Anak tidak pernah pernah atau jarang diimunisasi sejak kecil tapi sehat-sehat saja sampai besar? Jangan bangga dulu. Bisa jadi, anak 'dilindungi' oleh anak-anak lain di sekitarnya yang taat diimunisasi sejak kecil.
Sekretaris Satgas Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Prof DR dr Soedjatmiko, SpA(K) menegaskan, vaksin berfungsi membentuk kekebalan tubuh dan meminimalkan risiko terkena penyakit menular seperti difteri, campak rubella, hingga COVID-19.
Memang memungkinkan seorang anak sehat-sehat saja sampai bertumbuh besar, bahkan dewasa tanpa imunisasi yang lengkap.
Namun menurut Prof Miko, hal itu adalah keberuntungan semata. Artinya, anak ini terlindungi oleh anak-anak lain di lingkungannya yang sudah diimunisasi sehingga tidak membawa penyakit.
"Itu syukur alhamdulillah. Yang tidak diimunisasi, meninggal jauh lebih banyak. Karena anak-anak di sekitarnya imunisasinya lengkap sehingga tidak menularkan," terangnya dalam diskusi daring oleh Kementerian Kesehatan, Jumat (30/4/2021).
"Kalau ada orangtua menganggap anak diimunisasi tapi tidak sakit, dia harus berterima kasih ke anak-anak di sekitarnya karena sudah diimunisasi, dia (anak) jadi terlindungi," lanjutnya.
Ia menjelaskan, anak-anak yang sudah diimunisasi lengkap memang masih bisa tertular penyakit. Akan tetapi, keparahan dan risiko kematiannya tidak akan setinggi anak yang tidak diimunisasi.
"Suatu saat dia apes, dia yang kena duluan. Yang meninggal adalah rata-rata, sampai 66 persen yang sakit berat atau meninggal, adalah yang tidak diimunisasi," tegas Prof Miko.
Tidak ada kata terlambat. Jika seorang terlanjur 'skip' imunisasi hingga usia sekolah atau dewasa, ia masih bisa menerima sejumlah jenis vaksin untuk melindungi tubuhnya. Misalnya, vaksin human papilloma virus (HPV) yang bisa diberikan pada remaja, atau vaksin influenza.
"Kalau imunisasi tidak lengkap, segera dilengkapi. Solusinya bagaimana? Datang ke puskesmas atau rumah sakit," pungkas Prof Miko.
https://kamumovie28.com/movies/gantzo/
Kisah Pilu Pria India Gendong Jenazah Istrinya ke Pemakaman Sejauh 3,2 Km
Begitu banyak kisah pilu yang terjadi selama lonjakan kasus COVID-19 di India. Salah satunya dialami oleh seorang pria bernama Swamy, yang harus kehilangan istrinya akibat infeksi virus Corona.
Dikutip dari Daily Mail, kisah Swamy dan istrinya, Nagalaxmi, terekam dalam kamera CCTV di jalan Kamareddy, sebuah kota di negara bagian Telangana Selatan, India, pada Minggu (25/4/2021). Dalam video tersebut, ia terlihat sedang menggendong jasad istrinya yang sudah meninggal.
Polisi yang melihat kejadian tersebut pun berinisiatif memberikan uang kepada Swamy untuk biaya pemakaman istrinya. Namun, sang polisi menolak untuk menyentuh Swamy dan jasad istrinya, karena takut tertular virus Corona.
Menurut laporan media lokal, Swamy menggendong istrinya sejauh 2 mil atau sekitar 3,2 kilometer menuju tempat pemakaman. Kondisi pria tersebut pun diduga sedang tidak sehat, karena ia tampak harus berhenti beberapa kali untuk mengatur napas.
Pemandangan tragis ini terjadi ketika kasus kematian akibat virus Corona di India sudah tercatat lebih dari 200.000 orang. Saat ini, Jumat (30/4/2021), total kasus COVID-19 di India sudah mencapai 18.762.976 kasus, sebanyak 208.330 di antaranya dilaporkan meninggal dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar