Pimpinan organisasi kesehatan dunia WHO memperingatkan bahwa tahun kedua pandemi COVID-19 bakal lebih mematikan. Beberapa negara seperti Singapura dan Jepang telah meningkatkan kewaspadaan.
"Kita ada di jalur bahwa tahun kedua pandemi bakal jauh lebih mematikan dibanding yang pertama," kata Tedros Adhanom Ghebreyesus, dirjen WHO, DIkutip dari France24, Sabtu (15/5/2021).
Pesan lain yang disampaikan oleh WHO adalah untuk berbagi vaksin Corona, terutama untuk negara miskin. Karenanya, WHO menyarankan untuk menunda vaksinasi pada anak.
"Saya paham kenapa beberapa negara ingin memvaksinasi anak dan remaja, tetapi saat ini saya dorong mereka untuk mempertimbangkan dan menyumbangkan vaksinnya ke COVAX," pesan Tedros.
Di Jepang, status darurat COVID-19 diperluas ke 3 wilayah baru-baru ini. Sementara itu petisi untuk menunda olimpiade, sedianya digelar Juli, telah ditandatangani lebih dari 350 ribu orang.
Ketiga wilayah perluasan status darurat adalah Hiroshima, Okayama, dan Hokkaido. Status darurat akan berlaku hingga akhir Mei.
https://maymovie98.com/movies/conspirators/
AS Sudah Tak Wajibkan Masker-Jaga Jarak, Warga Malah Ketakutan
Amerika Serikat makin melonggarkan aturan pakai masker dan jaga jarak, tidak lagi wajib bagi yang sudah vaksinasi penuh. Namun panduan terbaru ini malah disikapi sebagian warga dengan ketakutan.
"Saya cemas dengan ini," kata Allison Douma, warga Washington DC, dikutip dari Reuters, Sabtu (15/5/2021).
"Saya cuma nggak merasa aman karena laju vaksinasi melambat, dan saya mengkhawatirkan mutasi," kata Allison yang sudah divaksinasi penuh bulan lalu.
Meski begitu, ada pula yang sejak awal tidak percaya bahwa masker bisa melindungi mereka dari COVID-19. Salah satunya di Texas, yang sejak Maret sudah tidak mewajibkan penggunaan masker.
"Orang tidak memakainya sejak awal," kata Riker Beauchamp, seorang pekerja restoran pizza di Lubbock.
Diamuk COVID-19Di banyak tempat di AS, orang-orang sudah tidak disiplin menggunakan masker sejak beberapa bulan terakhir. Survei yang dilakukan University of Southern California Dornsife Center for Economic and Social Research menunjukkan, hampir separuh warga AS tidak memakai masker bahkan saat COVID-19 mencapai puncaknya.
AS melalui The Centers of Disease Control and Prevention (CDC) telah semakin melonggarkan aturan pakai masker dan jaga jarak. Seseorang yang sudah dinyatakan vaksinasi penuh tidak lagi wajib mematuhinya, kecuali di tempat-tempat tertentu seperti transportasi umum dan tempat kerja yang masih mewajibkan.
"Jika Anda sudah divaksinasi dan Anda memutuskan untuk melepas masker, Anda aman. Jika Anda belum divaksinasi, maka Anda memutuskan untuk ambil risiko," kata Direktur CDC Dr Rochelle Walensky.
Warning WHO soal Aturan Lepas Masker Usai Vaksinasi Corona
Belakangan heboh aturan melepas masker usai vaksinasi Corona dosis kedua, yang diterapkan di Amerika Serikat. Kebijakan ini disoroti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), mereka memberikan sejumlah catatan.
Dikutip dari Reuters, WHO mendesak setiap negara mempertimbangkan kondisi Corona di wilayahnya masing-masing sebelum menerapkan aturan serupa seperti di AS. Terutama, seberapa tinggi penularan lokal COVID-19 masih tercatat.
"Negara yang ingin mencabut aturan memakai masker, itu seharusnya hanya dilakukan dalam konteks mempertimbangkan intensitas penularan Corona di daerah tersebut dan tingkat cakupan vaksinasi," jelas pakar darurat utama WHO, Mike Ryan, dalam konferensi pers virtual, Jenewa.
Seperti diketahui, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) menyatakan orang-orang yang sudah divaksinasi Corona bisa melepas masker mereka dengan sejumlah syarat. Namun, aturan ini umumnya hanya berlaku di luar ruangan.
Warga AS diketahui menerima vaksin Corona mRNA Pfizer hingga Moderna, dengan angka efikasi melebihi 90 persen.
Bagaimana di Indonesia?
Juru bicara Satgas Penanganan COVID-19 sempat angkat bicara beberapa waktu lalu. Menegaskan aturan tersebut belum bisa diterapkan di Indonesia.
"Kita menghormati panduan yang dikeluarkan CDC Amerika. Namun demikian perlu diingat kondisi di Indonesia berbeda dengan kondisi di Amerika," kata Prof Wiku Adisasmito dalam konferensi pers Kamis (29/4/2021).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar