Jumat, 30 April 2021

Buka Puasa Pakai Gorengan Memang Nikmat Sih, Tapi Ini Efeknya Bagi Tubuh

 - Gorengan memang tak pernah gagal bikin nikmat sewaktu berbuka puasa. Terlebih menjelang waktu berbuka, jajanan gorengan biasanya sudah standby di pinggir-pinggir jalan. Warna keemasan ditambah kriuk mahir bikin ngiler.

Berbuka dengan gorengan memang sah-sah saja. Namun bak nikmat dunia, mengonsumsi gorengan sebagai hidangan berbuka bisa membawa sederet 'dosa' bagi tubuh.


"Kalau digoreng sendiri di rumah, otomatis relatif lebih sehat karena minyaknya baru, yang digoreng kita tahu isinya apa saja. Kalau di luar, apa lagi yang minyaknya sampai hitam sudah melewati titik asap, lemaknya sudah berubah menjadi lemak trans," ujar ahli gizi Mochammad Rizal, S.Gz dalam program e-Life detikcom, Jumat (23/4/2021).


Puasa atau tidak puasa, konsumsi gorengan berlebih memang tidak dianjurkan. Pasalnya, lemak jahat pada gorengan bisa menimbulkan sederet penyakit.


Namun lebih lagi ketika berpuasa, langsung mengonsumsi gorengan ketika berbuka puasa rupanya bisa mengganggu pemenuhan gizi tubuh. Sebab, lemak lebih lama dan berat diproses pencernaan. Padahal, tubuh sudah seharian tidak diberi asupan gizi.


"Ketika buka puasa, butuh energi dan zat gizi yang cepat diserap tubuh kita. Sudah puasa selama sehari, ketika yang dikonsumsi langsung lemak, kemudian zat gizi yang lain akhirnya nggak diserap karena penyerapannya jadi lambat," ujar Rizal.


Rizal memang tidak sepenuhnya melarang gorengan sebagai hidangan berbuka. Hanya saja ia menyarankan kurangi jajan gorengan di pinggir jalan untuk menghindari minyak hitam.


Jika terlanjur doyan gorengan dan sulit menghindari, setidaknya jangan jadikan gorengan makanan pertama ketika berbuka puasa. Gorengan bisa dimakan menyusul setelah perut diisi makanan lain, atau setelah tarawih.


"Karena gorengan itu enak banget, jadi bahayanya adalah kita makan 1 nggak cukup, jadi makan 5-10 itu. Bahayanya itu," pungkas Rizal.

https://kamumovie28.com/movies/becky-3/


Luhut Buka-bukaan Teknologi Pengolahan Nikel Anak Bangsa, Apa Itu?


Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan buka-bukaan soal inovasi pengembangan teknologi Step Temperature Acid Leaching (STAL) pada pengelolaan nikel di Indonesia. Teknologi ini sedang dikembangkan oleh PT Trinitan Metal and Minerals.

Luhut menyebut teknologi STAL adalah penerapan teknologi hasil karya anak bangsa. Maka dari itu dia meminta teknologi terus dikembangkan.


"Ini ada pengembangan teknologi baru dari anak bangsa, kita dukunglah. Saya ingin produk-produk dalam negeri terus maju," ungkap Luhut dalam keterangannya, Jumat (30/4/2021).


Teknologi STAL memproses bijih nikel dengan tekanan atmosfer (atmospheric pressure). Teknologi ini disebut mampu menghasilkan recovery nikel di atas 90%.


Dengan teknologi ini, smelter nikel dapat menghasilkan limbah yang lebih ramah lingkungan. Pasalnya, limbahnya bisa dikelola kembali menjadi produk yang bernilai.


Luhut menjelaskan limbah STAL menghasilkan residu Fe (besi) dan Al (aluminium) yang bisa diolah menjadi Iron Ore dan produk lainnya. Selain itu, STAL juga dinilai akan menghasilkan emisi karbon yang lebih rendah dibandingkan teknologi pengolahan nikel lainnya.


Pengembangan teknologi STAL dipandang sebagai sebuah terobosan untuk aplikasi teknologi pengolahan nikel dalam skala kecil. Penerapan teknologi STAL bisa dilakukan secara modular dan dipandang cocok untuk diterapkan pada lokasi-lokasi yang dekat dengan wilayah pertambangan nikel.

https://kamumovie28.com/movies/becky-2/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar