Jumat, 29 Januari 2021

Pembatalan Lelang Frekuensi 5G, Kominfo Dikritik Kurang Cermat

 Pembatalan lelang frekuensi 2,3 GHz yang dilakukan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dinilai kurang cermat sebagai lembaga yang sering menggelar lelang frekuensi.

Kominfo membuka lelang frekuensi 2,3 GHz pada akhir November 2020 itu sudah sampai tahap pengumuman pemenang, yaitu Hutchison 3 Indonesia (Tri), Smartfren, dan Telkomsel.


Menurut pengamat telekomunikasi Nonot Harsono, pada dasarnya Kominfo itu mempunyai segudang pengalaman soal lelang frekuensi, di antaranya seperti lelang frekuensi 2,1 GHz sampai lelang frekuensi 2,3 GHz.


"Lelang kemarin sudah tuntas, tinggal penyelesaian administrasi. Padahal, Kominfo sudah pengalaman panjang dari 2016 sampai 2020. Itu pengalaman panjang, sudah beberapa kali melakukan lelang dan nggak lelang," kata Nonot, Kamis (28/1/2021).


Maksud pernyataan Nonot terkait tidak lelang itu mengarah pada relokasi Smartfren yang tadinya mengisi 1.900 MHz, kemudian berpindah menghuni pita frekuensi 2,3 GHz.


"Makanya saya bilang, Kominfo sudah berpengalaman. Alasan pembatalan lelang kemarin menegasikan bahwa panitia tidak tidak hati-hati, karena tidak sesuai dengan PP 80," ucapnya.


Nonot juga mengkritisi agar Kominfo lebih terbuka soal prinsip kehati-hatian sebagai dasar pembatalan lelang frekuensi 2,3 GHz kemarin.


"Tinggal dijelaskan itu pasal berapa, lelang itu tidak sesuai dengan pasal berapa, terus hati-hati di mana," kata Ketua Bidang Infrastruktur Broadband Nasional Masyarakat Telamatika Indonesia (Mastel).


Meski telah membatalkan hasil lelang frekuensi 2,3 GHz, Kementerian Kominfo berencana menggelar ulang lelang frekuensi 5G tersebut. Hanya saja, waktu lelang frekuensi ini belum diketahui pasti waktunya.


"Yang pertama perlu dipahami bersama bahwa proses seleksi ini belum pernah dinyatakan selesai, sehingga yang terjadi adalah proses yang sedang berjalan dinyatakan dihentikan," kata Juru Bicara Kementerian Kominfo Dedy Permadi.


Alasan Kominfo sebelumnya membatalkan hasil lelang frekuensi 2,3 GHz karena ingin berhati-hati dan cermat lagi dalam menjalankan proses seleksi ini, antara lain agar dapat lebih selaras dengan ketentuan di dalam PP 80 Tahun 2015 yang mengatur PNBP di lingkungan Kementerian Kominfo.

https://nonton08.com/movies/perfect-dream/


Sony Xperia Pro, HP Unik dengan Port HDMI


 Sony merilis ponsel baru bernama Xperia Pro yang harganya terbilang mahal, mencapai USD 2.500 atau sekitar Rp 35 juta. Padahal spesifikasinya pun tak mewah-mewah amat.

Xperia Pro adalah varian 'Pro' dari Xperia 1 II, yang juga ponsel dengan harga mahal, mencapai USD 1.200. Saat itu, varian Pro ini kabarnya akan dijual dengan harga USD 1.500, namun ternyata harganya jauh lebih mahal dari perkiraan awal.


Spesifikasi Xperia Pro banyak yang mirip dengan Xperia 1 II, termasuk Snapdragon 865, baterai 4.000 mAh, tiga kamera belakang dengan kamera utama 12 megapixel, kamera selfie 8 megapixel, dan layar 6,5 inch OLED 3840 x 1644 pixel.


Hanya saja RAM-nya ditingkatkan dari 8 GB menjadi 12 GB, sementara storagenya naik dari 256 GB ke 512 GB. Lalu Xperia Pro juga punya satu fitur tambahan lain yang unik, yaitu port HDMI type D.


Port HDMI ini membuat Xperia Pro bisa dihubungkan ke kamera untuk menjadi monitor tambahan. Dengan begitu, pengguna bisa memanfaatkan layar 6,5 inch di Xperia Pro untuk melihat gambar dari kamera dengan lebih baik dan di layar yang lebih besar.


Input gambar dari kamera yang diterima lewat HDMI itu pun bisa langsung dipakai untuk melakukan live streaming dengan resolusi maksimal 4K 60fps HDR. Videonya bisa 'disiarkan' ke YouTube, Twitch, dan Facebook Live.


Xperia Pro juga mendukung koneksi 5G, baik itu sub-6GHz maupun mmWave, lengkap dengan empat jalur antena mmWave untuk memaksimalkan tangkapan sinyal 5G-nya, demikian dikutip detikINET dari Tech Spot, Kamis (28/1/2021).

https://nonton08.com/movies/dear-nathan-hello-salma/


Ridwan Kamil Banggakan Smart Green House, Apa Canggihnya?

 Gubernur Jabar Ridwan Kamil baru saja meresmikan Smart Green House di Kecamatan Wanaraja, Garut. Smart Green House disebut bisa menghasilkan produk pertanian dengan efisien. Lantas, bagaimana cara kerjanya?

Pria yang akrab disapa Kang Emil itu meresmikan Smart Green House pertama di Jabar yang terletak di kawasan Cikole, Desa Wanasari, Kecamatan Wanaraja, Garut, pada Rabu (27/1) kemarin.


Smart Green House itu dikelola Agro Jabar, salah satu BUMD yang dimiliki Pemprov Jabar. Smart Green House disebut Kang Emil memiliki teknologi mutakhir dalam pertanian yang bisa menghemat lahan dan air.


"Menggunakan teknologi yang bisa menghemat air, mengatur air, sehingga petani bisa menumbuhkan produknya sampai 12 bulan. Dimulai di Wanaraja, Garut ini," kata Kang Emil.


Smart Green House diklaim bisa melakukan proses pertanian dengan efisien, yakni dengan sistem irigasi tetes, atau yang disebut Kang Emil sebagai metode pertanian infus. Dikatakan sebagai metode pertanian infus karena proses penyiraman tanaman tidak berlangsung seperti biasa, melainkan dengan cara ditetes.


Air yang diteteskan ke setiap tanaman disalurkan dari sebuah mesin di dalam Smart Green House menggunakan paralon dan selang kecil langsung ke setiap pot yang diisi tanaman. Mesin ini mengatur penetesan air secara otomatis.


Selain menggunakan teknik penyiraman mutakhir yang bisa menghemat air, teknik bertani menggunakan Smart Green House juga bisa membuat lahan pertanian lebih produktif, bahkan para petaninya bisa full bercocok tanam selama 12 bulan dalam satu tahun. Sebabnya, teknik bertani ini dilangsungkan di dalam ruangan.

https://nonton08.com/movies/dear-nathan-thank-you-salma/


"Tidak terpengaruh oleh perubahan iklim. Sehingga, bisa bercocok tanam full selama 12 bulan," kata Ridwan Kamil.


Dirut Agro Jabar Kurnia Fajar mengatakan, metode smart farming dengan teknologi infus ini merupakan salah satu teknologi yang dikembangkan oleh Pemprov Jabar sebagai bagian dari era pertanian 4.0.


Teknologi ini untuk pertama kalinya diluncurkan di Kabupaten Garut dan akan menjadi percontohan untuk diterapkan di seluruh daerah di Jawa Barat. Di Garut, Smart Green House didirikan di lahan seluas 3 ribu meter persegi di kawasan Cikole, Wanaraja.


"Kami melakukan smart farming dengan teknologi infus dan yang pertama kami membangun Smart Green House 3 ribu meter di Wanaraja, Garut," katanya.


Ada beragam tanaman yang ditanam di dalam Smart Green House dan memanfaatkan teknologi infus. Seperti tomat jenis beef dan cherry, paprika, melon, selada, hingga mentimun.


Kurnia mengatakan, ke depannya akan ditanam pula tanaman yang nilai jualnya lebih tinggi. "Kami akan menanam tanaman yang lebih high value," ujar Kurnia.


Sementara Pemda Garut sangat mengapresiasi teknologi baru dalam bercocok tanam yang dikembangkan Pemprov Jabar ini. Wakil Bupati Garut Helmi Budiman mengatakan, ke depannya Pemda Garut akan ikut serta dalam sosialisasi dan pencarian lahan strategis untuk bisa digarap masyarakat menggunakan teknologi ini.


"Jelas kami sangat mengapresiasi ini. Teknologi yang bisa membuat pertanian menjadi lebih efektif dan efisien," ungkap Helmi.


Green House dan teknologi penyiraman infus atau tetes yang dikembangkan oleh Pemprov Jabar ini rencananya akan dikolaborasikan dengan program Petani Millenial yang rencananya baru akan dilangsungkan pada bulan Februari 2021.


Pemprov Jabar akan mencari sekitar 5 ribu anak muda untuk menjadi petani dan tinggal di desa. Para pemuda itu akan dimodali dan diberi tanah Pemprov Jabar untuk digarap menggunakan sistem sama yang diterapkan di Smart Green House.

https://nonton08.com/movies/dear-nathan/