Kamis, 15 April 2021

Tips Aman Jalani Puasa Ramadhan Bagi Pasien COVID-19

 - Puasa Ramadhan merupakan ibadah yang dinantikan oleh umat islam. Namun, bagaimana jika terinfeksi Corona? Masih bisa aman menjalankan ibadah puasa?

"Kalau tanpa gejala berarti tidak ada gejala, silahkan berpuasa, tapi observasi, karena sekali lagi kita dalam kondisi observasi tidak ada gejala. Ketika kita berpuasa tiba-tiba naik suhu tubuhnya misal 37,5 derajat celcius saya rasa membatalkan puasa," kata Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), dr Ari Fahrial Syam, dalam webinar beberapa waktu lalu.


Tak masalah apabila pasien OTG tetap berpuasa. Namun mereka harus konsumsi makanan sehat seperti sayuran, buah, dan cukup air putih. Hal ini untuk menjaga imunitas tubuh tetap kuat.


Hanya saja mereka harus memperhatikan kondisi tubuh masing-masing. Jika merasa tak kuat, tidak masalah untuk tidak berpuasa dan jangan memaksakan diri.


Jika yang OTG masih diperbolehkan untuk berpuasa, berbeda halnya dengan pasien Corona yang bergejala ringan, mereka tidak disarankan untuk berpuasa.


"Prinsipnya saya sampaikan kalau sedang terinfeksi akut misalnya demam, batuk-batuk, pilek, tifus, dan demam berdarah, termasuk juga COVID-19 walau gejalanya ringan tidak dianjurkan untuk berpuasa," bebernya.


Prof Ari menjelaskan pada saat tubuh terinfeksi virus, dalam hal ini COVID-19, akan terjadi perlawanan pada saat terjadi infeksi. Tubuh memerlukan asupan energi yang banyak untuk melawan penyakit tersebut.


"Pada saat itu dibutuhkan minum, kondisi saat sedang terinfeksi kita butuh minum, kemudian butuh makan juga secara rutin setiap 6 atau 8 jam. Kalau kita berpuasa, jadi tidak ada makanan atau minuman yang masuk ke dalam tubuh," tambah Prof Ari.

https://movieon28.com/movies/search-out/


Ini Alasan Vaksin Nusantara Besutan dr Terawan Belum Dapat Restu BPOM


 Anggota Komisi IX DPR ramai-ramai suntik vaksin Nusantara di RSPAD Gatot Soebroto. Para peneliti vaksin Nusantara masih tetap lanjut uji klinis fase II meski tanpa restu Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

DPR kerap mengkritik keputusan BPOM yang tak kunjung memberi lampu hijau untuk kelanjutan vaksin Nusantara. Kepala BPOM Penny K Lukito membeberkan alasan pihaknya belum memberikan restu vaksin Nusantara untuk melanjutkan uji klinis.


Dalam hearing atau diskusi bersama para peneliti vaksin Nusantara 16 maret 2021 lalu, terungkap jumlah KTD dalam uji Fase I mencapai 71,4 persen dari total relawan uji klinis.


Sebanyak 20 dari 28 subjek mengalami Kejadian yang Tidak Diinginkan (KTD). Beberapa relawan uji klinis juga mengalami KTD di kategori 3 dengan tingkat keluhan efek samping lebih berat.


"Kejadian yang tidak diinginkan pada grade 3 merupakan salah satu kriteria penghentian pelaksanaan uji klinik yang tercantum pada protokol uji klinik," sebut Penny dalam rilis yang diterima detikcom, Rabu (14/4/2021).


Berikut kejadian tidak diinginkan yang dialami para relawan:


Kejadian tidak diinginkan kategori 3:

6 subjek mengalami hipernatremi

2 subjek mengalami peningkatan Blood Urea Nitrogen (BUN)

3 subjek mengalami peningkatan kolesterol


Kejadian tidak diinginkan kategori 1 dan 2:

- Nyeri lokal

- Nyeri otot

- Nyeri sendi

- Nyeri kepala

- Penebalan

- Kemerahan

- Gatal

- Petechiae (ruam)

- Lemas

- Mual

- Demam

- Batuk

- Pilek dan gatal


Penny juga mengatakan meski terdapat kejadian tidak diinginkan, para peneliti tak menghentikan proses uji vaksin Nusantara. Ia menjelaskan para peneliti vaksin Nusantara juga tak memahami proses pembuatan vaksin berbasis sel dendritik karena tak terlibat dalam penelitian.

https://movieon28.com/movies/elysium/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar