- Cardiopulmonary resuscitation atau yang biasa disebut CPR adalah tindakan kompresi jantung. Tindakan CPR dilakukan untuk memulihkan jantung agar dapat kembali memompa darah. CPR dapat menjadi pertolongan pertama bagi pasien henti jantung jika dilakukan dengan teknik yang tepat.
Kolapsnya gelandang Denmark Christian Eriksen beberapa waktu lalu juga mengingatkan pentingnya CPR. Teknik resusitasi ini disebut-sebut telah menyelamatkan nyawa Erisen di saat-saat genting tersebut.
https://cinemamovie28.com/movies/aunts-temptation-3/
Lantas, bagaimana teknik resusitasi jantung paru atau CPR yang tepat?
Deby Marvira dari Indonesian Escorting Ambulance Jakarta Selatan menyebut, hal yang pertama kali harus dipastikan saat akan melakukan resusitasi jantung paru adalah pasien atau korban benar-benar tidak henti nafas atau jantung.
Selain itu, pastikan penolong juga dalam kondisi sehat dan dilindungi oleh APD (Alat Pelindung Diri). Apalagi selama pandemi, setidaknya gunakan sarung tangan lateks atau plastik yang bisa melindungi diri dari kontak langsung dengan pasien.
Jika kondisi pasien berada di luar ruangan dan dalam kondisi ramai, hindarkan pasien dari kerumunan. Itu karena pasien henti jantung butuh supply oksigen yang cukup.
"Biasanya kalau di luar kan orang pengen lihat terus jadi berkerumun. Jangan sampai karena kerumunan ini oksigennya jadi rebutan. Karena dikerumuni, gerah, oksigen jadi gak bisa masuk ke pasiennya," ujar Deby dalam tayangan e-life detikcom, Jumat (18/6/2021).
Saat di luar atau di lapangan, Deby juga mewanti-wanti untuk tidak lupa memanggil ambulans atau tenaga medis lain. Ini dilakukan untuk memastikan pasien bisa mendapatkan bantuan medis lebih lanjut.
Teknik resusitasi jantung paru sangat penting di 10 menit pertama atau dikenal sebagai golden Time. Waktu ini sangat menentukan keselamatan pasien. Deby menyebut, penolong bisa melakukan 120 kali kompresi per menit untuk menyelamatkan pasien.
Kalau kasih napas buatan kan gak mungkin (karena pandemi), jadi bisa lakukan kompresi. 120 Kali kompresi per menit supaya jantung bisa memompa darah ke otak. Karena otak kan butuh oksigen," lanjutnya.
Kompresi ini dilakukan dengan meletakan satu tumit tangan berada di atas jantung. Lalu tentukan titik kompresinya. Setelah itu, kunci dengan tangan satunya. Usahakan tangan yang di atas adalah tangan dominan, agar tenaganya lebih besar.
"Lakukan terus (CPR) sampai ada tanda kehidupan dari pasien atau nafasnya mulai ada lagi. Misalnya ada ekspresi wajah nyeri atau gelisah," kata Deby.
Hitungan saat melakukan resusitasi jantung pun punya tempo tersendiri. Jangan terlalu cepat saat memompa karena bisa menyebabkan darah yang masuk ke jantung tidak bisa keluar.
"Jantung kan punya satu pintu masuk dan pintu keluar. Kalau dipompa terlalu cepat nanti jantung bingung dan aliran darah tadi tidak bisa keluar," ujar Deby
Lalu siapa saja yang bisa melakukan CPR?
CPR bisa dilakukan oleh siapa saja yang punya ilmu dasar mengenai CPR. Anak kecil sekalipun, jika memang ia bisa melakukannya maka tidak ada masalah.
Namun, efektivitas dari CPR harus tetap diperhatikan. Menghubungi ambulans atau tenaga medis adalah pilihan terbaik yang bisa kamu lakukan dan wajib didahulukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar