Minggu, 11 April 2021

Fakta-fakta Reinfeksi COVID-19 Seperti Dialami Maia Estianty

  Artis Maia Estianty mengaku sempat mengalami reinfeksi atau positif COVID-19 untuk kedua kalinya. Berbeda dengan kesempatan pertama pada Desember 2020 yang asimptomatis, kali ini ia bergejala. Ia mengalami gejala ringan.

"Jadi agak sedikit tenggorokan gatal, meski sedikit, tapi itu ada gejala. Belum batuk sih aku, cuma gatal, tapi enggak gatal-gatal banget. Yang aku pikir biasa saja, tapi ternyata itu gejala dari COVID-19," katanya dalam akun YouTube miliknya.


Maia meyakini dirinya kembali positif usai berpelukan dengan orang yang ternyata terinfeksi virus Corona.


Fenomena dua kali terinfeksi COVID-19 atau reinfeksi ini masih belum banyak diteliti. Namun, tidak menutup kemungkinan fenomena ini bisa meningkat seiring dengan pandemi yang masih melanda saat ini.


Kenapa orang bisa dua kali terinfeksi COVID-19?

Dikutip dari WebMD, virus Corona juga mengalami perubahan seperti virus pada umumnya. Itu akan berpengaruh pada gen dari virus tersebut yang membuatnya bisa menyerang sel tubuh.


Perubahan itu juga bisa membantu virus untuk menghindar dari antibodi. Jika hal itu terjadi, orang yang sudah sembuh dari COVID-19 pun bisa mengalami reinfeksi, terutama yang memiliki respons kekebalan yang lemah.

https://indomovie28.net/movies/vanity-fair/


Siapa saja yang berisiko mengalami reinfeksi?

Menurut Kepala Epidemiologi dan Genomik Mikroba di Otoritas Kesehatan Nasional Luksemburg, Joel Mossong, orang yang berisiko mengalami reinfeksi adalah yang mengalami gejala ringan saat infeksi pertama. Ini mungkin terjadi karena respons antibodi tidak berkembang dengan baik saat infeksi sebelumnya.


"Hal ini sama seperti yang berlaku untuk mereka yang mengalami imunosupresi dan tidak akan meningkatkan respons imun terhadap infeksi pertama," jelas Mossong yang dikutip dari The BMJ, Sabtu (10/4/2021).


Seberapa parah gejalanya?

Hingga saat ini, sebagian kasus reinfeksi COVID-19 yang dilaporkan tergolong lebih ringan daripada infeksi pertama. Tetapi, ada beberapa kasus yang menjadi semakin parah hingga menyebabkan penderitanya meninggal.


"Hampir pasti, kekebalan dari infeksi ringan tidak bertahan lama. Namun, secara seimbang, sebagian besar infeksi kedua akan menjadi jauh lebih ringan karena tingkat memori kekebalan dan mediasi sel," kata profesor kedokteran di University of East Anglia, Paul Hunter.


Ahli onkologi dan profesor di Mayo Clinic S Vincent Rajkumar juga mengatakan infeksi kedua tidak akan lebih parah dari infeksi sebelumnya. Gejala yang muncul akan sangat ringan dan membuat orang yang mengalaminya tidak sadar kalau dirinya terinfeksi COVID-19 lagi.


Anda mungkin terinfeksi kembali dan gejalanya mungkin sangat ringan, sehingga Anda tidak mengetahuinya," jelasnya dan menambahkan semua orang pada akhirnya tetap harus memakai masker, seperti dikutip dari National Geographic.


Berapa lama antibodi bertahan?

Studi di Inggris melaporkan bahwa antibodi pasca infeksi COVID-19 bisa bertahan selama enam bulan. Dari 1.246 relawan studi yang memiliki antibodi, hanya tiga orang yang mengalami reinfeksi tanpa adanya gejala alias asimtomatik.


"Itu karena tingkat antibodi tidak bisa memprediksi kemampuan seseorang untuk melawan infeksi ulang di masa depan," ujar Rajkumar.


Saat terinfeksi, tubuh manusia akan menghasilkan antibodi dalam waktu 1-2 minggu. Sel tubuh akan melawan virus yang masuk ke dalam tubuh dan disimpan dalam sel memori untuk mencegah terjadinya infeksi ulang.


"Sel-sel yang menciptakan antibodi itu akan tetap ada. Akan sulit bagi infeksi baru untuk menyebabkan jumlah kerusakan yang sama seperti yang pertama. Tubuh sudah tahu bagaimana merespons virus tersebut," lanjutnya.

https://indomovie28.net/movies/tumbledown-2/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar