Senin, 01 Februari 2021

Catat Rekor Kasus Harian COVID-19, Ini 6 Wilayah Zona Merah COVID-19 Jabar

 Pemerintah melaporkan 14.518 kasus baru virus Corona di Indonesia. Jawa Barat menjadi provinsi dengan penyumbang kasus COVID-19 tertinggi per 30 Januari 2021.

Penambahan kasus COVID-19 di Jawa Barat per 30 Januari mencapai 4.601 kasus. Jumlah kasus COVID-19 di Jawa Barat terus mengalami peningkatan sejak Selasa (26/1/2021).


Kasus COVID-19 di Jawa Barat menyalip DKI Jakarta dengan 3.491 kasus dan Jawa Tengah sebanyak 1.237 kasus.


Berdasarkan rincian dari laman Pusat Informasi dan Koordinasi COVID-19 Jawa Barat (Pikobar), dari 4.601 kasus tersebut sebanyak 2.643 kasus adalah laporan pasien yang sembuh atau sudah menjalani isolasi.


Sedangkan 1.931 kasus lainnya merupakan laporan warga yang menjalani isolasi atau dalam perawatan. Namun Jabar mengalami lonjakan pada kasus kematian yakni 27 kasus. Angka tersebut meningkat drastis dari kasus kematian pada Jumat (29/1) sebanyak 5 kasus.


Dikutip dari situs resmi Satgas COVID-19, berikut 6 wilayah zona merah di Jawa Barat per 31 Januari 2021.


Bandung

Indramayu

Karawang

Tasikmalaya

Kabupaten Bekasi

Kota Bekasi

https://indomovie28.net/movies/the-eyes/


4 Fakta Tes COVID-19 Saliva, Tes Corona yang Disebut Bakal Ganti PCR


Jenis tes COVID-19 yang umum digunakan saat ini adalah rapid test antigen dan swab Polymerase Chain Reaction (PCR). Tes COVID-19 PCR dinilai sebagai metode dengan tingkat akurasi yang paling tinggi.

Saat ini pemerintah menyebut tengah mempertimbangkan metode lain untuk pengujian COVID-19, yakni dengan tes saliva atau air liur. Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN) Bambang Brodjonegoro mengatakan sejumlah lembaga tengah melakukan penelitian terhadap metode tes COVID-19 dengan saliva.


"Di tahun 2021 ini di dalam rangka mempercepat dan memperluas tes PCR, kami sedang melakukan penelitian untuk mengganti swab dengan saliva. Saliva adalah air liur, sedangkan swab itu adalah cairan yang diambil dari belakang hidung kita," kata Bambang dalam webinar ILUNI UI, Sabtu (30/1/2021).


Lalu, seperti apa tes COVID-19 saliva? Dikutip dari beberapa sumber, berikut fakta-fakta tes saliva sebagai tes pendeteksi virus Corona.


1. Menggunakan air liur

Tes COVID-19 saliva adalah metode pendeteksi virus Corona dengan menggunakan sampel air liur. Dikutip dari WebMd, tes saliva mendeteksi materi genetik virus dalam sampel air liur dengan kecepatan yang sama seperti metode swab yang mengumpulkan materi melalui mulut atau hidung.


Sebuah penelitian yang dilakukan peneliti dari Memorial Sloan Kettering mengumpulkan sampel dari 285 karyawan pada puncak wabah COVID-19 di New York. Para partisipan memiliki gejala atau pernah terpapar COVID-19.


Masing-masing partisipan memberikan sepasang sampel. Beberapa diminta untuk melakukan metode swab nasofaring yang diambil melalui hidung dan sampel air liur. Beberapa partisipan lain, melakukan metode swab orofaringeal yang dikumpulkan melalui mulut dan air liur.


Kemudian, beberapa partisipan diminta menggunakan metode swab nasofaring dan sampel dari berkumur, metode pengumpulan lain yang sedang diuji. Hasilnya, peneliti menemukan bahwa kesepakatan antara saliva dan swab yang diberikan melalui mulut adalah 93 persen, dan sensitivitasnya adalah 96,7 persen.


Metode swab yang diberikan melalui hidung dan air liur memiliki hasil yang sesuai 97,7 persen, dengan sensitivitas 94,1 persen. Sedangkan metode berkumur hanya efektif 63 persen dalam mendeteksi virus. Kesepakatan antara metode swab hidung dan berkumur adalah 85,7 persen.


2. Sampel bisa bertahan hingga 24 jam

Sampel air liur stabil hingga 24 jam bila disimpan dengan kantong es atau pada suhu ruang.


Peneliti mendeteksi tidak ada perbedaan konsentrasi pada saat pengumpulan, delapan jam kemudian atau 24 jam kemudian.

https://indomovie28.net/movies/anothers-wife/

Meski Diklaim Lebih Akurat, Tes Corona Anal Swab Hanya untuk Kelompok Tertentu

 China telah mulai menggunakan anal swab untuk menguji mereka yang dianggap berisiko tinggi tertular COVID-19. Ketika kasus meningkat di seluruh dunia, China telah memberlakukan persyaratan yang lebih ketat pada kedatangan internasional.

Hanya saja pengujian ini tidak layak untuk pengujian massal dan metode ini hanya digunakan di kota-kota tertentu di China, seperti Beijing dan Qingdao, di antara kelompok berisiko tinggi tertentu, seperti kedatangan di luar negeri.


"Shanghai sebelumnya menggunakan tes usap anal sebagai salah satu standar untuk memulangkan pasien COVID-19 dari rumah sakit pada awal 2020, tetapi kemudian mencabut persyaratan tersebut" kata Lu Hongzhou, wakil direktur Pusat Klinik Kesehatan Umum Shanghai di Universitas Fudan di Shanghai, kepada Global Times.


Namun kini metode itu kembali diterapkan. Adanya tekanan atas pengendalian epidemi yang meningkat, beberapa kota di China menggunakan tes ini untuk kelompok-kelompok berisiko, termasuk orang yang kembali dari luar negeri dan kontak dekat dengan pasien.


Di Beijing dan Qingdao, Provinsi Shandong, China Timur, mewajibkan pendatang internasional untuk melakukan tes usap anal sebelum menyelesaikan periode karantina.


Sementara Yangzhou di Provinsi Jiangsu, juga mengadopsi metode ini dalam pemantauan rutin status kesehatan di antara pekerja rantai dingin.


Seorang pengguna internet Xiaohongshu, sebuah platform media sosial China, mengatakan bahwa dia mengalami "gangguan mental" ketika dia diberitahu bahwa harus mengambil usapan anal bersama dengan metode lain termasuk usap hidung, usap tenggorokan, pengambilan darah, dan tes air liur, setelah dia kembali dari luar negeri dan dikarantina selama 28 hari.


Mengingat pengalaman tidak menyenangkan dalam mengambil tes semacam itu, beberapa netizen bertanya apakah perlu menggunakan metode tersebut walau terbukti efektif.


Untuk mengatasi masalah tersebut, Lu Hongzhou mencatat bahwa pengujian menggunakan usap anal lebih stabil dan akurat daripada usap hidung dan tenggorokan.


"Lebih mungkin mendapatkan sampel yang tidak dapat digunakan dan hasil yang salah dari metode usap hidung dan tenggorokan, kata Lu.


Usap anal tidak dapat dilakukan dalam pengujian massal, tetapi Lu mendukung perluasan pengujian usap anal ke semua kedatangan internasional dan kelompok berisiko tinggi di bawah pengamatan medis untuk menjamin keakuratan pengujian.

https://indomovie28.net/movies/house-husbands-erotic-outdoor-life/


Catat Rekor Kasus Harian COVID-19, Ini 6 Wilayah Zona Merah COVID-19 Jabar


Pemerintah melaporkan 14.518 kasus baru virus Corona di Indonesia. Jawa Barat menjadi provinsi dengan penyumbang kasus COVID-19 tertinggi per 30 Januari 2021.

Penambahan kasus COVID-19 di Jawa Barat per 30 Januari mencapai 4.601 kasus. Jumlah kasus COVID-19 di Jawa Barat terus mengalami peningkatan sejak Selasa (26/1/2021).


Kasus COVID-19 di Jawa Barat menyalip DKI Jakarta dengan 3.491 kasus dan Jawa Tengah sebanyak 1.237 kasus.


Berdasarkan rincian dari laman Pusat Informasi dan Koordinasi COVID-19 Jawa Barat (Pikobar), dari 4.601 kasus tersebut sebanyak 2.643 kasus adalah laporan pasien yang sembuh atau sudah menjalani isolasi.


Sedangkan 1.931 kasus lainnya merupakan laporan warga yang menjalani isolasi atau dalam perawatan. Namun Jabar mengalami lonjakan pada kasus kematian yakni 27 kasus. Angka tersebut meningkat drastis dari kasus kematian pada Jumat (29/1) sebanyak 5 kasus.


Dikutip dari situs resmi Satgas COVID-19, berikut 6 wilayah zona merah di Jawa Barat per 31 Januari 2021.


Bandung

Indramayu

Karawang

Tasikmalaya

Kabupaten Bekasi

Kota Bekasi

https://indomovie28.net/movies/spinning-man/