Seorang perawat RS Siloam Sriwijaya Palembang dianiaya. Perawat tersebut diduga ditonjok, ditendang, dan dijambak oleh keluarga pasien. Saat dimintai keterangan oleh polisi, pelaku mengaku nekat melakukan aksi tersebut karena emosi sesaat.
"Motif tersangka, karena emosi sesaat yang tak terbendung. Ia mengaku saat itu lelah sudah empat hari menjaga anaknya di rumah sakit tersebut. Ia emosi melihat tangan anaknya yang terluka usai dicabut infusnya oleh korban," kata Kapolrestabes Palembang, Kombes Irvan Prawira saat jumpa pers di Mapolrestabes, Sabtu (17/4/2021).
Emosi berlebihan dapat mempengaruhi tindakan yang selanjutnya akan dilakukan. Ahli jiwa dari RS Siloam Bogor, dr Lahargo Kembaren, SpKJ mengatakan meski marah adalah emosi alamiah pada manusia, apabila tidak dikendalikan dengan baik maka akan menimbulkan banyak masalah.
"Marah yg terlalu hebat dan terus menerus berulang jelas akan sangat mengganggu. Lakukan 'Anger Management' (manajemen marah) untuk dapat mengontrol marah agar tidak terjadi hal yang merugikan," kata dr Lahargo kepada detikcom, Sabtu (17/4/2021).
Marah yang tidak terkendali akan merugikan diri sendiri dan orang sekitar. dr Lahargo memberikan tips untuk mengelola emosi di antaranya:
Kenali pemicu marah dan segera menghindarinya
TIME OUT, tinggalkan segera situasi, keadaan, tempat saat marah terjadi, tenangkan diri
Tarik nafas dalam beberapa kali, untuk memberi kesempatan saraf otak mendapatkan oksigen sehingga lebih relaks
DISTRACT, alihkan dengan melakukan kegiatan yang menggunakan energi seperti berolahraga, bermain musik, membersihkan, atau berjalan-jalan sebentar
Berbicara dengan orang yang mau mendengarkan dengan baik
Cari hal-hal yang menggembirakan, lucu dan menyenangkan, seperti menonton film, mendengarkan musik
Jika merasa sulit mengendalikan emosi, konsultasikan ke profesional karena ada intervensi khusus yang bisa diberikan
https://nonton08.com/movies/the-road-not-taken/
Corona di India Meledak! Obat dan Oksigen Menipis, Nyawa Pasien di Ujung Tanduk
India cetak rekor lebih dari 200 ribu kasus baru virus Corona dalam sehari yang menyebabkan banyak fasilitas kesehatan mendadak kolaps dan kehabisan stok obat-obatan dan oksigen.
Dalam beberapa hari terakhir, media sosial India dibanjiri permintaan bantuan yang bernada putus asa untuk mendapatkan obat remdesivir dan tocilizumab yang telah disetujui pemerintah India untuk pasien COVID-19.
Obat antiviral remdesivir telah diresepkan oleh dokter di seluruh negeri, dan permintaannya tinggi. India melarang ekspor obat tersebut dan membuat produsen berjuang untuk memenuhi permintaan.
Hetero Pharma, salah satu dari tujuh perusahaan yang memproduksi remdesivir di India, mengatakan perusahaan tersebut berusaha untuk meningkatkan produksi.
Laporan dari BBC menemukan bahwa kekurangan pasokan membuat banyak orang mencari obat tersebut di pasar gelap. Salah satu narasumber yang dihubungi BBC menjual 100mg remdesivir seharga 24.000 rupee atau sekitar Rp 4,6 juta, lima kali lipat dari harga resmi. Harga itu tentunya sangat mahal untuk kalangan menengah.
"Saya harus mengeluarkan banyak uang untuk mendapatkan obat tersebut," kata Atul Garg, yang ibunya dirawat di rumah sakit swasta di Delhi.
Tocilizumab, obat yang biasanya digunakan untuk mengobati radang sendi, telah terbukti menyelamatkan nyawa dalam beberapa uji klinis. Tetapi hampir menghilang dari banyak apotek di India.
Rajiv Singhal, sekretaris jenderal Asosiasi Ahli Kimia dan Obat Seluruh India, mengatakan teleponnya berdering sepanjang hari karena orang-orang memintanya untuk membantu menemukan obat tersebut.
"Situasinya sangat buruk sehingga saya bahkan tidak bisa mendapatkan obat untuk anggota keluarga saya sendiri," katanya.
"Kami mencoba untuk mengambil tindakan terhadap mereka yang melakukan pemasaran gelap, tetapi saya akui ada kebocoran dalam sistem," paparnya.
Tak hanya obat-obatan, pasokan oksigen juga sangat langka di India. Beberapa rumah sakit bahkan menolak pasien karena kekurangan oksigen.
https://nonton08.com/movies/morgan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar