virus Corona
Virus Corona COVID-19 menular melalui droplet atau percikan yang keluar saat bersin dan batuk. Ini menandakan virus Corona bisa berkumpul di dalam lendir saluran pernapasan.
Karena itu, Ketua Umum Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), Dr drg RM Sri Hananto Seno, SpBM(K), MM, mengatakan sebaiknya masyarakat lebih rutin menjaga kebersihan rongga mulut.
"Kita perlu menjaga kebersihan rongga mulut. Masyarakat kami imbau untuk sikat gigi sehari dua kali, lalu kumur-kumur agar kebersihan rongga mulut tetap terjaga," kata Hananto, Rabu (20/5/2020).
Menurut Hananto, berbagai macam sumber penyakit, seperti kuman, bakteri, dan virus bisa sangat mudah masuk ke dalam tubuh melalui rongga mulut.
"Karena bagaimanapun rongga mulut adalah pintu gerbang masuknya kuman-kuman ini yang menyebabkan virus ini berkembang biak di tubuh kita," tuturnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar