- Realme akhirnya merilis Realme 8 dan 8 Pro di Indonesia. Nah, untuk Realme 8 Pro, panel layar yang dipakai adalah Super AMOLED, namun refresh ratenya hanya 60 Hz. Apa alasannya?
Hal ini menjadi pertanyaan karena pesaing terdekatnya, Redmi Note 10 Pro, menawarkan layar Super AMOLED dengan refresh rate jauh lebih tinggi, yaitu 144Hz dan dengan touch sampling rate 240Hz.
Realme punya alasan tersendiri mengapa mereka hanya menggunakan layar dengan refresh rate 60Hz. Alasannya adalah, menurut Realme, panel Super AMOLED lebih optimal menggunakan refresh rate 60Hz.
"Kami memilih menggunakan layar 60Hz setelah mempertimbangkan banyak hal, termasuk berdiskusi dengan tim riset dan pengembangan. Menurut kami, skenario penggunaan layar Super AMOLED terbaik ini ada di refresh rate 60Hz. Meski cuma 60Hz, kami menggunakan touch sampling rate 180Hz," ujar Palson Yi, Marketing Director Realme Indonesia.
Selain itu, ada hal lain yang cukup unik. Yaitu penggunaan Dart Charge yang hanya 50W di Realme 8 Pro. Padahal, di Realme 7 Pro Dart Charge yang dipakai adalah 65W.
Palson lagi-lagi punya jawaban untuk ini. Menurutnya 50W sudah cukup untuk mengisi baterai 4.500 mAh yang dipakai di Realme 8 Pro. Terlebih lagi, pesaingnya di kelas harga ini masih menggunakan charger 30W.
"50 watt sudah cukup untuk mengisi baterai, karena sudah cukup cepat. Dan 50 watt ini masih lebih unggul di kelas harga ini, karena (di merk lain) tertinggi masih 30W," tambahnya.
Hanya satu varian Realme 8 dan 8 Pro yang dirilis di Indonesia, yaitu varian dengan RAM 8GB dan storage 128GB. Harga Realme 8 Pro adalah Rp 4,5 juta dan Realme 8 harganya Rp 3,4 juta.
"Kami hanya memberikan varian dengan RAM dan storage terbesar, karena kami ingin pengguna mendapat pengalaman terbaik dari kedua ponsel ini," ujar Palson Yi, Marketing Director Realme Indonesia dalam acara peluncuran kedua ponsel ini.
https://nonton08.com/movies/eliminators/
Suara Gemuruh Misterius Terdengar di Planet Mars!
NASA melaporkan suara gemuruh misterius dari kedalaman Planet Mars terdeteksi oleh InSight, salah satu robot rover yang saat ini tengah meneliti planet tersebut. Suara apakah itu?
Kemungkinan besar telah terjadi gempa di NASA atau sering disebut sebagai Marsquakes. Seperti dikutip detikINET dari Futurism, Kamis (8/4/2021) InSight mencatat magnitudo 3.3 dan 3.1 di area Cerberus Fossae. InSight sebelumnya juga merekam dua getaran sejenis di area yang sama.
Namun demikian, bagaimana terjadinya gempa itu masih merupakan misteri. Periset meyakini ada peristiwa seismik yang mungkin disebabkan terlontarnya energi yang tiba-tiba dari dalam Planet Mars.
Namun Mars disebut tidak punya sistem tektonik aktif seperti di Bumi yang menyebabkan gempa. Teori yang dikemukakan misalnya bahwa air bawah tanah beku di kedalaman Mars menciptakan tekanan ke permukaan Mars.
"Dalam perjalanan misi ini, kami melihat dua tipe berbeda Marsquakes, satu tipe yang seperti di Bulan dan yang tipe lainnya lebih seperti di Bumi," cetus Taichi Kawamura, ilmuwan di France's Institut de Physique du Globe de Paris.
Menurut NASA, gempa seperti di Bumi punya semacam gelombang yang melintasi seluruh planet. Sedangkan gempa seperti di Bulan lebih terpecah-pecah.
"Nah yang menarik adalah semua gempa besar yang jumlahnya 4 itu, yang datang dari Cerberus Fossae, semuanya mirip seperti di Bumi," tambah Taichi.
Ilmuwan sudah memprediksi bahwa pada saat ini, lander itu punya kesempatan terbaik mendeteksi Marsquakes lantaran situasi angin di Mars sedang lebih tenang. InSight punya alat seismometer yang sangat sensitif, disebut sebagai Seismic Experiment for Interior Structure (SEIS).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar