Kamis, 15 April 2021

Eksplorasi 4 Bagian Ini Bisa Tingkatkan Kepuasan Bercinta

 Beberapa bagian pada tubuh perempuan dipercaya dapat memberikan kenikmatan seksual yang amat besar saat mendapatkan stimulus yang cukup.

Bagian sensitif pada tubuh disebut erogenous zone atau zona erogenik. Saat bercinta, pasangan dapat memberikan berbagai stimulan pada area sensitif tersebut.


Dalam sebuah riset yang dipublikasikan di Journal Sexual Medicine, ilmuwan Kanada menguji kepekaan pada zona erogenik tubuh perempuan. Para peneliti menggunakan sentuhan ringan, tekanan, dan getaran untuk menilai seberapa sensitif bagian tubuh tersebut.


Penelitian tersebut dilakukan kepada 30 perempuan sehat antara usia 18 dan 35. Hasilnya adalah tiap jenis rangsangan yaitu sentuhan ringan, tekanan, dan getaran yang dilakukan pada tiap zona hasilnya berbeda-beda.


Berikut ini daftar zona erogenik pada tubuh perempuan dan cara merangsangnya dari penelitian tersebut, dikutip dari Time.


1. Klitoris

Klitoris merupakan zona yang paling sensitif pada tubuh perempuan. Rangsangan yang paling terbaik untuk klitoris adalah dengan memberikan tekanan dan getaran. Tekanan dan getaran dapat dilakukan oleh pasangan saat fingering atau oral dengan alat bantu seperti mainan seks.


2. Puting payudara

Bagian payudara yang merupakan zona erogenik pada perempuan terletak pada bagian putingnya. Puting perempuan memiliki sensitivitas yang tinggi, sedangkan areola adalah yang paling tidak sensitif. Seperti klitoris, puting payudara dapat terangsang saat diberikan tekanan dan getaran.


3. Vagina

Alat kelamin atau vagina lebih sensitif terhadap tekanan dan getaran dibandingkan dengan sentuhan ringan. Berbeda dengan bagian tepi vagina yang dapat terangsang dengan memberikan sentuhan ringan.


4. Leher

Cara memberikan rangsangan pada leher yang terbaik adalah dengan memberikan sentuhan ringan, rangsangan yang serupa diberikan pada tepi vagina.

https://movieon28.com/movies/by-light-of-desert-night/


Tanpa Restu BPOM, Akan ke Mana Riset Vaksin Nusantara Terawan?


Riset vaksin Nusantara besutan mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengundang kontroversi. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) belum memberi izin uji klinis fase dua, namun uji klinis tetap dilanjutkan dengan melibatkan sebagian tokoh dan anggota dewan sebagai subjek penelitian.

"Iya (fase kedua) di sini," jelas peneliti utama vaksin Nusantara, Jonny, saat ditemui di RSPAD Gatot Soebroto Rabu (14/4/2021).


BPOM menjelaskan belum memberi izin karena ada beberapa hal yang harus diperbaiki dalam uji klinis. Mulai dari kaidah penelitian, metode produksi, kualitas bahan, serta bukti manfaat dan keamanannya.


Menurut Kepala BPOM Penny K Lukito, ketika uji klinis dilakukan tanpa mematuhi aturan dan standar yang ada, maka akan ada risiko masalah yang harus ditanggung.


"Jika ada pelaksanaan uji klinik yang tidak memenuhi standar tahapan preklinik, uji klinik, harus memenuhi poin-poin dalam protokol tapi tidak dilakukan, tentunya akan mengalami masalah sendiri. Tahapan-tahap tersebut tidak bisa diabaikan," kata Penny beberapa waktu lalu.


Mantan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI, Profesor Tjandra Yoga Aditama, mengatakan uji klinis yang melibatkan manusia harus memenuhi standar dan aturan dari otoritas kesehatan yang berwenang. Tujuannya demi keamanan subjek.


Prof Tjandra mengutip kesepakatan internasional dari World Medical Association (WMA). Disebutkan bahwa seorang peneliti harus selalu mempertimbangkan etika, aturan, dan standar riset di negaranya dan dunia internasional ketika melibatkan subjek manusia.


"Laporan riset yang tidak mengikuti prinsip dalam kesepakatan ini tidak boleh diterima untuk dipublikasi," tulis WMA seperti dikutip dari situs resminya pada Rabu (14/4/2021).


Tanpa publikasi yang diakui, penerapan riset bisa jadi terbatas karena tidak bisa mendapatkan izin dari otoritas kesehatan.

https://movieon28.com/movies/unaccompanied-minors/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar