Krisis COVID-19 di India yang begitu parah telah menelan total lebih dari 200.000 ribu jiwa dengan rekor kematian harian mencapai 3.645 per Kamis (29/4/2021). Rumah sakit (RS) kehabisan tempat tidur dan para pengubur serta pengkremasi jenazah bekerja hampir 24 jam.
"Saya tidak takut COVID, saya bekerja dengan keberanian... Ini pekerjaan kami. Mengambil jenazah, menurunkannya dari ambulans, lalu dikubur," komentar seorang penggali kubur dari Mumbai Sayyed Munir Kamruddin, seperti dikutip dari Reuters, Jumat (30/4/2021).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengingatkan gelombang tsunami COVID-19 di India bisa dihadapi semua negara. Krisis di India menjadi contoh dampak ketika ada pelonggaran protokol kesehatan, cakupan vaksinasi rendah, dan muncul varian virus baru yang bersifat lebih mudah menular.
"Sangat penting untuk diingat bahwa situasi seperti di India bisa terjadi di mana saja," kata Direktur WHO Eropa Hans Kluge.
"Longgarnya protokol kesehatan, ada kerumunan, ada varian mudah menular, dan cakupan vaksinasi yang masih rendah dapat menciptakan 'badai sempurna' di negara mana saja," lanjutnya.
Kejadian di India diharapkan jadi pelajaran agar tidak ada negara lainnya yang terlambat melakukan tindakan.
https://kamumovie28.com/movies/iboy/
Nggak Pernah Vaksin tapi Sehat-sehat Saja? Jangan Bangga Dulu, Ini Artinya
Anak tidak pernah pernah atau jarang diimunisasi sejak kecil tapi sehat-sehat saja sampai besar? Jangan bangga dulu. Bisa jadi, anak 'dilindungi' oleh anak-anak lain di sekitarnya yang taat diimunisasi sejak kecil.
Sekretaris Satgas Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Prof DR dr Soedjatmiko, SpA(K) menegaskan, vaksin berfungsi membentuk kekebalan tubuh dan meminimalkan risiko terkena penyakit menular seperti difteri, campak rubella, hingga COVID-19.
Memang memungkinkan seorang anak sehat-sehat saja sampai bertumbuh besar, bahkan dewasa tanpa imunisasi yang lengkap.
Namun menurut Prof Miko, hal itu adalah keberuntungan semata. Artinya, anak ini terlindungi oleh anak-anak lain di lingkungannya yang sudah diimunisasi sehingga tidak membawa penyakit.
"Itu syukur alhamdulillah. Yang tidak diimunisasi, meninggal jauh lebih banyak. Karena anak-anak di sekitarnya imunisasinya lengkap sehingga tidak menularkan," terangnya dalam diskusi daring oleh Kementerian Kesehatan, Jumat (30/4/2021).
"Kalau ada orangtua menganggap anak diimunisasi tapi tidak sakit, dia harus berterima kasih ke anak-anak di sekitarnya karena sudah diimunisasi, dia (anak) jadi terlindungi," lanjutnya.
Ia menjelaskan, anak-anak yang sudah diimunisasi lengkap memang masih bisa tertular penyakit. Akan tetapi, keparahan dan risiko kematiannya tidak akan setinggi anak yang tidak diimunisasi.
"Suatu saat dia apes, dia yang kena duluan. Yang meninggal adalah rata-rata, sampai 66 persen yang sakit berat atau meninggal, adalah yang tidak diimunisasi," tegas Prof Miko.
Tidak ada kata terlambat. Jika seorang terlanjur 'skip' imunisasi hingga usia sekolah atau dewasa, ia masih bisa menerima sejumlah jenis vaksin untuk melindungi tubuhnya. Misalnya, vaksin human papilloma virus (HPV) yang bisa diberikan pada remaja, atau vaksin influenza.
"Kalau imunisasi tidak lengkap, segera dilengkapi. Solusinya bagaimana? Datang ke puskesmas atau rumah sakit," pungkas Prof Miko.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar