Pemerintah telah resmi mengumumkan tujuh jenis vaksin COVID-19 yang digunakan di Indonesia. Hal ini tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. HK.01.07/ Menkes/12758/2020 tentang Penetapan Jenis Vaksin untuk Pelaksanaan Vaksinasi COVID-19.
Berikut daftar tujuh vaksin tersebut.
Vaksin Sinovac
Vaksin PT Bio Farma
Vaksin Novavax
Vaksin Oxford-AstraZeneca
Vaksin Pfizer-BioNTech
Vaksin Moderna
Vaksin Sinopharm.
Dari tujuh jenis vaksin COVID-19 yang digunakan di Indonesia, baru ada tiga vaksin yang stoknya telah diterima dan digunakan dalam pelaksanaan vaksinasi, yakni vaksin buatan Sinovac, PT Bio Farma, dan Oxford-AstraZeneca.
Apakah tujuh vaksin ini telah tersertifikasi oleh WHO?
Dikutip dari laman resmi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), saat ini baru ada tiga jenis vaksin COVID-19 yang sudah mendapat emergency use list (EUL) atau telah tersertifikasi, yakni sebagai berikut.
Vaksin mRNA Pfizer-BioNtech mendapat EUL di 31 Desember
Vaksin adenovirus Oxford-AstraZeneca mendapat EUL di 15 Februari 2021 (buatan SKBio Korsel dan the Serum Institute India)
Vaksin COVID-19 dosis tunggal Johnson & Johnson mendapat EUL di 12 Maret 2021.
Oleh karena itu, dari tujuh jenis vaksin COVID-19 yang digunakan di Indonesia, baru ada dua yang sudah tersertifikasi oleh WHO, yaitu vaksin buatan Oxford-AstraZeneca dan Pfizer-BioNTech.
Pada prinsipnya EUL dan emergency use authorization (EUA) itu sama. Hanya saja EUL merupakan mekanisme uji kelayakan dan keamanan suatu obat atau vaksin yang dilakukan oleh WHO untuk digunakan publik. Sementara EUA biasanya diberikan oleh regulator obat dari masing-masing negara, misalnya, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
"Saya hendak mempertegas bahwa baik EUL atau EUA adalah dua bentuk izin penggunaan terbatas untuk vaksin, obat-obatan, dan alat diagnostik in vitro atas dasar beberapa pertimbangan yang intinya sama, yaitu diperuntukkan untuk penyakit yang serius dan mematikan, serta memiliki peluang menyebabkan kedaruratan kesehatan masyarakat," ucap juru bicara Satgas COVID-19 Wiku Adisasmito, Kamis (15/4/2021).
Meski prinsipnya sama, EUL diduga memiliki peran yang lebih penting. Pasalnya, terdapat isu tentang warga yang hendak melakukan umroh harus divaksinasi menggunakan vaksin COVID-19 yang telah tersertifikasi oleh WHO.
Kapan vaksin Sinovac dan yang lainnya bisa tersertifikasi WHO?
Berdasarkan dokumen resmi dari WHO, EUL untuk vaksin Sinovac masih dalam proses pengurusan. Rencananya izin ini akan keluar pada Mei 2021. Begitu pula dengan vaksin COVID-19 buatan PT Bio Farma, karena bahan bakunya merupakan produksi Sinovac.
Kemudian vaksin Sinopharm dan Moderna juga direncanakan akan mendapat EUL pada akhir April 2021. Sementara vaksin Novavax masih dalam proses pengujian oleh WHO.
Dengan demikian, sebagian besar dari tujuh jenis vaksin COVID-19 yang digunakan di Indonesia akan mendapat EUL dari WHO dalam waktu dekat.
https://indomovie28.net/movies/guilty/
Tips Biar Nggak 'Barbar' Kalap Makan saat Buka Puasa
Selama bulan Ramadhan, umat Islam yang berpuasa harus menahan lapar dan haus selama lebih dari 12 jam. Hal ini membuat sebagian orang mungkin kalap saat berbuka puasa atau makan berlebihan.
Namun, makan terlalu banyak dalam satu waktu bisa berdampak buruk pada kesehatan. Dikutip dari Healthline, itu bisa menyebabkan perut kembung, membebani sistem pencernaan, bahkan bisa meningkatkan risiko penyakit diabetes.
Selain itu, makan terlalu banyak juga bisa membuat seseorang merasa lapar lebih cepat. Tentunya hal itu harus dihindari selama berpuasa.
Untuk mencegah makan berlebihan saat berbuka puasa, berikut tips-tips yang bisa dicoba dikutip dari WebMD.
1. Perhatikan makanan yang dikonsumsi
Pertama, makanan yang akan dikonsumsi juga harus diperiksa. Saat berbuka, sebaiknya langsung mengkonsumsi karbohidrat kompleks seperti pada nasi merah, roti, oatmeal, dan gandum.
Makanan dengan karbohidrat yang kompleks bisa membantu lebih cepat kenyang, sehingga tidak makan berlebihan. Selain itu, mengkonsumsi makanan berserat tinggi seperti buah-buahan dan sayuran yang bisa membuat kenyang lebih lama.
2. Makan pelan-pelan
Makan dengan perlahan bisa menstimulasi tubuh untuk merasa kenyang lebih cepat. Dikutip dari WebMD, mengunyah makanan secara perlahan akan membuat tubuh sadar bahwa dirinya belum cukup makan.
Makan terlalu cepat juga hanya akan membuat seseorang mengkonsumsi lebih banyak makanan dari yang seharusnya. Ini karena tubuh tidak sempat menyadari makanan yang telah masuk ke dalam perut.
3. Hindari makanan asin atau pedas
Mengkonsumsi makanan yang terlalu asin atau pedas saat berbuka bisa membuat seseorang lebih cepat merasa haus. Untuk itu, hindari kedua makanan tersebut agar tidak terlalu banyak minum air.
Minum terlalu banyak air bisa membuat perut kembung dan terasa tidak nyaman. Selain itu, makanan lain yang terlalu asin atau pedas biasanya tinggi kadar garamnya, sehingga tidak baik untuk tubuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar