Menyusul kolapsnya gelandang Denmark Christian Eriksen di Euro 2020, legenda bulutangkis tanah air Markis Kido juga dikabarkan kolaps saat berlatih. Kido tidak tertolong, ia kemudian meninggal dunia.
Serentetan kejadian kolaps di lapangan yang dialami para olahragawan memunculkan anggapan bahwa atlet rentan terkena penyakit jantung. Ada pula pendapat, olahraga berat yang dilakukan para atlet memicu kerusakan dan penebalan otot jantung yang rentan membuat mereka kolaps.
Awas jangan salah kaprah. Menurut dokter jangtung, anggapan ini tidak tepat. Seseorang yang berolahraga justru memiliki risiko penyakit jantung yang kecil.
Ahli jantung dari RS Siloam Lippo Karawaci dr Vito A Damay, SpJP(K) menjelaskan, pola hidup sehat para atlet juga berpotensi meningkatkan kesehatan jantung.
Lalu kenapa ada atlet yang mengalami serangan jantung? Menurut dr Vito, seorang atlet bisa mengalami serangan jantung jika memang memiliki kelainan atau riwayat penyakit jantung yang tidak disadari sebelumnya.
"Kelelahan karena olahraga bisa menyebabkan penyakit jantung? Mungkin saja apabila seseorang itu memang sudah punya penyakit jantung sebelumnya," terangnya dalam unggahan Instagram @doktervito, dikutip atas izin yang bersangkutan, Rabu (16/6/2021).
"Masalahnya, kadang-kadang orang tidak tahu kalau dia punya penyakit jantung. Itulah pentingnya kita medical check up," lanjutnya.
Meski atlet cenderung memiliki risiko penyakit jantung yang kecil, intensitas latihan harus diperhatikan dengan bijak. Terlebih, jika sedang menjalani latihan intens untuk pertandingan tertentu, pengawasan oleh profesional amat diperlukan.
Dengan begitu, olahraga jelas tak perlu ditakuti karena bukan penyebab penyakit jantung. Namun baik untuk atlet atau awam, disarankan untuk medical check up rutin dan selalu mengecek heart rate atau detak jantung maksimal. Bagaimana caranya?
"Olahraga yang baik untuk kesehatan jantung adalah 60-70 persen dari detak jantung maksimal menurut usia. Amannya paling tinggi 85 persen. Cara hitungnya, 220- usia saat ini, lalu dikalikan (misalnya) 70 persen untuk mendapatkan kisaran target detak jantung intensitas sedang," terang dr Vito lebih lanjut pada detikcom.
https://nonton08.com/movies/borrasca/
Pasien Jantung Tak Perlu Khawatir Vaksin AstraZeneca, Ini Rekomendasi PERKI
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) menyebut pasien jantung bisa saja mendapat vaksin COVID-19 AstraZeneca. PERKI menyebut hanya pasien dengan riwayat penurunan kadar trombosit karena heparin (heparin induced thrombocytopenia) yang memerlukan perhatian khusus.
Sementara pasien dengan riwayat penyakit kardiovaskular lain, mulai dari penyakit jantung koroner, atrial fibrilasi, penyakit jantung bawaan, trombosis vena, hingga emboli paru bisa menggunakan vaksin AstraZeneca selama kondisinya stabil.
"Vaksin AstraZeneca dilaporkan memiliki efektivitas yang baik dan telah mendapat persetujuan untuk digunakan dalam upaya pencegahan penularan COVID-19," tulis PERKI seperti dikutip dari situs resminya pada Sabtu (19/6/2021).
"Risiko kejadian trombosis terkait vaksin AstraZeneca yang telah dilaporkan sangat kecil (sekitar 3,6 kasus per satu juta orang yang divaksinasi atau 0,00036 persen), dengan lebih dari 78 juta dosis vaksin AstraZeneca telah digunakan di Eropa. Kejadian trombosis akibat COVID-19 dilaporkan sebanyak 207,1 kasus per 1 juta kasus COVID-19, lebih tinggi dibandingkan kejadian trombosis akibat vaksin AstraZeneca," lanjut PERKI.
Ketua PP PERKI Dr dr Isman Firdaus, SpJP(K), menegaskan para pasien tidak perlu ragu dan khawatir mendapat vaksinasi. Ancaman dari COVID-19 sekali lagi disebut lebih berbahaya daripada risiko efek samping vaksin COVID-19.
"PERKI mengimbau semua pasien atau yang memang ada komorbid jantung tidak usah khawatir untuk divaksin. Jadi kalau tidak ada keluhan silahkan untuk divaksin, karena ini kita betul-betul salah satu ikhtiar kita bersama mencegah COVID-19," ungkap dr Isman dalam konferensi pers daring lima organisasi profesi kedokteran, Jumat (18/6/2021).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar