Vaksin AstraZeneca masih dibayangi isu pembekuan darah. Penggunaan vaksin Corona asal Inggris ini disetop permanen di Denmark atas insiden tersebut.
Penggunaan vaksin AstraZeneca masih dilanjutkan di Indonesia karena belum ada kasus terkait pembekuan darah yang ditemukan. Meski demikian, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sudah memberi warning dalam proses skirining.
"Kita tambahkan warning ya di dalam fact sheet, fact sheet itu adalah informasi kepada tenaga kesehatan yang menggunakan vaksin Astrazeneca itu berhati-hati untuk risiko yang dikaitkan dengan kejadian trombosis," beber Kepala BPOM Penny K Lukito Kamis (16/4/2021).
Penny mengatakaan kasus pembekuan darah tergolong jarang terjadi. Otoritas Pengawas Obat Eropa dan Organisasi Kesehatan Dunia juga tetap merekomendasikan penggunaan vaksin AstraZeneca.
Lebih lanjut, Penny mengatakan, sebagai bentuk kehati-hatian, tenaga kesehatan yang akan melakukan vaksinasi AstraZeneca melakukan proses skrining seketat mungkin. Terutama bagi mereka yang memiliki risiko mengalami pembekuan darah usai vaksinasi.
"Ditambahkan warning pada seleksi kejadian skrining yang akan disuntikan Astrazeneca yang ada kemungkinan risiko mempunyai trombosis, dan juga di dalam vaksinnya ada label yang mempunyai warning ada kemungkinan kejadian blood clot trombosis tersebut," pungkas Penny.
https://nonton08.com/movies/skin-trade/
Psikolog Bagikan Tips Mengendalikan Emosi Anak Selama Berpuasa
Mengajarkan anak berpuasa tidak hanya soal menahan lapar dan dahaga, tetapi juga melatihnya menahan emosi. Menahan amarah nyatanya tak mudah dilakukan baik bagi orang dewasa apalagi anak-anak.
Rasa amarah merupakan bagian dari nafsu yang perlu kita kendalikan selama berpuasa. Untuk itu, ada baiknya kita menghindari marah-marah pada suatu hal atau terhadap orang lain.
Melatih kesabaran anak akan menjadi tantangan tersendiri bagi orangtua. Bagaimana cara yang baik untuk mengajarkan anak mengendalikan emosinya?
Psikolog Anak dan Remaja, Vera Itabiliana Hadiwidjojo menjelaskan, cara mengajarkan anak agar bisa menahan emosinya adalah dengan melihat contoh dari orang tuanya. Jika orang tuanya bisa menahan amarah pada saat bulan Ramadhan, dengan sendirinya anak bisa belajar emosinya.
"Jadi kita pun jadikan diri kita role model dalam menahan emosi, kalau ke anak-anak kita tinggal mengingatkan, Eh..lagi puasa, nggak boleh berantem," jelas Vera dalam acara e-Life detikcom dengan tema Puasa Menyenangkan Bagi Si Kecil, Jumat (16/4/2021).
Tidak hanya emosi yang bersifat negatif saja, misalnya juga bisa saat menangis. Vera menjelaskan ada tipe anak yang kalau saat bercanda atau lagi seneng banget semua gerak dan itu bisa bikin sang anak haus dan ibu bisa mengingatkan sang anak.
"Ingetin aja, sekarang lagi bulan puasa bercandanya jangan berlebihan," tambahnya.
Pasien Corona di India Ceritakan Harus Tunggu 3 Hari untuk Tes PCR
Akhilesh Mishra mulai demam dan batuk Kamis (8/4/2021) lalu, tetapi awalnya dia mengira itu hanya flu biasa. Ia mulai khawatir ketika keesokan harinya, sang ayah, Yogendra, mengalami gejala serupa.
Keduanya akhirnya memutuskan untuk melakukan tes PCR COVID-19, namun jadwalnya baru tersedia tiga hari kemudian, saking banyaknya antrian untuk pemeriksaan Corona. Mereka akhirnya mendapatkan slot tes PCR pada Minggu (11/4/2021).
Saat diperiksa, Yogendra sedang demam tinggi dan dokter menasehatinya untuk mencari tempat tidur rumah sakit, yang ternyata merupakan tugas berat lainnya. Mereka ditolak oleh banyak rumah sakit swasta di kota Noida dan juga di ibu kota, Delhi.
Keluarga itu akhirnya berhasil mendapatkan tempat tidur untuknya di sebuah rumah sakit swasta di Delhi dan dia sekarang sudah mulai pulih.
"Saya merasa tertekan," kata Akhilesh Mishra kepada BBC.
"Saya takut dia akan mati tanpa mendapatkan perawatan. Tidak ada anak laki-laki yang harus melalui apa yang saya alami. Setiap orang harus memiliki akses yang sama ke perawatan," tambahnya.
Kisah Akhilesh Mishra juga terjadi di banyak keluarga di India. Tak sedikit anggota keluarga yang berjuang untuk mendapatkan tempat tidur, atau obat-obatan penyelamat hidup atau tabung oksigen, di seluruh India.
Orang juga harus menunggu beberapa jam untuk tes COVID-19 di laboratorium di banyak kota, termasuk Delhi. Dan hasilnya akan datang setelah 48-72 jam.
"Saya mengalami gejala selama tiga hari dan itu membuat saya cemas karena harus menunggu 2-3 hari untuk mendapatkan hasilnya," kata seorang pria berusia 35 tahun di laboratorium di Noida.
Akibat kenaikan kasus COVID-19 di India, ibukota New Delhi melakukan lockdown pada Sabtu (17/4/2021). Kasus Corona di India terus cetak rekor dengan peningkatan 234.692 pasien.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar