Sabtu, 27 Februari 2021

Pertanyakan Data Satgas COVID-19, Surakarta Bantah Punya 7 Ribu Kasus Aktif

  Satgas Penanganan COVID-19 RI menyebut Kota Surakarta (Solo) menjadi daerah dengan kasus aktif COVID-19 tertinggi di Indonesia. Pemkot Solo membantah data yang dirilis juru bicara Satgas COVID-19, Wiku Adisasmito.

Disebutkan bahwa Kota Solo memiliki 7.354 kasus aktif. Kepala Dinas Kesehatan Kota Solo, Siti Wahyuningsih mengatakan bahwa kasus aktif di Solo hanya berjumlah ratusan.


"Saya kaget kok sebesar itu. Jadi yang benar, per tanggal 25 pukul 15.00 pasienku yang di rumah sakit 117, yang isolasi mandiri 503. Artinya yang aktif kan 620," kata Ning, sapaannya, saat dihubungi wartawan, Jumat (26/2/2021).


Ning mempertanyakan sumber data tersebut. Sebab jika yang dirujuk adalah jumlah akumulasi kasus Kota Solo, selama ini jumlahnya lebih dari 9 ribu kasus, sementara data Satgas COVID-19 hanya 7 ribu.


"Kalau itu benar 7 ribu kasus ya pasti rumah sakit sudah teriak-teriak. Kasus aktif di Jawa Tengah saja 7 ribu, masa kita 7 ribu," ujarnya.


Menurutnya, kasus di Solo sudah mengalami tren penurunan. Bahkan rumah sakit di Solo sudah cukup leluasa menangani pasien COVID-19.


"Sekarang rumah sakit hanya menampung 49 persen dari kapasitas, banyak yang kosong. Ini kita minta agar klir lah," pungkasnya.


Diberitakan sebelumnya, Satgas Penanganan COVID-19 mengungkap 10 kabupaten/kota dengan kasus aktif Corona tertinggi. Kota Surakarta menduduki posisi pertama.


Wiku menyebut 10 kabupaten/kota dengan kasus aktif COVID-19 tertinggi se-Indonesia. Berikut ini daftarnya:


Kota Surakarta (7.354)

Kota Depok (7.096)

Kota Denpasar (6.210)

Jakarta Timur (4.367)

Jakarta Selatan (4.238)

Bekasi (4.165)

Bogor (3.705)

Kota Jayapura (3.616)

Badung (3.516)

Kota Bekasi (3.386)

https://indomovie28.net/movies/i-want-to-be-like-the-main-character-in-a-novel/


Pasien Hipertensi Bisa Vaksinasi COVID-19, Ini Syaratnya


- Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan komorbid atau penyakit penyerta tertinggi dan paling berbahaya bagi pasien terinfeksi virus COVID-19 di dunia, termasuk di Indonesia dengan persentase sebesar 50,5 persen.

Faktanya, pasien terinfeksi virus Corona yang meninggal di Indonesia menunjukkan bahwa sebagian besar dari mereka mengidap penyakit hipertensi dengan dengan komorbitas penyakit lainnya, yaitu penyakit jantung, ginjal, diabetes, dan stroke.


Lalu, apakah seseorang yang mengidap hipertensi dapat melakukan vaksinasi COVID-19?


Menurut dr Tunggul Diapari Situmorang, SpPD-KGH, Ketua Umum Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia, para pakar telah setuju bahwa pasien pengidap hipertensi tidak boleh melakukan vaksinasi COVID-19 jika tekanan darahnya di atas 180/110 MmHg.


"Amankah kalau hipertensi (vaksinasi COVID-19)? Aman. Sejauh tidak ada (gejala) yang akut dan (tekanan darah) tidak lebih dari 180/110 (MmHg)," ujar dr Tunggul dalam acara Virtual Press Conference yang diadakan pada Jumat (26/2/2021).


Pasalnya, hal tersebut perlu diwaspadai agar hal-hal darurat yang tidak diinginkan tidak terjadi, seperti pecahnya pembuluh darah pada otak, gagal ginjal, dan gagal jantung. Namun, bagi penyintas hipertensi dengan tekanan darah di bawah 180/110 MmHg, vaksinasi COVID-19 masih bisa dilakukan dengan melakukan sejumlah langkah.


"Sebelum melakukan vaksinasi, pasien-pasien hipertensi itu harus diukur tekanan darahnya sesuai dengan standar yang benar. Kemudian juga harus dilakukan wawancara atau anamnesis, ya, apakah ada gejala-gejala akut. Gejala akut itu apa? Misalnya dia nyeri dada, ya, nyeri jantung, kemudian apakah ada sakit gejala hebat? Itu kan gejala stroke," jelas dr Eka Harmeiwaty, Sp S, Sekretaris Jenderal Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia.

https://indomovie28.net/movies/vampire-clay/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar