Jumat, 29 Mei 2020

Tips Atasi Kulit Kering Akibat Pakai Hand Sanitizer di Era New Normal

Menjalani kehidupan di era 'new normal' atau kenormalan baru, cuci tangan menjadi hal yang penting untuk dilakukan agar terhindar dari infeksi virus Corona. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan hand sanitizer.
Mencuci tangan dengan hand sanitizer memang dinilai lebih praktis karena bisa dilakukan di mana dan kapan saja. Tetapi, terlalu sering menggunakan hand sanitizer justru bisa membuat kulit kering.

"Kalau sudah lima kali cuci tangan pakai hand sanitizer itu tangan kita terasa seperti aneh dan kering," kata dokter spesialis okupasi dari departemen ilmu kedokteran komunitas FKUI, Dr dr Dewi Sumaryani Soemarko, MS, SpOk, dalam sebuah wawancara beberapa waktu lalu.

"Ada alkoholnya jadi zat-zat seperti itu ada efek ke kulit yaitu kulit jadi kering. Kalau kulit lebih kering berarti kulit akan mudah luka," lanjutnya.

Dirangkum detikcom dari berbagai sumber, berikut ini adalah cara mengatasi kulit kering akibat keseringan cuci tangan menggunakan hand sanitizer.

1. Pakai pelembab
Gunakan pelembab tangan di saat kondisi kulit masih lembab atau setengah kering. Dengan begitu kamu akan mengunci air dan kelembaban kembali ke dalam kulit.

2. Pilih pelembab dengan bahan ini
Pelembab tangan yang memiliki kandungan ceramides, petrolatum, dan dimethicone sangat disarankan agar kulit tak cepat kering. Sebab, kandungan-kandungan tersebut memiliki sifat oklusif, artinya dapat mengunci kelembaban dengan lebih baik.

Kandungan ceramides, petrolatum, dan dimethicone juga dapat membantu barrier atau lapisan kulit untuk menyimpan air dan mengurangi iritasi.

3. Cuci tangan dengan air dan sabun
Tak bisa dipungkiri mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun selama 20 detik itu jauh lebih baik daripada menggunakan hand sanitizer. Sebab, dengan mencuci tangan menggunakan sabun seluruh celah di tangan bisa dibasuh.

"Cuci tangan pakai sabun, tidak harus hand sanitizer. Jauh lebih efektif menggunakan sabun dibanding menggunakan hand sanitizer," kata juru bicara pemerintah untuk penanganan COVID-19, Achmad Yurianto.

Dokter Putus Hubungan dengan Orang Tua, Psikolog Singgung Kemungkinannya

Seorang dokter berinisial "A" saat ini menjadi perbincangan karena memutus hubungan dengan kedua orang tuanya sendiri. Terlebih, A memutuskan hubungan setelah dibesarkan dan disekolahkan oleh orang tuanya hingga menjadi dokter.
Dokter A dikabarkan tak mengundang orang tuanya ke pesta pernikahan yang telah mereka biayai. Puncaknya, dokter A memasang sebuah iklan di koran nasional menyatakan putus hubungan dengan kedua orang tuanya.

Menanggapi hal ini, psikolog klinis dari Ciputra Medical Center, Christina Tedja, MPsi, mengatakan terdapat dua kemungkinan seseorang melakuakan tindakan tersebut, di antaranya toxic relationship dan lingkungan.

"Iya mungkin saja toxic relationship atau pengaruh lingkungan," ujar Christina saat dihubungi detikcom, Kamis (28/5/2020).

Menurut Christina, penyebab terjadinya toxic relationship biasanya berawal dari konflik pribadi yang terjadi. Dalam kasus ini, salah satu faktornya bisa jadi karena trauma yang dialaminya sejak kecil.

"Misalnya saat anak masih kecil terlalu banyak mengalami pengalaman negatif di marahin, dikritik, tidak didukung, kekerasan, dan lain-lain. Nah di saat yang bersamaan anak masih membutuhkan orang tua karena anak masih dependen," kata Christina.

"Ketika besar sudah memiliki power (uang, mandiri, dan lain-lain) maka anak akan belajar marah, mengkritik, tidak mendukung," jelasnya.

Sedangkan faktor lingkungan, dapat terjadi ketika seseorang merasa aman dan nyaman di lingkungan tersebut. Sehingga lebih mendengar omongan dari lingkungannya dibanding orang tua.

"Ketika kita berada pada lingkungan tersebut, maka kita akan cenderung lebih mudah untuk percaya dan berperilaku sosial yaitu mengikuti apa yang kebanyakan disarankan atau dilakukan pada lingkungan tersebut," pungkasnya.
https://cinemamovie28.com/cast/lunden-lisherness/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar