Pemerintah melaporkan 14.518 kasus baru virus Corona di Indonesia. Jawa Barat menjadi provinsi dengan penyumbang kasus COVID-19 tertinggi per 30 Januari 2021.
Penambahan kasus COVID-19 di Jawa Barat per 30 Januari mencapai 4.601 kasus. Jumlah kasus COVID-19 di Jawa Barat terus mengalami peningkatan sejak Selasa (26/1/2021).
Kasus COVID-19 di Jawa Barat menyalip DKI Jakarta dengan 3.491 kasus dan Jawa Tengah sebanyak 1.237 kasus.
Berdasarkan rincian dari laman Pusat Informasi dan Koordinasi COVID-19 Jawa Barat (Pikobar), dari 4.601 kasus tersebut sebanyak 2.643 kasus adalah laporan pasien yang sembuh atau sudah menjalani isolasi.
Sedangkan 1.931 kasus lainnya merupakan laporan warga yang menjalani isolasi atau dalam perawatan. Namun Jabar mengalami lonjakan pada kasus kematian yakni 27 kasus. Angka tersebut meningkat drastis dari kasus kematian pada Jumat (29/1) sebanyak 5 kasus.
Dikutip dari situs resmi Satgas COVID-19, berikut 6 wilayah zona merah di Jawa Barat per 31 Januari 2021.
Bandung
Indramayu
Karawang
Tasikmalaya
Kabupaten Bekasi
Kota Bekasi
https://indomovie28.net/movies/the-eyes/
4 Fakta Tes COVID-19 Saliva, Tes Corona yang Disebut Bakal Ganti PCR
Jenis tes COVID-19 yang umum digunakan saat ini adalah rapid test antigen dan swab Polymerase Chain Reaction (PCR). Tes COVID-19 PCR dinilai sebagai metode dengan tingkat akurasi yang paling tinggi.
Saat ini pemerintah menyebut tengah mempertimbangkan metode lain untuk pengujian COVID-19, yakni dengan tes saliva atau air liur. Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN) Bambang Brodjonegoro mengatakan sejumlah lembaga tengah melakukan penelitian terhadap metode tes COVID-19 dengan saliva.
"Di tahun 2021 ini di dalam rangka mempercepat dan memperluas tes PCR, kami sedang melakukan penelitian untuk mengganti swab dengan saliva. Saliva adalah air liur, sedangkan swab itu adalah cairan yang diambil dari belakang hidung kita," kata Bambang dalam webinar ILUNI UI, Sabtu (30/1/2021).
Lalu, seperti apa tes COVID-19 saliva? Dikutip dari beberapa sumber, berikut fakta-fakta tes saliva sebagai tes pendeteksi virus Corona.
1. Menggunakan air liur
Tes COVID-19 saliva adalah metode pendeteksi virus Corona dengan menggunakan sampel air liur. Dikutip dari WebMd, tes saliva mendeteksi materi genetik virus dalam sampel air liur dengan kecepatan yang sama seperti metode swab yang mengumpulkan materi melalui mulut atau hidung.
Sebuah penelitian yang dilakukan peneliti dari Memorial Sloan Kettering mengumpulkan sampel dari 285 karyawan pada puncak wabah COVID-19 di New York. Para partisipan memiliki gejala atau pernah terpapar COVID-19.
Masing-masing partisipan memberikan sepasang sampel. Beberapa diminta untuk melakukan metode swab nasofaring yang diambil melalui hidung dan sampel air liur. Beberapa partisipan lain, melakukan metode swab orofaringeal yang dikumpulkan melalui mulut dan air liur.
Kemudian, beberapa partisipan diminta menggunakan metode swab nasofaring dan sampel dari berkumur, metode pengumpulan lain yang sedang diuji. Hasilnya, peneliti menemukan bahwa kesepakatan antara saliva dan swab yang diberikan melalui mulut adalah 93 persen, dan sensitivitasnya adalah 96,7 persen.
Metode swab yang diberikan melalui hidung dan air liur memiliki hasil yang sesuai 97,7 persen, dengan sensitivitas 94,1 persen. Sedangkan metode berkumur hanya efektif 63 persen dalam mendeteksi virus. Kesepakatan antara metode swab hidung dan berkumur adalah 85,7 persen.
2. Sampel bisa bertahan hingga 24 jam
Sampel air liur stabil hingga 24 jam bila disimpan dengan kantong es atau pada suhu ruang.
Peneliti mendeteksi tidak ada perbedaan konsentrasi pada saat pengumpulan, delapan jam kemudian atau 24 jam kemudian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar