Rabu, 20 Mei 2020

Kelaparan Saat Corona, Warga Venezuela Makan Darah Sapi

Venezuela adalah salah satu negara yang menerapkan lockdown untuk menekan penyebaran virus Corona. Namun kondisi ini membuat banyak masyarakat mengalami kelaparan. Apalagi di kota San Cristobal puluhan warga terpaksa mengantre bahan makanan gratis, yakni darah sapi.

Salah satu masyarakat Venezuela Aleyair Romero menceritakan dia kehilangan pekerjaannya sebagai mekanik akibat pandemi ini. Dia menyebut bantuan makanan dari pemerintah sangat terlambat dan membuat dia dan warga lainnya kelaparan.

"Saya harus tetap mencari bahan makanan sebisa mungkin," kata Romero sambil memegang termos yang berlumuran darah sapi.

Sebenarnya darah sapi adalah bahan makanan yang biasa digunakan untuk membuat sup pichon di Andes Venezuela dan Kolombia. Namun akibat krisis Corona ini masyarakat berbondong-bondong mencari darah sapi tersebut di rumah jagal.

Darah sapi biasanya dikonsumsi oleh orang-orang yang berpenghasilan rendah karena harga daging di Venezuela setara dengan dua kali upah minimum.

Mengutip Reuters, Jumat (15/5/2020), makin banyaknya masyarakat yang mencari dan mengonsumsi darah ternak ini mencerminkan kelaparan yang terjadi akibat tekanan ekonomi di Venezuela.

Kondisi ini terjadi karena lockdown dan lambatnya bantuan logistik dari pemerintah. Direktur Citizenry in Action Edison Arciniegas mengungkapkan penduduk Venezuela bisa meninggal dengan cepat.

"Bukan virus yang membunuh mereka, tetapi kelaparan," ujarnya.

Menurut dia sebelum pandemi COVID-19 saja PBB menyebut Venezuela adalah salah satu dari 10 negara yang mengalami krisis kemanusiaan terburuk di dunia pada 2019. Hal ini karena 9,3 juta dari 30 juta penduduk mengonsumsi makanan dalam jumlah yang sedikit.

Pemerintahan presiden Maduro memang telah membangun dapur umum untuk memfasilitasi masyarakat saat lockdown pada pertengahan Maret. Namun distribusi makanan itu kerap kali terlambat dan tidak tepat sasaran ke masyarakat.

Sebuah dapur umum di wilayah miskin Carapita di Caracas menyebut menyediakan makanan untuk 80 anak anak, namun mereka juga memberi makan untuk sekitar 350 orang dewasa.

Dalam satu hari makanan yang diberikan adalah semangkuk sup, sandwich ham dan keju. Sebagian ibu mengeluarkan ham dan keju mereka untuk sarapan anak pada hari berikutnya.

"Ini tidak cukup untuk kami. Bahkan saya tidak punya makanan untuk diberikan kepada mereka besok," imbuh dia.

Obat Corona Buatannya Tak Manjur, Saham Fujifilm Rontok

 Saham Fujifilm Holdings Corp anjlok lebih dari 4% pada awal perdagangan Rabu ini. Hal tersebut menyusul laporan bahwa obat antiflu Avigan buatan mereka tidak menunjukkan kemanjuran yang nyata dalam pengobatan virus Corona. Itu berdasarkan uji klinis sejauh ini.
Dikutip detikcom dari Reuters, Rabu (20/5/2020), hasil uji klinis itu menimbulkan keraguan tentang persetujuan obat pada akhir bulan ini.

Pada catatan detikcom, obat tersebut dikembangkan melalui anak usahanya, Fujifilm Toyama Chemical. Perusahaan pengembang obat tersebut yang dikenal juga dengan Avigan, telah mengembangkan obat yang diberi nama favipiravir itu sejak 2014.

Sebelumnya pejabat kesehatan China mengatakan sebuah obat yang digunakan di Jepang "efektif" untuk menangani pasien yang mengidap virus corona COVID-19. Pernyataan ini disampaikan oleh pejabat Kementerian Sains Dan Teknologi China, Zhang Xinmin.

Dia menilai obat bernama favipiravir, yang dikembangkan anak perusahaan Fujifilm, telah mencetak hasil memuaskan dalam uji klinis di Wuhan dan Shenzhen yang melibatkan 340 pasien.

"Favipiravir memiliki tingkat keamanan yang tinggi, yang efektif dalam penanganan pasien corona," ujar Zhang kepada awak media, seperti dikutip dari Guardian, Rabu 18 Maret 2020.

Saham perusahaan dari perusahaan Avigan pun sempat meroket usai pernyataan Zhang yang beredar di media. Sejak COVID-19 mewabah, sejumlah dokter di Jepang telah menggunakan favipiravir untuk mengobati para pasiennya.

Selasa, 19 Mei 2020

'From Russia With Love': Tentara Rusia Bantu Italia Hadapi Corona

Presiden Rusia Vladimir Putin menugaskan tentaranya untuk menghadapi wabah virus corona COVID-19 di Italia. Sembilan pesawat militer yang berisi tim ahli, perlengkapan medis, dan kendaraan dengan kemampuan disinfeksi diberangkatkan pada Minggu (23/3/2020).
Kremlin menyebut Putin mengekspresikan kekhawatirannya terhadap krisis yang dihadapi Italia. Pada hari Sabtu (22/3/2020), Italia mencatat rekor kematian tertinggi karena virus corona yaitu hampir 800 orang dalam sehari.

Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte meminta bantuan internasional khususnya Uni Eropa karena negaranya kini jadi paling yang terdampak oleh wabah.

"Giuseppe Conte sudah mengekspresikan rasa terima kasihnya yang tulus atas bantuan yang diberikan Rusia untuk Italia," kata Kremlin seperti dikutip dari Reuters, Senin (23/3/2020).

Beredar foto beberapa peralatan yang dikirim ke Italia memiliki label 'From Russia With Love'. Tujuannya disebut untuk menunjukkan niat baik dari pemerintah Rusia.

Wajib Tahu! Ini Cara Social Distancing di Lingkungan Keluarga dan Pertemanan

Social distancing atau menjaga jarak di lingkungan sosial, kini telah dipraktekkan di berbagai negara untuk mencegah penyebaran virus corona COVID-19.
Seorang profesor dari New York University's School of Global Public Health, Danielle Ompad mengatakan meski social distancing membuat hidup menjadi lebih sepi, tetapi hanya ini yang bisa dilakukan masyarakat untuk mencegah penyebaran virus corona.

"Memang tidak nyaman, tetapi itu yang harus kita lakukan sebagai warga negara yang baik. Orang harus belajar bagaimana cara berpikir secara kolektif daripada hanya memikirkan dirinya sendiri," ucap Ompad seperti dikutip CNN.

Berikut ini adalah pertanyaan-pertanyaan umum yang kerap ditanyakan saat melakukan social distancing di lingkungan keluarga dan pertemanan.

1. Bolehkah mengunjungi anggota keluarga lain yang lebih tua?
Seharusnya tidak, orang dewasa yang berusia lebih dari 60 tahun lebih berisiko terinfeksi virus corona dan bisa saja tanpa sadar kamu menularkan penyakit ini kepada mereka. Hal terbaik yang dapat dilakukan oleh orang dewasa saat ini adalah tinggal di rumah dan menjaga jarak dengan orang lain sebanyak mungkin.

Namun tak perlu khawatir, karena komunikasi tetap bisa dilakukan melalui telepon atau panggilan video. Kamu juga bisa membantunya untuk menyediakan berbagai kebutuhan sehari-hari seperti bahan makanan dan obat-obatan, agar mereka tak perlu keluar rumah untuk mengurangi risiko infeksi.

2. Bisakah teman saya berkunjung ke rumah?
Ompad mengatakan pengunjung bukanlah ide yang bagus untuk saat ini, meskipun mereka adalah temanmu. Tetapi kamu tetap bisa menjaga hubungan dengan cara melakukan panggilan video.

"Social distancing bukan berarti isolasi sosial. Sangat penting bagi kita untuk menjaga hubungan sosial kita," kata Ompad.

3. Di mana anak-anak bisa bermain?
Menurut Ompad, pergi keluar di sekitaran rumah masih diperbolehkan, tetapi tetap awasi anak-anak agar mereka tetap menjaga jarak dengan orang lain.

4. Apakah perlu untuk menjaga jarak dengan anak?
Ompad mengatakan untuk tidak perlu menjaga jarak dengan anak-anak di dalam rumah, terkecuali jika mereka menunjukkan gejala penyakit. Tetapi jika memungkinkan coba untuk membatasi kontak fisik yang berlebihan.

5. Berapa lama kita harus melakukan social distancing?
Seorang peneliti yang juga sebagai spesialis penyakit menular dari Imperial College, Inggris, Gounder mengatakan kemungkinan yang terjadi adalah social distancing bisa diberlakukan hingga selama beberapa bulan ke depan. Terlebih penyakit ini bisa menyerang secara bergelombang, meskipun sebelumnya angka infeksi sudah menurun drastis.

"Disarankan untuk melakukan tindakan social distancing selama lima bulan dengan penuh semangat. Karena pada dasarnya penyakit ini bisa datang secara berulang-ulang, bahkan setelah melakukan social distancing selama lima bulan dan telah berhasil menurunkan angka infeksi," jelas Gounder.

"Hal ini dilakukan untuk mengekang kasus sampai kita memiliki vaksin," pungkasnya.