Senin, 19 April 2021

COVID-19 India Ngegas Gila-gilaan, Menkes Ingatkan RI Punya Risiko Serupa

  India menghadapi 'tsunami' COVID-19 justru ketika para ahli meyakini negara ini nyaris mencapai herd immunity. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengingatkan, hal yang serupa harus dicegah agar tidak terjadi di Indonesia.

Menurut Menkes Budi, ada beberapa faktor yang memicu ledakan kasus COVID-19 di India. Selain karena cakupan vaksinasi masih belum terlalu tinggi, kecenderungan untuk lengah ketika jumlah kasus mulai terkendali menjadi faktor utama yang meningkatkan risiko penularan.


"Prokes (protokol kesehatan) sudah lupa. Kita sudah mulai lupa, tapi belum kayak India," kata Menkes Budi dalam diskusi daring, Minggu (18/4/2021).


Faktor lain yang juga berkontribusi pada ledakan kasus COVID-19 di India, menurut Menkes Budi adalah banyaknya variant of concern B117 atau varian Inggris yang diyakini lebih menular dibanding varian awal. Temuan kasus B117 di Indonesia belum sebanyak di India, tetapi tetap harus waspada karena transmisi lokal sudah ditemukan di sejumlah tempat.


"Kita harus lebih banyak genome sequencing di Palembang, Kalimantan Selatan, Medan, dan Karawang. Karena di situ kita lihat sudah ada transmisi lokal," jelas Menkes Budi.


"Transmisi impor itu lebih gampang, tinggal di airport atau gerbang nasional. Tapi kalau transmisi lokal, itu artinya yang impor udah menular lokal. Itu yang mesti dijaga," lanjutnya.


Lalu apa yang bisa dilakukan agar tidak mengalami ledakan kasus seperti di India? Menkes Budi menyarankan untuk tidak lengah, tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan meski sudah divaksinasi. Selain itu, vaksinasi pada kelompok rentan seperti lansia juga harus benar-benar diprioritaskan.


"Selama kita bisa jaga prokesnya terutama di hari-hari keagamaan tidak kumpul kumpul terlalu banyak, mudah-mudahan nggak kayak India," kata Menkes Budi.

https://maymovie98.com/movies/lake-bodom/


Bagaimana Minuman Energi Bisa Sebabkan Gagal Jantung? Ini Penjelasannya


- Minuman energi tidak baik dikonsumsi secara berlebihan. Seorang pria berusia 21 tahun di Inggris menjadi contoh apa yang bisa terjadi pada tubuh ketika minuman berenergi ini dikonsumsi berlebihan sehari-hari.

Dilaporkan dalam jurnal BMJ Case Reports, sang pria dirawat di rumah sakit ketika mengalami gejala kesulitan bernapas dan hilang berat badan yang semakin parah selama empat bulan. Ia juga sesekali mengalami masalah pencernaan, tremor, dan jantung yang berdebar.


Sang pria kemudian didiagnosis gagal jantung dan ginjal setelah menjalani berbagai tes. Ini berarti tubuhnya tak lagi mampu memompa darah dan menyaring urine dengan baik sehingga diperlukan transplantasi organ untuk mengatasinya.


Sang pria mengaku terbiasa mengonsumsi minuman energi dari kaleng berisi 500 mililiter selama dua tahun. Satu kalengnya bisa mengandung sampai 160 miligram kafein.


"Kasus ini semakin memperjelas potensi masalah kardiovaskular dari minuman berenergi terhadap orang-orang berisiko," tulis tim dokter seperti dikutip dari Live Science, Senin (19/5/2021).


"Seharusnya ada label peringatan masalah kardiovaskular yang jelas bila dikonsumsi dalam jumlah besar," lanjutnya.


Kejadian penyakit jantung setelah mengonsumsi minuman berenergi sudah beberapa kali dilaporkan dalam jurnal internasional. Hal ini berkaitan dengan dampak kafein berlebihan terhadap tubuh.


Kafein yang merupakan senyawa stimulan dapat memacu jantun untuk berdetak lebih kencang, menyebabkan potensi masalah gangguan irama jantung. Hal ini dapat jadi pemicu berbagai gangguan jantung, terutama pada individu yang sudah memiliki faktor risiko.

https://maymovie98.com/movies/erotic-ghost-story-perfect-match/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar