Filipina telah menyetujui vaksin Corona buatan Sinovac Biotech, CoronaVac, sebagai penggunaan darurat. Namun, negara itu tidak merekomendasikan vaksin Sinovac untuk diberikan kepada tenaga kesehatan (nakes), karena tingkat efikasinya yang rendah.
Dikutip dari Channel News Asia, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Filipina, Ronaldo, Enrique Domingo, mengatakan bahwa data uji klinis tahap akhir vaksin Sinovac memiliki tingkat efikasi yang lebih rendah ketika disuntikkan ke nakes yang terpapar COVID-19, jika dibandingkan dengan orang sehat berusia 18-59 tahun.
"Menurut para ahli kami, vaksin (Sinovac) bukanlah vaksin terbaik untuk mereka," kata Domingo.
Domingo pun mengutip hasil uji klinis vaksin Sinovac yang dilakukan di Brasil, Turki, dan Indonesia. Disebutkan, Brasil hanya mencatat angka efikasi sebesar 50,4 persen, yang melibatkan 12.500 relawan.
Sedangkan Turki mencatat efikasi hasil uji klinis vaksin Sinovac sebesar 91 persen, yang melibatkan 752 relawan. Di Indonesia sendiri efikasinya mencapai 65,3 persen.
Vaksin Sinovac merupakan kandidat ketiga vaksin Corona yang telah mengantongi izin penggunaan darurat di Filipina.
Selain vaksin Sinovac, Filipina juga mengandalkan 117 ribu dosis vaksin Corona buatan Pfizer-BioNTech yang telah diamankan melalui skema COVAX. Hingga saat ini, Filipina belum memulai vaksinasi COVID-19.
"Mohon bersabar, karena vaksin tertunda dalam beberapa hari. Namun, akhirnya kita akan tetap dapat memulai vaksinasi," kata juru bicara kepresidenan Harry Roque dalam penjelasan terpisah.
https://cinemamovie28.com/movies/the-priests/
Update Vaksin Corona Merah Putih, Bibit Vaksin Diberikan Akhir Maret 2021
Perkembangan penelitian vaksin COVID-19 buatan Indonesia, yaitu vaksin Merah Putih terus melaporkan kabar baik. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan bahwa Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman akan memberikan bibit vaksin ke Bio Farma pada Maret 2021.
"Alhamdulillah dari kabar terakhir Eijkman akan memberikan seed vaccine (bibit vaksin) kepada Bio Farma sesuai dengan target kuartal I 2021 ini, jadi pada bulan Maret ini kita harapkan bisa on time," ujar Erick dalam konferensi pers virtual, Selasa (23/2/2021).
"Diprediksi kalau semua berjalan lancar, kita bisa mulai memproduksi vaksin sendiri yaitu vaksin merah putih di kuartal I 2022," lanjutnya.
Selaras dengan itu, Kepala LBM Eijkman Prof Amin Subandrio mengatakan penelitian vaksin Merah Putih oleh lembaga tersebut sudah masuk ke tahap akhir pembuatan bibit di laboratorium.
"Hari ini sudah sampai tahapan akhir di laboratorium, ini bibit vaksin targetnya diberikan ke PT Bio Farma selaku industri itu akhir Maret," kata Prof Amin yang dikutip dari CNN Indonesia, Selasa (23/2/2021).
Meski sudah menghasilkan bibit vaksin, perjalanan vaksin Merah Putih ini masih sangat panjang untuk diberikan pada manusia. Menurut Prof Amin, penelitian ini masih terus berlanjut di industri, agar bisa menghasilkan bahan jadi untuk vaksin tersebut.
Selanjutnya, vaksin Merah Putih ini akan melewati uji klinis fase I, II, dan III, serta dievaluasi oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk mendapat izin penggunaan.
"Perjalannya sih masih panjang, karena ini kan baru bibit vaksinnya. Dari lab, untuk bisa uji klinik itu harus diproses di industri karena harus menggunakan fasilitas Cara Pembuatan Obat yang Benar (CPOB) kemudian baru uji klinis," jelasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar