Selasa, 25 Mei 2021

Studi: Pria Lebih Rentan Terinfeksi 'Jamur Hitam' yang Mematikan

  Sebuah studi mengungkap pria lebih rentan terinfeksi oleh mukormikosis atau penyakit 'jamur hitam', infeksi yang saat ini banyak terjadi di India.

Penelitian berjudul 'Mucormycosis in COVID-19: A systematic review of cases reported worldwide and in India' ini meninjau 101 kasus pasien COVID-19 yang terinfeksi mukormikosis, infeksi jamur langka yang serius.


Para peneliti menemukan bahwa 79 dari mereka yang terinfeksi jamur hitam adalah pria. Diabetes melitus dilaporkan sebagai faktor risiko terbanyak dengan 83 dari 101 pasien mengidapnya.


Keterkaitan kematian dan keparahan pasien diabetes dengan COVID-19 ditemukan lebih tinggi dalam penelitian tersebut.


Dikutip dari Indian Express, studi tersebut mencatat 31 dari 101 meninggal akibat infeksi jamur hitam.


Dr Shashank Joshi, juga seorang ahli endokrin, mengatakan mereka mempelajari pengobatan apa yang paling banyak dikonsumsi pasien mukormikosis untuk COVID-19. Sebanyak 76 pasien memiliki riwayat kortikosteroid yang digunakan sebagai imunosupresan, 21 diberikan remdesivir dan empat tocilizumab.


Mucormycosis dapat mempengaruhi hidung, sinus, sistem saraf pusat, paru-paru, saluran pencernaan, kulit, tulang rahang, persendian, jantung dan ginjal. Studi tersebut menunjukkan bahwa dalam kebanyakan kasus, lebih dari 89, pertumbuhan jamur ditemukan di hidung dan sinus. Ini bisa jadi karena Covid-19 paling memengaruhi sistem pernapasan.


Studi tersebut juga menemukan bahwa spora jamur Mucorales menyebar pada penderita Covid-19 dengan oksigen rendah (hipoksia) dan glukosa tinggi. Dikatakan bahwa prevalensi global sementara dari infeksi jamur ini adalah 0,005 hingga 1,7 per juta populasi. Di India, ini 80 kali lebih tinggi karena populasi diabetes yang lebih tinggi.

https://maymovie98.com/movies/wotakoi-love-is-hard-for-otaku/


Heboh Obat Cina COVID-19 Lianhua Qingwen, Apa Sih Bahayanya?


Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mencabut rekomendasi terhadap produk obat Cina COVID-19 Lianhua Qingwen Capsules (LQC), obat Cina COVID-19 yang masuk ke Indonesia sebagai donasi tanpa izin edar. Guru Besar Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Apt, Zullies Ikawati, Ph.D, membeberkan kandungan berbahaya pada produk tersebut.

Zullies menjelaskan LQC yang dicabut rekomendasinya oleh BPOM merupakan produk yang tanpa izin edar dan sebelumnya digunakan sebagai produk donasi dalam percepatan penanganan COVID-19. Sementara itu, lanjut Zullies, ada pula produk Lianhua Qingwen Capsules yang mempunyai izin edar BPOM sebagai obat tradisional.


Ia menyampaikan terdapat perbedaan komposisi dalam produk Lianhua Qingwen Capsules donasi dengan yang terdaftar di BPOM. Dalam produk donasi terkandung bahan ephedra yang masuk dalam negative list bahan obat tradisional berdasarkan ketentuan BPOM No: HK.00.05.41.1384 Tahun 2005 tentang Kriteria dan Tata Laksana Pendaftaran Obat Tradisional, Obat Herbal Terstandar, dan Fitofarmaka.


"Komponen ini bisa menimbulkan efek yang berbahaya bagi tubuh salah satunya meningkatkan tekanan darah," terangnya dalam keterangan tertulis yang dikirim Humas UGM, Senin (24/5).


Lebih lanjut Zullies menyampaikan bahwa poduk Lianhua Qingwn Capsules merupakan herbal yang biasanya digunakan untuk meringankan gejala influenza. Namun demikian, saat ini terjadi kekeliruan informasi di masyarakat terhadap produk ini.


"Ada misleading di masyarakat, produk ini diklaim bisa sembuhkan COVID-19. Padahal BPOM tidak pernah mengeluarkan izin edar bagi produk LQC untuk penanganan COVID-19," paparnya.

https://maymovie98.com/movies/lust-to-kill/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar