Pemerintah India mengakui jenazah yang ditemukan di beberapa sungai, termasuk sungai Gangga, adalah pasien COVID-19.
Dalam sebuah surat yang dilihat Reuters, pengakuan resmi datang dari pemerintah negara bagian yang mengkhawatirkan praktik tersebut dan menduga ada kaitannya dengan kemiskinan dan ketakutan di desa.
"Pemerintah memiliki informasi bahwa jenazah mereka yang meninggal karena COVID-19 atau penyakit lainnya dibuang ke sungai alih-alih dibuang sesuai ritual yang tepat," kata seorang pejabat senior negara, Manoj Kumar Singh, pada 14 Mei.
Singh mengonfirmasi surat itu kepada Reuters tetapi mengatakan otopsi pada empat hingga lima mayat di distrik Ghazipur, negara bagian, belum mengungkapkan infeksi virus.
"Mayatnya sudah membusuk, jadi saya belum yakin dalam keadaan ini bisa diketahui positif korona," ujarnya lewat pesan singkat.
Dalam memo itu, Singh mengatakan kurangnya dana untuk bahan-bahan seperti kayu bakar untuk kremasi dan ketakutan akan penyakit itu adalah di antara kemungkinan alasan lonjakan pembuangan mayat COVID-19 di sungai.
Dia meminta pejabat tingkat desa untuk memastikan tidak ada mayat yang dibuang ke air dan mengatakan bahwa pemerintah negara bagian akan membayar masing-masing keluarga miskin 5.000 rupee (Rp 971 ribu) untuk mengkremasi atau menguburkan mayat.
Negara juga meminta polisi untuk berpatroli di sungai untuk menghentikan praktik tersebut.
https://kamumovie28.com/movies/shut-up-gulli/
Tompi Ceritakan Kronologi Ibunda Wafat Akibat COVID-19
Musisi Tompi belum lama ini membagikan kisah dukanya kehilangan sang ibu akibat COVID-19.
Selama ia tinggal bersama ibunya di Jakarta. Namun menjelang bulan puasa tahun ini, ibunya meminta pulang ke Aceh lantaran rindu keluarga dan ingin berkunjung ke makam suami. Tompi mengizinkan dengan catatan, tetap di rumah dan jalani protokol kesehatan.
"Tetap social distancing jaga jarak, pakai masker, dan lain-lain tapi apa yang terjadi? Salah satu dari anggota keluarga kami, yang saya curiganya adalah salah satu yang sering ekspos di luar karena memang pekerjaannya demikian, itu yang pertama sakit. Ini ketahuannya setelah saya tracing, setelah ibu saya berpulang," terangnya lewat akun Instagram @dr_tompi, Minggu (16/5/2021).
Awalnya, salah satu anggota keluarga hanya mengalami gejala flu, tanpa curiga terinfeksi COVID-19.
Lantaran rumah keluarga di Aceh saling berdempetan, Tompi mengisahkan, keluarganya sering berkumpul untuk mengobrol atau makan bersama. Ia curiga, momen demikianlah yang menjadi peluang sang ibu tertular virus Corona.
"Orang Indonesia flu itu biasa. Flu, batuk, pilek, itu biasa, demam, nggak enak badan, nyeri tulang itu penyakit yang biasa. Kalau begitu kita masih kemana-mana, makan saja dijaga, istirahat begitu. Nah ini nggak dicek COVID-nya, ternyata COVID. Dia pun baru tahu dia COVID setelah ibu saya berpulang," imbuh Tompi
Butuh waktu untuk membujuk sang ibu mau dites COVID-19. Setelah tes dan dinyatakan positif, kondisi sang ibu kian menurun.
Lantaran saturasi sempat turun sampai 94, keluarga segera mencarikan pertolongan rumah sakit pada pukul 6 pagi. Akibat keterbatasan pelayanan kesehatan di Aceh, sang ibu baru beroleh ambulans pukul 4 sore. Mengingat, tes PCR di Lhokseumawe pun hanya bisa dilakukan 2 kali dalam sepekan.
Dalam keadaan Tompi masih di perjalanan menuju Medan kota ibunya akan beroleh perawatan, sang ibu meninggal dunia.
"Allah sudah ngasih waktunya segitu. Baru naik ambulans beberapa menit, perburukan saturasi makin turun. Dalam keadaan tenang, senyap, ibu saya berpulang. Jadi prosesnya cepat banget, teman-teman," katanya.
Ia mengingatkan, penanganan COVID-19 di luar Jakarta masih menjadi tantangan besar. Ia berharap, situasi runyam yang dihadapi keluarganya tak menjadi titik awal gelomabang COVID-19 yang lebih besar seperti di India.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar