Di media sosial viral video mengecek kesehatan paru dengan menahan napas dalam jangka waktu tertentu. Dalam video yang diunggah di laman Twitter itu memperlihatkan jika bisa menahan napas hingga titik ke-10 berarti seseorang punya 'paru-paru super'.
Video tersebut telah ditonton oleh 8,9 juta orang dan mendapat lebih dari 700 komentar. Beberapa mengaku bisa menahan napas sampai titik ke-7 tapi tak lama setelahnya pandangan menjadi buram.
"Berhasil sampai 9, abis itu badan lemes," tulis salah satu pengguna Twitter.
Kebanyakan orang dapat menahan napas antara 30 detik hingga 2 menit. Dikutip dari Healthline, ini yang terjadi pada tubuh saat menahan napas.
30 detik awal:
Anda mungkin masih merasa rileks saat menutup mata dan bisa melakukannya dengan baik.
0:30 sampai 2:00:
Anda akan merasa sakit yang tidak nyaman di paru-paru. Kesalahpahaman paling umum tentang menahan napas adalah kehabisan udara, padahal yang terjadi adalah karbondioksida (CO₂) menumpuk di dalam darah karena tidak menghembuskan napas.
2:00 sampai 3:00
Perut Anda mulai mengejang dan berkontraksi dengan cepat. Ini karena diafragma mencoba memaksa untuk menarik napas.
3:00 sampai 5:00
Anda akan mulai merasa pusing. Saat CO₂ berkembang ke tingkat yang lebih tinggi, itu membuat oksigen mengalir ke dalam darah dan mengurangi jumlah oksigen yang mengalir ke otak.
5:00 sampai 6:00
Tubuh akan mulai bergetar saat otot Anda mulai berkontraksi secara tidak terkendali. Inilah saat menahan napas bisa menjadi berbahaya.
Lebih dari 6 menit
Anda akan pingsan. Otak akan sangat membutuhkan oksigen yang membuat tubuh tidak sadarkan diri sehingga mekanisme pernapasan otomatis Anda akan bekerja kembali.
https://kamumovie28.com/movies/after-earth/
Warning! 20 Provinsi Alami Kenaikan Kasus Kematian Corona, Ini Sebarannya
Ketua Bidang Data dan Teknologi Informasi Satgas COVID-19, Dewi Nur Aisyah, mengungkap persentase kasus kematian Corona di Indonesia meningkat sebanyak 0,02 persen selama enam hari terakhir. Disebutkan, peningkatan kasus kematian ini terjadi di 20 provinsi.
"Dalam enam hari terakhir terjadi peningkatan persentase angka kematian sebesar 0,02 persen, yaitu sebelumnya 2,74. Sekarang kita naik menjadi 2,76 persen," kata Dewi dalam rapat koordinasi Satgas COVID-19, Minggu (16/5/2021).
"Ada 20 provinsi mengalami kenaikan angka kematian. Ini berkontribusi dalam kenaikan persentase angka kematian secara nasional sebesar 0,02 persen dalam enam hari terakhir," jelasnya.
Adapun provinsi yang mengalami kenaikan kasus kematian Corona, yakni DKI Jakarta, Banten, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Aceh, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Riau, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Maluku, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.
Menanggapi hal ini, Ketua Satgas Penanganan COVID-19 Doni Monardo meminta kepada para kepala daerah yang wilayahnya mengalami kenaikan kasus kematian untuk segera melakukan evaluasi dan mempelajari penyebabnya.
"Apakah karena terlambat mendapat perawatan? Apakah mungkin stok obatnya sudah mulai berkurang?" ujar Doni.
"Apakah mungkin ada faktor komorbid yang relatif tinggi atau juga ada kelompok lansia yang kita kategorikan sebagai kelompok rentan?" tambahnya.
Beberapa faktor di atas menurutnya, penting untuk diidentifikasi karena negara harus memberikan perlindungan kepada warganya yang terkena COVID-19, khususnya bagi yang termasuk ke dalam kelompok rentan.
"Tolong ini dievaluasi sehingga kita bisa memberikan perlindungan kepada warga negara kita, khususnya kelompok rentan tadi, untuk mendapatkan pelayanan yang lebih optimal. Dan ketika mereka mengalami gejala, maka prioritas pertama harus mendapat perawatan," tuturnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar