Rabu, 19 Mei 2021

Usai Dinyatakan Positif COVID-19, Anak Ini Alami Penyakit Langka

  Seorang anak laki-laki usia 6 tahun sedang berjuang melawan penyakit langka akibat virus Corona COVID-19 di rumah sakit.

Anak laki-laki tersebut bernama Oliver Patterson, tiga minggu setelah dinyatakan positif virus Corona COVID-19, ia mulai merasa lesu, sakit perut dan menolak untuk makan.


Oliver akhirnya dilarikan ke rumah sakit di Dartford, Inggris. Saat itu, dokter mengira Oliver menderita tonsilitis. Tetapi, tubuhnya tertutup oleh adanya ruam hingga wajah dan matanya membengkak cukup parah.


Akhirnya, Oliver pun didiagnosis oleh dokter dengan sistem inflamasi multi-sistem pediatrik (PIMS) dan menghabiskan empat malam dalam perawatan intensif di Rumah Sakit Anak Evalina London.


Kondisi peradangan langka ini mirip dengan penyakit Kawasaki dan telah membuat sekitar 200 anak Inggris menjalani perawatan intensif di rumah sakit.


Ibu Oliver, Laura mengatakan anaknya sangat berjuang untuk bertahan hidup karena penyakit langka yang diidap sang putra.


"Fungsi jantungnya memburuk dan ia diberi obat yang berbeda. Saat itu adalah momen tersulit dalam hidup kami. Tapi, sehari sebelum dia jatuh sakit, dia sempat duduk di tepi pantai untuk bersenang-senang," jelas Laura dikutip dari The Sun.


Kemudian, Oliver pun diberi pengobatan steroid dan kondisinya mulai membaik sehingga boleh diizinkan pulang ke rumah.


Laura mengaku menceritakan ini bukan untuk menakut-nakuti, tetapi hanya ingin meningkatkan kesadaran semua orang.


Sementara itu, seorang ibu lainnya, Tracey Hanley mengungkapkan bahwa anak laki-laki yang berusia 5 tahun, Marley juga mengembangkan PIMS dan dilarikan ke Evalina dua Minggu lalu.


"Tubuhnya yang masih kecil terlihat sangat kesakitan," kata Tracey.


Sistem inflamasi multi-sistem pediatric (PIMS) telah menyebabkan kekhawatiran dan kebingungan di antara orangtua dan dokter.


Pada awal pandemi virus corona, banyak anak-anak di rumah sakit yang menderita penyakit Kawasaki, suatu kondisi yang umumnya menyerang bayi dan balita.

https://tendabiru21.net/movies/disorderlies/


BPOM Buka Suara soal Penghentian Vaksin Corona AstraZeneca Batch CTMAV547


Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) buka suara terkait penghentian vaksin AstraZeneca batch CTMAV547. Ditegaskan, BPOM dan Komnas PP KIPI, serta Komda PP KIPI, tengah menganalisis sebab-akibat penggunaan vaksin COVID-19 AstraZeneca dan kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI).

"Untuk aspek keamanan, KOMNAS PP KIPI, KOMDA PP KIPI, dan organisasi profesi terkait sedang melakukan analisa kausalitas (hubungan sebab-akibat) penggunaan Vaksin COVID-19 AstraZeneca dan KIPI, antara lain riwayat penyakit penerima vaksin termasuk riwayat alergi, gejala yang dialami, waktu mulai gejala dirasakan," jelas rilis resmi yang diterima detikcom Rabu (19/5/2021).


Adapun terkait aspek mutu vaksin Corona AstraZeneca, BPOM menguji sterilitas dan toksisitas vaksin AstraZeneca batch CTMAV547. Batch yang diduga berkaitan dengan dua kasus wafat usai vaksinasi, di DKI.


"Tindakan ini dilakukan untuk mengetahui apabila ada keterkaitan mutu produk dengan KIPI yang dilaporkan," jelas BPOM.


"Khususnya untuk mengetahui jaminan mutu saat pendistribusian dan penyimpanan serta untuk menjamin konsistensi jaminan mutu produk sesuai hasil lot release yang telah dilakukan sebelum vaksin diedarkan," lanjut rilis terkait.


Pembekuan darah vaksin AstraZeneca

BPOM menjelaskan lebih lanjut efek samping vaksin AstraZeneca seperti pembekuan darah, yang diduga menjadi penyebab meninggalnya seseorang pasca divaksin. Menurut laporan otoritas obat Eropa (EMA), kejadian serupa sangat jarang terjadi.


Lebih banyak kasus pembekuan darah yang meninggal akibat infeksi COVID-19. Maka dari itu, BPOM menjelaskan manfaat vaksin AstraZeneca masih lebih besar dibanding risikonya.


"Kejadian pembekuan darah setelah pemberian vaksin COVID-19 AstraZeneca termasuk kategori very rare/ sangat jarang (< 1/10.000 kasus) karena dilaporkan terjadi 222 kasus pada pemberian 34 juta dosis vaksin (0,00065%)," beber BPOM.


"Kejadian ini jauh lebih rendah dibandingkan kemungkinan terjadinya kasus pembekuan darah akibat penyakit COVID-19 sebesar 165 ribu kasus per 1 juta (16,5%)," tegas BPOM.

https://tendabiru21.net/movies/the-happening/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar