Seorang pria asal New Jersey, Amerika Serikat, diketahui memiliki antibodi yang sangat tinggi pasca dirinya terpapar virus Corona COVID-19. Para profesional medis menyebutnya dengan sebutan 'superdonor'.
Sebelumnya, tepat seminggu sebelum New Jersey di lockdown, pria bernama Matthew Facendo ini mengalami demam. Karena merasa ada yang aneh, Matthew yang saat itu bekerja sebagai tukang pos memutuskan untuk pergi ke rumah sakit dan melakukan serangkaian tes COVID-19.
"Saya punya firasat buruk, karena saya memiliki triple bypass dengan penggantian katup aorta, pada September 2018 lalu," ujarnya, dikutip dari New York Post, Senin (3/8/2020).
Selama 11 hari pasca tes COVID-19, Matthew harus berjuang melawan demam yang panasnya mencapai 37 hingga 39 derajat Celcius. Tak hanya itu, ia juga sempat kehilangan fungsi indra penciuman, indra perasa, kurang nafsu makan, dan merasa kelelahan.
Saat itu, Matthew tidak pernah merasa adanya masalah pada sistem pernapasannya. Ia terus memantau tekanan darah dan mengawasi kadar oksigen dalam tubuhnya dengan oksimeter. Selama merasakan hal ini, Matthew yakin dirinya juga menularkannya ke istri dan anaknya yang berusia 29 tahun. Tetapi untung gejala yang dialami keduanya ringan.
"Gejalanya terus datang dan pergi, bahkan hasil tes COVID-19 saya tidak positif sampai tanggal 23 Maret. Dan di saat itu juga, saya mengalami demam tinggi," jelasnya.
Hingga di awal April 2020, Matthew sudah bisa kembali bekerja seperti biasanya. Ia mendapatkan kabar baik bahwa antibodi tubuhnya terhadap virus tersebut telah terbentuk. Matthew juga disebut sebagai superdonor, karena antibodi yang ada pada tubuhnya sangat tinggi, sehingga disebut sebagai donor tingkat 4.
"Mereka mengatakan itu hal yang tidak biasa dan meminta saya untuk terlibat dalam studi tentang antibodi jangka panjang," kata Matthew.
Setelah mengetahui itu, Matthew langsung mendaftarkan diri sebagai donor plasma untuk membantu pemulihan pasien COVID-19 lainnya, di Pusat Universitas Hackensack, New York. Ia melakukan ini karena ingin membantu orang-orang yang sedang berjuang melawan pandemi seperti dirinya pada saat tersebut.
Kepala petugas ilmiah di Pusat Penemuan dan Inovasi di Hackensack Meridian Health, David Perlin, mengatakan fenomena seperti yang dialami Matthew ini sangat jarang terjadi. Ia mengatakan, hanya 20 persen pasien Corona sembuh yang memiliki jumlah antibodi sebanyak itu.
Jutaan Nakes di Filipina Kelelahan Tangani Corona, Minta Lockdown Diberlakukan
Lebih dari 1 juta tenaga kesehatan di Filipina menyatakan kewalahan hadapi pandemi virus Corona COVID-19. Mereka mendesak Presiden Filipina Rodrigo Duterte untuk memberlakukan kembali aturan pembatasan atau lockdown di sekitar ibukota Manila.
Desakan kepada Presiden Duterte ini berasal dari 80 kelompok yang mewakili 80.000 dokter dan perawat. Melonjaknya kasus virus Corona COVID-19 dalam tiga hari berturut-turut yang tidak terkontrol membuat sistem kesehatan di Filipina terancam kolaps. Inilah alasan yang membuat para tenaga kesehatan menyerukan untuk pengawasan lebih ketat di ibu kota dan provinsi terdekat.
"Petugas kesehatan kami kelelahan dengan jumlah pasien yang tampaknya tak berujung dan berbondong-bondong ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan darurat," jelas kelompok yang dipimpin oleh Fakultas Kedokteran Filipina dalam surat kepada presiden, dilansir dari laman Reuters, Senin (3/8/2020).
"Kami kalah melakukan pertarungan dengan virus Corona COVID-19," tambah surat tersebut.
Filipina pada hari Jumat (31/7/2020), mencatat 4.063 kasus baru. Sedangkan pada Sabtu (1/8/2020), ada sekitar 4.963 kasus baru dan hari Minggu ada penambahan sekitar 4.884. Pada Senin (3/8/2020), Filipina mencatat penambahan kasus harian terbesar dengan 5.032 kasus.
Ahli kesehatan di Filipina pun menyarankan untuk memberlakukan lockdown selama dua minggu di Manila dan di provinsi selatan hingga pertengahan bulan Agustus.
Sementara itu, Duterte bereaksi memerintahkan lembaganya untuk segera menangani masalah ini.
"Istana memahami harus ada tindakan keseimbangan antara kesehatan masyarakat dan kesehatan ekonomi negara," kata juru bicara Duterte, Harry Roque dalam sebuah pernyataan.
Dikutip dari Worldometers, Filipina kini mencatat sekitar 103.185 kasus positif yang konfirmasi, dan sekitar 2.059 kasus kematian akibat virus Corona.
https://nonton08.com/jukdo-surfing-diary/