Rabu, 11 Maret 2020

Belajar Sejarah Kekinian di Bandung

 Traveling seru ke Bandung bersama keluarga, tidak perlu menghabiskan biaya besar. Bermain sambil belajar sejarah bisa dilakukan di Taman Sejarah Bandung.

Taman Sejarah Bandung berada dalam kawasan yang sama dengan Balaikota Bandung. Untuk menikmati aneka fasilitas yang ada di taman ini, tidak perlu membayar, alias gratis.

Memang area Balaikota terkenal akan aneka objek wisata gratis, namun kekinian dan sangat menarik bagi masyarakat, seperti Taman Dewi Sartika, Taman Badak, Taman Labirin, dan Bandung Planning Gallery.

Taman Sejarah Bandung digagas oleh Gubernur Jawa Barat saat ini, yang dulu masih menjabat sebagai Walikota Bandung, Ridwan Kamil. Dahulu taman ini merupakan bekas lahan parkir gedung DPRD Kota Bandung.

Taman Sejarah Kota Bandung diresmikan oleh Walikota Bandung saat itu, Ridwan Kamil pada tanggal 4 Februari 2017. Diharapkan dengan keberadaan taman ini, masyarakat dapat mempelajari sejarah Bandung dengan cara yang asyik dan kekinian.

Di Taman Sejarah Bandung terdapat dinding berelief yang menceritakan sejarah Kota Bandung tempo dulu, sejak Kota Bandung didirikan oleh Bupati Wiranatakusumah II, sejarah sebelum dan setelah kemerdekaan Indonesia, sampai dengan masa sekarang dengan visualisasi yang menarik.

Selain itu terdapat spot yang sangat menarik, yaitu dinding kaca akrilik yang berlukiskan wajah walikota Bandung yang pernah menjabat dari masa ke masa, lengkap dengan deskripsi singkat mengenai capaian prestasi dan masa jabatannya. Tentu saja lokasi ini menjadi favorit pengunjung untuk berfoto.

Jika membawa anak-anak, kolam dangkal yang ada di Taman Sejarah ini tentu saja menjadi objek yang paling menarik, sebab pengunjung bisa puas bermain air di kolam ini. Tapi ingat, anak yang sedang bermain untuk selalu diawasi ya traveler.

Ada baiknya jika membawa anak-anak, traveler jangan lupa membawa pakaian ganti dan perlengkapan mandi. Di taman ini juga tersedia fasilitas untuk ganti baju dan bilas selepas bermain air.

Yang menurut saya cukup unik, bahkan tempat duduk yang tersedia di taman ini, juga bertuliskan fakta-fakta sejarah pada masa lalu. Sehingga di seluruh spot yang terdapat di taman ini, pengunjung bisa mendapatkan ilmu pengetahuan mengenai sejarah pada masa lalu yang ada di Kota Bandung.

Inilah Berbagai Fasilitas yang Ada di Telaga Sarangan Magetan

Telaga Sarangan adalah telaga alami yang berada di ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut dan terletak di lereng Gunung Lawu, Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Telaga ini luasnya sekitar 30 hektar dan berkedalaman 28 meter.
Karena letak Telaga Sarangan di lereng gunung, jadi jalan yang harus ditempuh pun berkelok-kelok dan naik-turun. Meski begitu seluruh jalannya mulus dan sudah diaspal kok. Pemandangan malam hari dalam perjalanan sedikit menyeramkan karena gelap, tapi pemandangannya masya Allah sungguh indah melihat lampu yang kelap-kelip dari atas dan udara nya mulai berasa dingin.

Untuk tiket masuknya cukup terjangkau. Orang dewasa Rp 19 ribu, sedangkan anak-anak sekitar Rp 14 ribu. Itu semua sudah termasuk asuransi Jasa Raharja. Lalu untuk parkir kendaraan roda dua dikenakan tarif Rp 2 ribu dan roda empat Rp 5 ribu. Setibanya di Telaga Sarangan langsung semriwing dinginnya, kami memutuskan langsung menuju penginapan untuk menaruh barang dan istirahat sejenak.

Untuk penginapan disini ada banyak dan beragam, mulai dari yang model hotel sampai wisma. Tarif per malamnya pun bervariasi dan tergolong murah, mulai dari Rp 150 ribu sampai Rp 700 ribu per malamnya. Lokasi penginapannya pun bisa dipilih berdasarkan keinginan kita. Ada yang di tepi telaga dan ada yang berada di dekat pemukiman penduduk, kebetulan keluarga ku memilih agak dekat dengan tepi telaga.

Karna sudah mulai lapar, kami keluar penginapan untuk berjalan-jalan dan mencari makan. Banyak pedagang yang berjualan di pinggiran telaga, kami singgah untuk menikmati wedang ronde, jagung bakar dan sate, ada ayam dan kelinci. Jadi buat kalian yang pengen coba makan sate kelinci bisa nyobain di sini. Keesokan hari setelah Salat Subuh dan bersih-bersih, kami memutuskan untuk berjalan pagi mengililingi telaga.

Di tengah perjalan kami melihat beberapa monyet dan tidak mengganggu. Jika berkeinginan untuk menaiki speedboat, tarifnya Rp 60 ribu per kapal untuk sekali putaran atau langsung paket Rp 150 ribu untuk tiga putaran. Satu kapal bisa diisi 3-4 penumpang, tapi perlu diingat kalau menjelajahi telaga dengan speedboat ini bukan termasuk perjalanan yang santai melainkan lebih kepada memacu adrenalin. Karena saat menaiki speedboat kamu akan berada seperti di tengah-tangah ajang balapan speedboat, pengendara bakal memacu dengan kecepatan tinggi, kemudian pengendara akan membuat speedboat meliak-liuk di atas air hingga membuat kita terombang-ambing, tapi tenang saja kalian akan di beri pelampung untuk keamanan.

Beberapa Hari di Karimunjawa, Bisa Apa Saja?

Karimunjawa, cerita tentang keindahannya membuatku tergerak untuk mendatanginya. Setelah berkunjungpun, aku selalu ingin kembali. Tahun lalu, di awal bulan Juni, aku mengajak kakak, adik dan teman-temanku untuk mengisi liburan di pulau Karimunjawa, Jepara.
Semua berminat, pada tengah bulan Juli, aku, dua saudaraku dan tiga orang temanku akhirnya akan berwisata ke Karimunjawa dengan jasa pemandu wisata. Sebetulnya kami ingin berangkat dengan transportasi tercepat yaitu pesawat. Sempat aku mencoba menghubungi Susi Air dan pesawat lainnya yang diketahui memiliki rute penerbangan ke Karimunjawa, namun jadwalnya sangat jarang.

Akhirnya, aku bersama dua saudaraku dan seorang temanku berangkat dengan menggunakan kereta antar kota menuju Kota Semarang, sementara dua temanku yang lainnya lebih memilih menggunakan bus antar kota. Ya, begitulah mereka, jika berbicara tentang bus, mereka adalah ahlinya. Kami janjian bertemu pemandu wisata di pelabuhan Jepara. Tiket kapal Express sudah dipesan, setelah beristirahat sejenak dan sarapan mie instan kami pun menaiki kapal.

Perjalanan menggunakan kapal laut memakan waktu empat sampai lima jam. Selama perjalanan laut tersebut, ombak yang tak menentu dan semilir angin laut pelan-pelan mengoyak isi perut. Aku yang biasanya tidak mabuk laut mendadak sakit kepala dan mual, setelah minum obat akhirnya aku bisa tidur. Sesampainya di Karimunjawa, kami dijemput dengan mobil dan diantar ke rumah penginapan.

Setelah sampai di penginapan dan menaruh barang bawaan, kami langsung diajak jalan-jalan mengunjungi destinasi pertama, Bukit Love. Bukit Love rupanya adalah sebuah bukit menghadap pemandangan Karimunjawa dari atas yang dirancang untuk berfoto dan duduk-duduk. Selain itu, kita juga bisa membeli oleh-oleh di toko yang tersedia di bawah bukit. Lanjut dari Bukit Love, kami langsung diajak menunju Pantai Ujung Gelam untuk menikmati langit matahari terbenam. Dengan secangkir kopi panas, hari pertama di Karimunjawa ditutup pemandangan langit yang menjingga perlahan.

Saat perjalanan pulang baru diketahui rupanya listrik di Pulau Karimunjawa masih terbatas. Sehingga sepanjang perjalanan gelap dan kami baru bisa mengisi ulang daya baterai elektronik esok hari setelah jam enam pagi. Karena hari gelap dan kami sudah makan malam, kami pun dianjurkan untuk istirahat lebih cepat karena besok akan berangkat snorkeling pagi hari. Keesokan harinya kami pun dibangunkan untuk sarapan.

Setelah sarapan, kami langsung diarahkan ke dermaga untuk naik kapal kecil. Karena rombongan kami sedikit, kapal untuk snorkeling pun digabung dengan rombongan lain. Kami dibawa ke sekitar Pantai Pulau Cemara Besar juga Cemara Kecil untuk snorkeling. Lalu Pulau Menjangan Kecil dan Menjangan Besar untuk menikmati pemandangan laut yang begitu biru. Setelah puas memberi makan ikan, menikmati pemandangan karang laut yang beragam indahnya, kami diajak menikmati ikan bakar lebih dulu sebelum kembali pulang ke penginapan.

Setelah sampai ke penginapan, hari sudah gelap. Kami dipersilakan bersih-bersih lebih dulu dan setelah itu diajak ke alun-alun untuk menikmati kehidupan malam dan jajanan khas penduduk lokal. Di tengah gelapnya Pulau Karimunjawa, alun-alun begitu terang benderang karena didukung listrik dari genset. Berjajar begitu banyak gerobak-gerobak pedagang kaki lima menjajakan jualannya. Ada jus buah, bakso, mie ayam, jagung bakar, ikan bakar sampai ikan mentah tersedia.

Di sekitar gerobak-gerobak jualan, disediakan meja-meja dan alas dari terpal untuk duduk lesehan. Bermandikan lampu-lampu gantung, makan malam hari terakhir kami di Alun-alun Karimunjawa terasa istimewa. Kami jajan jagung bakar, jus buah dan jajanan ringan lainnya. Tidak hanya kami, di sana terlihat banyaknya wisatawan mancanegara yang juga ingin menikmati keindahan Karimunjawa juga menikmati jajanan yang ada.

Keesokan harinya adalah waktunya kami untuk pulang. Namun sayangnya ada peringatan ombak besar sedang pasang sehingga kepulangan kami ke Pulau Jawa pun tertunda satu hari. Akhirnya kami mengisi hari dengan menikmati pemandangan alam di pantai-pantai terdekat. Tidak masalah, seperti lagu Moana, sepertinya ke pantai dan laut selalu membuatku ingin kembali.