- Sering terdengar slogan "Berbukalah dengan yang manis," di bulan ramadhan. Konon katanya, makanan dan minuman manis mampu menambah energi agar kuat menjalani puasa. Selain itu, jika dikonsumsi saat berbuka, kabarnya ia bisa mengembalikan energi yang hilang selama berpuasa.
Nyatanya, hal ini tidak terlalu tepat. Akibat mitos ini, banyak yang justru mengonsumsi makanan dan minuman manis secara berlebihan di bulan puasa. Sehingga, alih-alih bermanfaat justru dampak negatif yang didapat.
"Ada mitos bahwa ketika sahur itu banyak makan nasi, madu, gula, biar energinya lebih lama. Nah, kebalik. Kalau hanya fokus ke karbohidrat, tapi protein dan seratnya kurang, justru bikin cepat lemas di siang hari karena gula darah turun. Jadi yang manis, terlalu banyak karbohidrat itu justru dikurangi," jelas Ahli Gizi Mochammad Rizal dalam program e-Life.
Namun bukan berarti gula tidak penting. Hanya saja, porsinya harus diperhatikan. Contohnya adalah anjuran memakan tiga buah kurma, tidak kurang tidak lebih, saat berbuka atau sahur.
"Dari anjurannya adalah mengonsumsi tiga kurma, itu 100 kalori dan 20 gram karbohidrat. Kenapa hanya 20 gram? Karena tujuannya saat membatalkan puasa itu mengembalikan kadar glukosa darah ke normal, bukan menaikkan," tutur Rizal.
Bagi yang gemar mengonsumsi makanan dan minuman manis, Rizal memberi trik agar tetap bisa menikmati, namun dengan pembatasan tertentu.
"Tetap dibeli saja (makanan dan minuman manisnya), tapi simpan di kulkas dulu, lalu dikonsumsi setelah tarawih atau 2-3 jam setelah makan utama. Cukup minum dengan mangkuk kecil yang 250 ml," kata Rizal.
Selain mitos tentang makanan manis, terdapat juga kepercayaan bahwa meminum air hangat saat berbuka lebih baik daripada air dingin. Alasannya adalah karena air hangat lebih mudah diserap oleh tubuh.
"Ketika berbuka puasa, memang lebih disarankan air hangat atau air biasa karena dalam keadaan perut kosong. Sehingga, organ pencernaan lebih rileks dan siap dimasuki dengan makanan-makanan lain," terang Rizal, mengiyakan kepercayaan tersebut.
Meski demikian, Rizal juga menyampaikan bahwa minum air dingin maupun hangat itu opsional. Selain itu, tidak ada dampak negatif signifikan jika berbuka puasa dengan air dingin. Justru, menurutnya, yang perlu diperhatikan bukan perkara suhu airnya, melainkan apa campuran dari air tersebut.
"Itu (campurannya) kan ada sirup, ada susu kental manis, ada gula, segala macam. Itu yang perlu justru diwaspadai daripada suhu air itu sendiri," pungkas Rizal.
https://cinemamovie28.com/movies/boboiboy-movie-2/
15 Rekomendasi IDAI Soal Sekolah Tatap Muka Kalau Terpaksa Harus Buka
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) belum merekomendasikan sekolah tatap muka yang rencananya akan mulai dibuka secara terbatas pada Juli 2021. Menurut IDAI, penularan COVID-19 masih belum terkendali.
Ketua Umum IDAI dr Aman B Pulungan mengatakan, salah satu alasan sekolah tatap muka belum direkomendasikan adalah karena tingkat positivity rate COVID-19 di Indonesia masih di atas 5 persen.
"Persyaratan untuk dibukanya kembali sekolah antara lain terkendalinya transmisi lokal yang ditandai dengan positivity rate kurang lebih 5 persen dan menurunnya tingkat kematian," kata dr Aman dalam keterangan resmi yang diterima detikcom, Rabu (28/4/2021).
Hanya saja jika sekolah tatap muka tetap dimulai, maka pihak sekolah harus menyiapkan metode pembelajaran secara luring (luar jaringan atau offline) dan daring (dalam jaringan atau online). Kemudian memberi kebebasan kepada orang tua untuk memilih anaknya diizinkan untuk belajar di sekolah atau di rumah.
dr Aman mengatakan anak yang belajar secara luring maupun daring pun harus memiliki hal dan perlakuan yang sama dalam kegiatan belajar dan mengajar.
"Mengingat prediksi jangka waktu pandemi COVID-19 yang masih belum dapat ditentukan, maka guru dan sekolah hendaknya mencari inovasi baru dalam proses belajar mengajar, misalnya, memanfaatkan belajar di ruang terbuka, seperti taman, lapangan, sekolah di alam terbuka," jelas dr Aman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar