Vaksin Sinopharm dan Sinovac baru-baru ini mendapat emergency use listing (EUL) atau izin penggunaan darurat dari organisasi kesehatan dunia WHO. Keduanya sama-sama vaksin buatan China dan digunakan di Indonesia.
Setelah mengantongi 'restu' WHO, vaksin Sinopharm dan Sinovac berarti telah memenuhi standar persyaratan internasional terkait keamanan dan efikasinya.
Vaksin Sinopharm sendiri telah mendapat EUL dari WHO sejak 7 Mei 2021. Sementara Sinovac baru mendapatkanya pada 1 Juni 2021.
Meski dua vaksin ini sama-sama buatan China, keduanya memiliki beberapa perbedaan mulai dari efikasi hingga efek samping. Berikut perbedaan antara vaksin Sinopharm dan Sinovac.
1. Efikasi
Vaksin Sinopharm
Dalam uji klinis fase 3 di Uni Emirat Arab, vaksin Sinopharm menunjukkan efikasi sebesar 78 persen dalam mencegah COVID-19. Data ini didapat dari hasil uji coba pada 42 ribu relawan.
Tak hanya itu, didapatkan juga imunogenisitas sebesar 99,92 persen pada orang dewasa dan lansia 100 persen, 14 hari setelah suntikan kedua.
Vaksin Sinovac
Berdasarkan hasil uji klinis fase 3 di Bandung, Jawa Barat, vaksin Sinovac memiliki efikasi sebesar 65,3 persen. Artinya, vaksin ini dapat menurunkan kejadian penyakit COVID-19 hingga 65,3 persen.
Hasil ini didapat berdasarkan uji coba kepada 1.600 orang di Bandung.
2. Efek samping
Vaksin Sinopharm
Menurut Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Penny K Lukito, efek samping vaksin Sinopharm dapat ditoleransi dengan baik oleh tubuh. Peluang kejadiannya pun terbilang sangat kecil, yakni 0,01 persen. Berikut efek sampingnya.
Efek samping lokal:
Rasa sakit
Kemerahan.
Efek samping sistemik:
Sakit kepala
Nyeri otot
Diare
Batuk.
Bagaimana dengan umur penggunaan Vaksin Sinopharm Vs Sinovac? Simak di halaman berikut.
Vaksin Sinovac
Tak jauh berbeda dengan vaksin Sinopharm, efek samping yang bisa ditimbulkan dari vaksin Sinovac pun terbilang ringan. Di antaranya sebagai berikut.
Efek samping lokal:
Nyeri
Iritasi
Kemerahan
Pembengkakkan.
Efek samping sistemik:
Nyeri otot
Kelelahan
Demam.
3. Usia penerima vaksin
Vaksin Sinopharm
Vaksin Sinopharm dapat diberikan kepada kelompok usia di atas 18 tahun hingga lansia. Interval atau jeda waktu yang dianjurkan antara pemberian dosis pertama dan kedua adalah 21-28 hari.
Vaksin Sinovac
Awalnya vaksin Sinovac hanya diperuntukkan bagi usia 18-59 tahun. Namun, setelah dievaluasi lebih lanjut tentang keamanan dan efektivitasnya, vaksin ini juga bisa digunakan untuk lansia 60 tahun ke atas dengan rentang penyuntikan 28 hari antara dosis pertama dan kedua.
Selain itu, dua vaksin ini juga menggunakan platform yang sama, yakni inactivated virus atau virus yang dimatikan. Meski ada beberapa perbedaan antara vaksin Sinopharm dan Sinovac, WHO telah memberikan restu bagi keduanya untuk digunakan.
https://indomovie28.net/movies/migi-muke-hidari-jieitai-he-iko/
Perubahan Masa Berlaku Rapid Antigen-PCR-GeNose untuk Syarat Perjalanan
Pemberlakukan larangan dan pengetatan mudik Lebaran telah berakhir. Perubahan ini membuat masa berlaku rapid antigen, PCR, dan GeNose untuk syarat perjalanan domestik juga berubah.
Masa berlaku rapid antigen, PCR, dan GeNose sebagai syarat perjalanan tertuang dalam SE No 12 Tahun 2021 tentang Ketentuan Perjalanan Orang dalam Negeri di Masa Pandemi COVID-19.
Setiap orang yang melakukan perjalanan, wajib memakai masker dan menjaga jarak serta mematuhi protokol kesehatan seperti memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. Penggunaan masker wajib dilakukan dengan benar yakni menutupi hidung dan mulut.
Berikut masa berlaku rapid antigen, PCR, dan GeNose untuk syarat perjalanan domestik.
Pulau Bali
Udara, laut, dan darat
Masa berlaku hasil RT-PCR maksimal 2x24 jam sebelum keberangkatan
Masa berlaku rapid antigen maksimal 2x24 jam sebelum keberangkatan
Tes GeNose di Bandara, Pelabuhan, dan Terminal sebelum keberangkatan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar