Vaksin AstraZeneca dengan nomor batch CTMAV547 sempat dihentikan sementara terkait dugaan KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi). Hasil uji toksisitas dan sterilitas telah diumumkan, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) memastikan batch tersebut aman.
Uji sterilitas dan toksisitas abnormal dilakukan di Pusat Pengembangan Pengujian Obat dan Makanan Nasional (PPPOMN) Badan POM. Tujuannya untuk mengetahui adanya keterkaitan antara mutu produk dengan KIPI yang dilaporkan, terutama terkait konsistensi mutu saat distribusi dan penyimpanan.
Laporan hasil pengujian disebut telah terbut pada 25 Mei 2021, dengan kesimpulan "memenuhi syarat mutu dan aman digunakan".
"Berdasarkan hasil pengujian tersebut, dapat disimpulkan bahwa tidak ada keterkaitan antara mutu Vaksin COVID-19 Astrazeneca nomor bets CTMAV547 dengan KIPI yang dilaporkan," tulis BPOM dalam rilisnya, dikutip pada Jumat (28/5/2021).
"Untuk itu, Vaksin COVID-19 AstraZeneca nomor bets CTMAV 547 dapat digunakan kembali," lanjutnya.
Kemenkes lanjutkan vaksin AstraZeneca CTMAV547
Juru bicara vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan dr Siti Nadia Tarmizi mengatakan, pengujian terhadap vaksin AstraZeneca batch CTMAV547 merupakan bentuk kehati-hatian. Pada 16 Mei 2021, vaksin dengan nomor batch tersebut sempat dihentikan sementara terkait adanya sejumlah laporan KIPI, sebagian di antaranya fatal.
"Dengan hasil ini maka penggunaan vaksin COVID-19 AstraZeneca bets CTMAV 547 dalam program vaksinasi nasional COVID-19 bisa kembali dilanjutkan," sebut dr Nadia.
Komnas KIPI dalam rapat dengan Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI menyebut sejauh ini ada 30 laporan KIPI serius yang mematikan. Dari jumlah tersebut, 27 kasus terjadi pada penerima vaksin Sinovac dan 3 kasus pada penerima vaksin AstraZeneca.
KIPI serius pada penerima vaksin Sinovac:
10 orang karena terinfeksi COVID-19
14 orang karena penyakit jantung dan pembuluh darah
1 orang karena gangguan fungsi ginjal secara mendadak
2 orang diabetes melitus, dan hipertensi yang tidak terkontrol.
KIPI serius pada penerima vaksin AstraZeneca:
1 orang karena radang paru
1 orang karena terinfeksi COVID-19
1 orang dead on arrival (DOA), masih dilakukan pendalaman/autopsi lanjutan untuk memastikan penyebab.
"Vaksin AstraZeneca adalah salah satu vaksin yang paling banyak digunakan di dunia. Sehingga sudah pasti memenuhi syarat mutu dan aman digunakan. Jadi masyarakat tidak perlu takut, tidak perlu memilih jenis vaksin tertentu, karena semua vaksin ada saat ini adalah yang terbaik," tegas dr Nadia.
https://cinemamovie28.com/movies/寻龙契约/
Nggak Percaya Varian Baru Corona Lebih Menular? Wamenkes Beberkan Faktanya
Berbagai varian baru virus Corona dikategorikan sebagai variant of concern (VoC), yang artinya diwaspadai. Salah satu alasannya adalah diduga punya kemampuan menular lebih cepat.
Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) dr Dante Saksono Harbuwono dalam rapat dengan Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI mencontohkan kasus penularan yang terjadi di Cilacap, Jawa Tengah. Dari 20 ABK (anak buah kapal) Filipina yang berlabuh dari India, ditemukan 14 kasus dengan salah satu VoC yakni varian B1617 asal India.
Pelacakan kontak terhadap 14 kasus tersebut menemukan adanya penularan pada 31 tenaga kesehatan. Berikutnya, dari 31 kasus pada nakes, ditemukan lagi 12 kasus pada nakes dan non nakes.
"Jadi ada 49 kasus yang tertular dari 14 kasus. Dari 14 kasus menjadi 49 kasus, artinya R0-nya atau laju penularannya kira-kira 3,35 kali lipat dibandingkan dengan target kita seharusnya R0-nya kurang dari 0,9 atau paling tinggi 1, kalau kita ingin mendefinisikan kasus itu tidak menular secara berat," jelas Wamenkes, Kamis (27/5/2021).
Menurut Wamenkes, tingginya laju penularan akhir-akhir ini disebabkan oleh dua faktor utama. Selain karena faktor mobilitas warga selama musim mudik lebaran, juga faktor karakteristik virus yang memang lebih mudah menular.
"Jadi ini memperlihatkan bagaimana agresifnya penularan dari variant of concern ini kepada orang lain," tegasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar