Jumat, 22 Mei 2020

WNI Pasien Corona Meninggal di Singapura, Sempat Dirawat di Indonesia

Kementerian Kesehatan Singapura (MOH) pada hari Sabtu (21/2/2020) melaporkan dua kasus kematian pertama pasien virus corona COVID-19. Salah satu di antaranya adalah seorang pria warga negara Indonesia (WNI) berusia 64 tahun.
Dalam situs resmi MOH dijelaskan bahwa WNI yang meninggal datang ke Singapura pada 13 Maret 2020 dalam kondisi sakit. Sebelumnya ia sempat menjalani perawatan di Indonesia untuk pneumonia dan memiliki riwayat penyakit jantung.

"Dia langsung dimasukkan ke ICU di NCID tanggal 13 Maret setelah tiba di Singapura dari Indonesia pada hari yang sama. Ia dikonfirmasi positif COVID-19 tanggal 14 Maret," tulis MOH dan dikutip pada Sabtu (21/3/2020).

"Sebelum datang ke Singapura pada 13 Maret, ia sempat menjalani perawatan di rumah sakit Indonesia untuk pneumonia dan memiliki riwayat penyakit jantung," lanjut laporan.

Sang pria dikabarkan meninggal karena kondisinya memburuk setelah sembilan hari menjalani perawatan di ICU.

"Kami sangat sedih atas meninggalnya mereka. Doa kami untuk keluarga di masa yang sulit ini," komentar Menteri Kesehatan Singapura Gan Kim Yong.

Hasil Termometer Tembak Sering 'Ajaib', Ini Suhu Tubuh Normal Manusia

- Termometer tembak kini ramai digunakan oleh kantor-kantor hingga tempat umum untuk mendeteksi demam, gejala awal infeksi virus corona COVID-19. Namun hasil pengukuran suhunya dikeluhkan netizen kadang tidak masuk akal.
Seperti misalnya kisah viral dr Shela Putri Sundawa di akun Twitter pribadinya. Ia sempat mendapat hasil pemeriksaan suhu tubuh 31,5 derajat Celsius saat diukur dengan termometer tembak area perkantoran daerah Jakarta.

"Suhu di bawah 35 derajat Celsius itu lethal atau mematikan untuk manusia. Artinya jika ada orang sehat-sehat saja, ngga nampak kedinginan atau sakit suhunya yang diukur 35 atau kurang, itu kemungkinannya: satu alatnya rusak, dua cara pengukuran kurang tepat, tiga yang diperiksa bukan manusia," tulis dr Shela.

Terkait hal tersebut memang sebetulnya berapa sih suhu tubuh normal manusia?

Dikutip dari WebMD, pada umumnya suhu tubuh normal untuk orang dewasa sekitar 36-37 derajat Celsius. Sedangkan untuk bayi dan anak-anak suhu tubuh yang normal antara 36,6-38 derajat Celsius.

Jika orang dewasa memiliki suhu di atas 38 derajat Celsius, sudah bisa dianggap demam. Bahkan jika sudah di atas 39 derajat Celcius, segera hubungi dokter untuk memeriksakan kondisi lebih lanjut.

Indikasi demam untuk anak-anak lebih rumit. Usia di bawah 3 bulan disebut demam bila memiliki suhu dubur di atas 38,5 derajat Celsius, usia antara 3 dan 3 tahun suhu dubur di atas 38,8 derajat Celsius, dan di atas tiga tahun memiliki suhu oral melebihi 39,4 derajat Celsius.

Bila suhu tubuh turun di bawah 35 derajat Celcius, maka bisa jadi tanda hipotermia. Pada suhu yang terlalu rendah, tubuh tidak berfungsi dengan baik. Hipotermia yang tidak tertangani bisa memicu kegagalan sistem organ, terutama pada jantung dan pernapasan, serta memicu kematian.

Tak Perlu Fobia Corona, Pola Makan Sehat Bisa Jadi Penangkalnya

Virus Corona kini tengah merebak ke berbagai negara, termasuk Indonesia. Masyarakat pun diimbau untuk tetap waspada dengan menjaga kekebalan tubuh agar tak mudah tertular virus.
Waspada bukan berarti terlalu takut sehingga membuat kita fobia Corona. Medical Marketing Manager Kalbe Nutritionals dr Adeline Devita mengatakan ada beberapa penelitian yang mengungkapkan jika stres yang berlebihan sangat tidak baik buat kesehatan. Mulai dari kesehatan fisik hingga kesehatan psikis dengan meningkatkan risiko menurunnya sistem kekebalan tubuh.

"Stres bisa memicu tubuh untuk terus memproduksi hormon kortisol. Tingginya hormon kortisol dalam tubuh bisa membuat sistem imun melemah. Selain itu, saat stres zat gizi seolah digunakan berlebih oleh tubuh. Padahal, zat gizi tersebut diperlukan untuk membangun imunitas sehingga akhirnya imunitas turun," jelas dr Adeline kepada detikHealth, Sabtu (21/3/2020).

Kamis, 21 Mei 2020

Dokter Sarankan Sikat Gigi 2 Kali Sehari untuk Cegah Kena Virus Corona

 Virus Corona COVID-19 menular melalui droplet atau percikan yang keluar saat bersin dan batuk. Ini menandakan virus Corona bisa berkumpul di dalam lendir saluran pernapasan.
Karena itu, Ketua Umum Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), Dr drg RM Sri Hananto Seno, SpBM(K), MM, mengatakan sebaiknya masyarakat lebih rutin menjaga kebersihan rongga mulut.

"Kita perlu menjaga kebersihan rongga mulut. Masyarakat kami imbau untuk sikat gigi sehari dua kali, lalu kumur-kumur agar kebersihan rongga mulut tetap terjaga," kata Hananto, Rabu (20/5/2020).

Menurut Hananto, berbagai macam sumber penyakit, seperti kuman, bakteri, dan virus bisa sangat mudah masuk ke dalam tubuh melalui rongga mulut.

"Karena bagaimanapun rongga mulut adalah pintu gerbang masuknya kuman-kuman ini yang menyebabkan virus ini berkembang biak di tubuh kita," tuturnya.

Mobilitas Warga Meningkat, IDI Minta Masyarakat Tetap di Rumah

Menyikapi meningkatnya mobilitas masyarakat jelang lebaran, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Klaten tetap meminta masyarakat stay at home atau tetap berada di rumah. Stay at home penting untuk memutus rantai penyebaran virus Corona COVID-19.
"Kalau IDI masih seperti sebelumnya tetap tegas, putus mata rantai penyebaran dengan stay at home. Selain itu pakai masker dan cuci tangan dan masalah kebijakan publik menjadi kewenangan pemerintah," ungkap Ketua IDI Kabupaten Klaten, dr M. Husen Prabowo pada detikcom, Rabu (20/5/2020) siang.

Menurut Husen, menyikapi kondisi banyaknya keramaian warga seperti saat ini, dirinya pesimistis imbauan pemerintah akan ditaati. Jika itu terjadi, potensi penularan COVID bisa terus terjadi.

"Orang banyak yang mempunyai keinginan yang berbeda-beda. Kalau ada sebuah imbauan tetapi peluang keramaian masih ada, saya kok sangat yakin tidak mungkin memenuhi protokol yang ditetapkan," sambung Husen.

Dengan begitu, sambung Husen, usaha penanganan nanti harus kembali dari awal.

"Usaha yang sudah dilakukan selama beberapa bulan terakhir akan potensi diulangi dari awal. Ketidaknyamanan yang kita rasakan semua dari Maret kemarin akan sangat panjang," jelas Husen.

Husen berharap pemerintah tegas dalam penanganan Corona. Tujuannya agar pendemi segera berlalu.

Harapannya pemerintah bersikap tegas, aturlah kami semua. Agar pandemi ini segera kita lewati bersama dengan baik," imbuh Husen.

Memperingati Hari Bakti Dokter 20 Mei, para dokter di tengah penanganan pandemi dijelaskan Husen juga menyempatkan bakti sosial dengan membeli kebutuhan sehari-hari dari masyarakat sekitar.

"Selain membeli dari warga sekitar, anggota IDI dimintai menggunakan jasa tetangga untuk bantu-bantu dan memberi bantuan kemasyarakat miskin," pungkas Husen.

Asisten Tata Pemerintahan dan Kesra Pemkab Klaten Dr Roni Reokmito meminta masyarakat tetap stay at home di tengah pandemi. Sebab jika terjadi ledakan kasus, kemungkinan tim medis akan kewalahan karena jumlah terbatas.

"Masyarakat harus tetap stay at home. Sebab itu jalan terbaik memutus mata rantai penyebaran COVID 19 dan dokter spesialis paru sangat terbatas sebab di Klaten hanya ada 8 orang," jelas Roni.