Kamis, 22 April 2021

Smartwatch Wear OS Lindungi Pengguna dari Sengatan Matahari

 Sistem operasi Wear OS masih jauh dari kata sempurna. Anehnya Google pun juga tampaknya tidak memberikan sumber daya yang cukup untuk membuatnya dapat diterima oleh pengguna jam tangan pintar.

Namun demikian, Wear OS sesekali mendapatkan fitur dan peningkatan baru, meskipun ini tidak ada di daftar teratas dari sudut pandang pengguna. Meski demikian fitur ini dinilai unik.


Dilansir detiKINET dari Phone Arena, Senin (12/4/2021) Wear OS memiliki kemampuan yang dapat melindungi pengguna dari potensi sengatan Matahari. Google baru saja mengumumkan bahwa Wear OS sekarang mendapatkan indeks UV berdasarkan lokasi pengguna.


Artinya, di atas aplikasi Weather yang menunjukkan kondisi dan suhu saat ini. Pengguna juga dapat memeriksa indeks UV, yang berkisar dari O hingga +11. Indeks ultraviolet adalah standar internasional yang mengukur kekuatan radiasi UV penghasil sinar Matahari.


Mulai hari ini, jam tangan pintar Wear OS dapat memberi tahu pengguna tentang radiasi ultraviolet di lokasi mereka pada waktu tertentu. Jelas, semakin tinggi indeks UV, semakin tinggi risiko bahaya dari paparan sinar matahari yang tidak terlindungi.


Meski begitu, fitur baru ini kini diluncurkan ke semua smartwatch Wear OS secara global, tapi mungkin butuh waktu beberapa hari untuk menjangkau ke semua pengguna.

https://maymovie98.com/movies/nude/


Potensi Gempa Megathrust, Para Ilmuwan Minta Diantisipasi


 Cuitan ahli dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang menyatakan harus waspada pada Megathrust menjadi viral. Pakar geologi ini pun menjelaskan langkah antisipasi yang bisa dilakukan masyarakat.

Dr Astyka Pamumpuni Dosen Teknik Geologi Institut Teknologi Bandung (ITB) memberikan tanggapannya mengenai hal tersebut kepada detikINET melalui pesan singkat, Minggu (11/4/2021).




"Apa yang disampaikan Pak Daryono adalah hasil dari Pusgen yang terbaru, 2017. Hasil tersebut dari penelitian banyak ahli gempa bumi di Indonesia," ujarnya.


"Kalau kita lihat sejarah, tahun 1994 juga pernah terjadi gempa yang besar di area sumber gempa tersebut. Sebelumnya tahun 1921 juga pernah terjadi gempa besar," sambung pria dari PUI Gempa ITB (Center for Earthquake Science and Technology (CEST ITB)) ini.


Maksimum Magnitudo yang mungkin dihasilkan, pada dasarnya semua seperti yang ditulis dalam buku pusgen. Begitu juga kemungkinan terburuk seperti yang disampaikan pada penelitian Sri Widiyantoro dkk 2020 lalu, yang juga sempat ramai dibicarakan.


Sebelumnya dijelaskan oleh Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono bahwa gempa M 6,1 yang mengguncang Malang akibat adanya deformasi slip lempeng Australia. Gempa ini ada di zona megathrust.

Lantas apa yang harus diantisipasi atau mitigasi yang bisa kita lakukan? Pria yang akrab disapa Tiko ini menyarankan untuk melakukan penguatan rumah-rumah sesuai dengan kaidah rumah yang tahan terhadap goncangan. Salah satunya adalah dengan memberikan tiang kolom (cor) yang sesuai, jika rumahnya terbuat dari tembok.


"Dengan tiang kolom/cor yang sesuai meminimalkan runtuhnya bangunan yang dapat menyebabkan korban," tuturnya.


Dimintai konfirmasi, Daryono juga memberikan tanggapannya kepada detikINET soal cuitannya. Di tweet sebelumnya, ia mengimbau masyarakat agar tetap waspada. Nah, ia pun menjabarkan langkah nyata dari waspada tersebut.


"Itu paling ringan tapi waspada konteksnya adalah menyiapkan mitigasi yang konkrit dengan mewujudkan bangunan tahan gempa, menata ruang pantai, memasang rambu dan membuat jalur evakuasi serta latihan evakuasi/drill. Ini implementasi dari waspada itu," jelasnya.

https://maymovie98.com/movies/tai-chi-master/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar