Minggu, 11 April 2021

Tips Turunkan Berat Badan, Manjur Tapi Tidak Menyiksa

  Saat melihat posting-an artis atau influencer yang berhasil turunkan berat badan, beberapa orang termotivasi untuk mengikuti program diet. Meski begitu, penting untuk menghindari penurunan berat badan yang cenderung ekstrem.

Beberapa jenis program diet memiliki banyak sekali pantangan makanan dan minuman untuk dikonsumsi. Belum lagi, porsi makan yang sangat sedikit membuat pegiat diet tidak bisa menjalankan program diet dalam jangka waktu yang panjang.


Saat melakukan diet dan memutuskan untuk berhenti makan makanan tertentu, hal tersebut malah membuat makanan tersebut sering lewat dalam pikiran dan membuat diet tidak berhasil.


Sedangkan untuk menurunkan berat badan dan dapat mempertahankannya dibutuhkan komitmen jangka panjang sehingga diet tersebut dapat diterapkan menjadi gaya hidup yang dilakukan seterusnya.


Berikut ini adalah tips turunkan berat badan yang tidak menyiksa, dikutip dari Health.


1. Bergerak lebih aktif dan makan yang cukup

Pada beberapa anjuran diet menurunkan berat badan, sering diingatkan untuk makan lebih sedikit dan bergerak lebih aktif. Padahal, saat makan lebih sedikit makanan, tubuh tidak memiliki energi yang cukup untuk bergerak lebih aktif.


"Saya mengisi piring saya dengan makanan sehat jadi saya hampir tidak punya ruang untuk makanan yang kurang sehat," kata Beth Lipton seorang pelatih kesehatan.


"Strategi ini disebut crowding out, dan ahli gizi, pelatih kesehatan, dan atlet menggunakannya sebagai alternatif dari diet tradisional," tambahnya.


2. Mengolah makanan yang sehat

Saat tubuh sudah menyesuaikan diri untuk mengonsumsi makanan yang sehat, cobalah untuk mengurangi makanan olahan dan kemasan.


"Makanan yang biasa Anda beli, seperti keripik kentang dan kue kemasan, mulai terasa berlebihan, dan Anda semakin tidak menginginkannya," kata Brendan Brazier, penulis seri buku Thrive.


Dikutip dari Health, penelitian di Eropa menemukan bahwa hanya perlu 18 hari untuk membentuk kebiasaan makan baru, meskipun angka tersebut dapat berbeda-beda pada tiap individu.

https://indomovie28.net/movies/the-martins/


Otak Serasa Ikut Membeku Saat Minum Es? Ini yang Sebenarnya Terjadi


Pernahkah merasa otak seperti ikut membeku setelah mengonsumsi makanan atau minuman yang sangat dingin? Fenomena ini disebut brain freeze.

Saat cuaca panas, makanan atau minuman dingin seperti es krim dan air dingin dengan tambahan es batu memang terasa menyegarkan. Tapi setelahnya, rasa dinginnya membuat lidah beku dan menjalar hingga ke seluruh tubuh.


Tapi, apa benar bisa membuat otak juga beku?


Dikutip dari Women's Health, sensasi atau perasaan membeku dan menusuk di otak usai mengkonsumsi makanan atau minuman dingin disebut dengan Sphenopalatine ganglioneuralgia. Kondisi ini terjadi saat seseorang mengkonsumsi makanan dan minuman yang sangat dingin dalam waktu cepat.


Saat makanan dan minuman dingin yang cenderung beku masuk ke dalam mulut, bagian langit-langit dan belakang tenggorokan akan terasa dingin. Bagian rongga mulut akan mengalami penurunan suhu yang drastis, karena berkontak langsung dengan makanan atau minuman dingin tersebut.


Kondisi ini akan menyebabkan pembuluh darah menyempit. Setelah itu akan menjalar ke otak dan menimbulkan sensasi 'otak beku'.


Namun, ahli saraf dari Providence Saint John's Health Center di Santa Monica Clifford Segil, MD mengatakan bahwa sesasi 'brain freeze' itu sebenarnya adalah rasa sakit kepala.


Ketika suhu dingin dari makanan atau minuman menjalar ke otak, pembuluh darah arteri serebral anterior akan menyempit. Pembuluh darah itu yang bertugas untuk memasok darah beroksigen ke otak, sehingga menyebabkan sedikit rasa sakit kepala.


Lalu, bagaimana cara mengatasinya?


Untuk mengatasinya, bisa dengan segera minum air putih dengan suhu normal untuk menstabilkan suhu di mulut dan menghilangkan sensasi 'brain freeze'.

https://indomovie28.net/movies/bertie-and-elizabeth/


Fakta-fakta Reinfeksi COVID-19 Seperti Dialami Maia Estianty

  Artis Maia Estianty mengaku sempat mengalami reinfeksi atau positif COVID-19 untuk kedua kalinya. Berbeda dengan kesempatan pertama pada Desember 2020 yang asimptomatis, kali ini ia bergejala. Ia mengalami gejala ringan.

"Jadi agak sedikit tenggorokan gatal, meski sedikit, tapi itu ada gejala. Belum batuk sih aku, cuma gatal, tapi enggak gatal-gatal banget. Yang aku pikir biasa saja, tapi ternyata itu gejala dari COVID-19," katanya dalam akun YouTube miliknya.


Maia meyakini dirinya kembali positif usai berpelukan dengan orang yang ternyata terinfeksi virus Corona.


Fenomena dua kali terinfeksi COVID-19 atau reinfeksi ini masih belum banyak diteliti. Namun, tidak menutup kemungkinan fenomena ini bisa meningkat seiring dengan pandemi yang masih melanda saat ini.


Kenapa orang bisa dua kali terinfeksi COVID-19?

Dikutip dari WebMD, virus Corona juga mengalami perubahan seperti virus pada umumnya. Itu akan berpengaruh pada gen dari virus tersebut yang membuatnya bisa menyerang sel tubuh.


Perubahan itu juga bisa membantu virus untuk menghindar dari antibodi. Jika hal itu terjadi, orang yang sudah sembuh dari COVID-19 pun bisa mengalami reinfeksi, terutama yang memiliki respons kekebalan yang lemah.

https://indomovie28.net/movies/vanity-fair/


Siapa saja yang berisiko mengalami reinfeksi?

Menurut Kepala Epidemiologi dan Genomik Mikroba di Otoritas Kesehatan Nasional Luksemburg, Joel Mossong, orang yang berisiko mengalami reinfeksi adalah yang mengalami gejala ringan saat infeksi pertama. Ini mungkin terjadi karena respons antibodi tidak berkembang dengan baik saat infeksi sebelumnya.


"Hal ini sama seperti yang berlaku untuk mereka yang mengalami imunosupresi dan tidak akan meningkatkan respons imun terhadap infeksi pertama," jelas Mossong yang dikutip dari The BMJ, Sabtu (10/4/2021).


Seberapa parah gejalanya?

Hingga saat ini, sebagian kasus reinfeksi COVID-19 yang dilaporkan tergolong lebih ringan daripada infeksi pertama. Tetapi, ada beberapa kasus yang menjadi semakin parah hingga menyebabkan penderitanya meninggal.


"Hampir pasti, kekebalan dari infeksi ringan tidak bertahan lama. Namun, secara seimbang, sebagian besar infeksi kedua akan menjadi jauh lebih ringan karena tingkat memori kekebalan dan mediasi sel," kata profesor kedokteran di University of East Anglia, Paul Hunter.


Ahli onkologi dan profesor di Mayo Clinic S Vincent Rajkumar juga mengatakan infeksi kedua tidak akan lebih parah dari infeksi sebelumnya. Gejala yang muncul akan sangat ringan dan membuat orang yang mengalaminya tidak sadar kalau dirinya terinfeksi COVID-19 lagi.


Anda mungkin terinfeksi kembali dan gejalanya mungkin sangat ringan, sehingga Anda tidak mengetahuinya," jelasnya dan menambahkan semua orang pada akhirnya tetap harus memakai masker, seperti dikutip dari National Geographic.


Berapa lama antibodi bertahan?

Studi di Inggris melaporkan bahwa antibodi pasca infeksi COVID-19 bisa bertahan selama enam bulan. Dari 1.246 relawan studi yang memiliki antibodi, hanya tiga orang yang mengalami reinfeksi tanpa adanya gejala alias asimtomatik.


"Itu karena tingkat antibodi tidak bisa memprediksi kemampuan seseorang untuk melawan infeksi ulang di masa depan," ujar Rajkumar.


Saat terinfeksi, tubuh manusia akan menghasilkan antibodi dalam waktu 1-2 minggu. Sel tubuh akan melawan virus yang masuk ke dalam tubuh dan disimpan dalam sel memori untuk mencegah terjadinya infeksi ulang.


"Sel-sel yang menciptakan antibodi itu akan tetap ada. Akan sulit bagi infeksi baru untuk menyebabkan jumlah kerusakan yang sama seperti yang pertama. Tubuh sudah tahu bagaimana merespons virus tersebut," lanjutnya.

https://indomovie28.net/movies/tumbledown-2/